4.2 Merelakan

25.8K 1.9K 5
                                    

Setelah tidak mendapati Tio di rumahnya, Ardie memutuskan untuk pergi ke sebuah restoran yang jaraknya tidak jauh dari rumah Tio. Ardie mengajak Eva untuk makan malam terlebih dahulu sembari menunggu kepulangan Tio.

Eva sempat menolak, tetapi Ardie terus membujuknya. Meskipun merasa kehilangan selera makannya, tetapi sejujurnya disisi lain Eva merasakan perutnya keroncongan. Seharian ini hanya selembar roti dan satu cangkir teh hijau yang masuk kedalam perutnya. Tentu saja serentetan kejadian yang dialaminya hari ini telah menguras seluruh tenaganya.

Kini mereka tengah duduk disebuah meja di restoran sedang menunggu pesanan datang.

“Eva, jangan melamun terus,” tegur Ardie yang sedari tadi melihat Eva hanya diam saja.

“Ah, enggak...pesanannya lama banget,” elak Eva.

Eva kemudian memutar pandangannya melihat sekeliling. Suasana tempat itu sangat ramai, beberapa wanita nampak berbisik dengan mata terarah ke mejanya. Sudah merupakan hal biasa bagi Eva jika sedang nongkrong atau jalan bareng dengan formasi komplitnya ini. Pasalnya alih-alih terlihat seperti dikelilingi bodyguard, justru Eva nampak sedang dikelilingi anggota boy band.

Pria disebelah kirinya, Om Ardie dengan potongan rambut model undercut. Ia memiliki wajah tampan beralis tebal, hidung mancung, dengan perawakan atletis. Siapapun yang melihatnya pasti mengira dia masih anak kulihanan bukan Om-om yang telah beristri.

Disebelah Om Ardie ada Sena. Pria dengan potongan rambut berponi ini tampangnya lebih mirip dengan oppa Korea dibandingkan dengan bodyguard. Namun, siapa sangka dia adalah salah satu penembak jitu dan pemegang sabuk hitam bela diri.

Di depan Eva ada Dion. Sorot matanya yang tajam dan sikapnya yang dingin digilai banyak wanita. Teman sekampus Eva banyak yang jatuh hati padanya.

Di samping Dion ada Si kembar Rio dan Rico. Pria berdarah campuran Indonesia Amerika ini memiliki kulit putih, tubuh tinggi, rambut keemasan dengan mata berwarna hazel. Meski kembar mereka memiliki karakter yang berbeda. Rico cenderung lebih dewasa, ramah dan juga penyayang. Sedangkan Rio lebih terkesan cuek dengan model potongan rambut top knot, bagian rambut samping kanan, kiri dan belakang dibuat tipis habis sedangkan bagian atas dibiarkan panjang, dikucir dengan tali rambut.

“Ini pesannanya Tuan,” ucap pramusaji membuyarkan lamunan Eva yang sontak menoleh ke arah pramusaji, tapi pandangannya terhenti pada sebuah meja disudut ruangan. Eva seketika berdiri dari duduknya dan beranjak menuju ke meja tersebut.

Ardie refleks menarik pergelangan tangan Eva.

“Bentar Om,” ucap Eva sembari melepaskan cengkeraman tangan Ardie dipergelangan tangannya.

Pandangan Ardie menyisir ruangan tersebut dan menemukan Tio tengah asik duduk dengan seorang perempuan yang bergelanyut manja di lengannya. Tangan ardie terangkat memberi isyarat kepada Dion untuk kembali duduk dan membiarkan Eva menemui Tio.

Ardie menyipitkan kedua matanya melihat ke arah meja Tio dari kejauhan. Alis tebalnya betautan, memastikan kembali apa yang telah dilihatnya benar. Ia nampak mengenali wanita yang sedang bersama Tio.

“Tio,” sapa Eva sesampai di meja Tio. Tatapan matanya menghujam tajam kepada dua orang dihadapannya.

“Ee,Vaa” Tio begitu terkesiap melihat Eva tengah berdiri di hadapannya dengan tatapan penuh kekecewaan dan amarah. Tio mencoba melepas tangannya dari pelukan gadis berambut sebahu di sebelahnya.

“Dia siapa Sayang?” Sahut gadis yang mengenakan dress ketat berwarna merah marun dengan belahan dada rendah.

“Sayang?” ucap Eva dengan nada penuh tanya. Tatapan matanya semakin mengintimidasi Tio.

“Eva, aku bisa jelaskan ini semua,” kata Tio yang masih berusaha melepaskan cengkeraman gadis disebelahnya.

Eva mengangkat salah satu sudut bibirnya, tatapan matanya kini terarah pada gadis seksi itu “Mulai saat ini dia mantan pacar saya, selamat melanjutkan kencan romantis kalian.” Eva membalikkan badannya berjalan dengan cepat menuju arah pintu keluar restoran.

“Evaa.. Tunggu Evaa..” Tio menepis dengan kasar tangan wanita itu dan segera berlari mengejar Eva.

Ketika hampir berhasil meraih tangan Eva, tiba-tiba seseorang menarik pundaknya dengan kasar kemudian melayangkan tinju ke rahangnya.
Bruughh..’ Tio tersungkur seketika diikuti pekikan pengunjung restoran.

“Jangan pernah dekati Eva lagi, atau kau akan menyesal!” Pria blasteran dengan rambut dikucir memperingati Tio dengan penuh tekanan dan ancaman. Sebelum kemudian, ia berlalu pergi meninggalkan Tio yang masih tersungkur di lantai.

Istri Kedua : Gadis KecilkuOù les histoires vivent. Découvrez maintenant