dua puluh sembilan

417 54 3
                                    

"What will I do if I can't have you?"
- Seventeen, Home"

Vino sempat-sempatnya berkaca pada spion motor ketika dirinya sampai didepan rumah Dara, memperbaiki penampilan, terutama rambut setelah menggunakan helm adalah prioritas utama Vino

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Vino sempat-sempatnya berkaca pada spion motor ketika dirinya sampai didepan rumah Dara, memperbaiki penampilan, terutama rambut setelah menggunakan helm adalah prioritas utama Vino.

Itulah alasan terkadang mengapa Dara mengatakan Vino sedang ngebet punya pacar.

Sebenarnya Vino bingung kenapa Dara memintanya datang kerumah, apalagi jika ingat beberapa minggu lalu keduanya sedang tidak akur, benar-benar tidak akur sampai dirinya bahkan telat mengucapkan selamat atas kelulusan Noel.

Ting tong

Vino memencet bel rumah, tak lama Dara membuka pintu. Gadis itu tampak menatap Vino datar.

"Masuk" Vino menurutinya, sambil terus memperhatikan gerak-gerik Dara perlahan Ia membuka jaket miliknya. Sementara Dara menunduk, Vino jadi gemas sendiri karena gadis ini tiba-tiba meminta dirinya untuk kerumah.

"Kenapa ?" tanya Vino, Dara langsung mendongak, "maaf"

"Memangnya kamu punya salah ?" Dara terdiam, sementara Vino malah mengulas senyum tipis melihat si gadis yang kembali menunduk.

"Iya, aku maafin, maaf juga" katanya sambil mengusap rambut Dara. Gadis itu mendongak lalu tampak menghela nafas lega.

"Minta maaf sama kamu tuh kayak minta maaf sama dosen"

"Emangnya kenapa kalau minta maaf sama dosen ?"

"Suasananya mencekam" kata Dara dengan sedikit dilebih-lebihkan, keduanya lantas tertawa.

Dara bersumpah, Vino sangat menyeramkan jika sedang marah, maka itu dari dulu Ia sebisa mungkin untuk tidak membuat Vino marah padanya.

Hingga Vino berhenti tertawa lebih dulu, membuat Dara pun ikut berhenti tertawa. "Kenapa no ?"

"Makan keluar yuk, aku lapar" dan saat itu juga Dara mengiyakannya. Membuatnya lupa dengan cerita Yona bahwa Vino mungkin sedang dekat dengan perempuan lain.

.

.

.

▪ What About Us ?▪
.

.

.

"Papa ada nanyain aku pas Noel pelantikan ?"

"Enggak tuh, engga penting katanya" Vino merengut kecil ketika ucapan itu keluar dari mulut Dara, Ia bermaksud bertanya serius namun Dara malah menjawabnya dengan main-main.

"Serius ?"

"Cuma Noel sama om Tara yang nanyain, papa engga"

"Berarti ada"

"Kan kamu tanya Papa, bukan Noel ataupun om Tara" dua kali Vino merengut karena Dara yang tiba-tiba menjengkelkan. Tapi Dara tidak salah, memang dia hanya bertanya Papanya Dara, bukan Noel ataupun Tara.

Keduanya sama-sama sudah selesai makan, hanya tinggal menunggu Vino yang memesan makanan untuk mamanya. Mumpung besok weekend, jadi Vino memutuskan pulang kerumah mamanya siang ini. Tidak jauh, hanya satu jam dari kota.

"Adara ?" keduanya sama menoleh meski hanya nama Dara yang panggil, dan saat itu juga bola mata hampir keluar ketika melihat siapa yang memanggilnya.

Itu Dinda, pacar Dirga.

"Boleh bicara sebentar ? Berdua ?" Dara langsung menatap Vino, tatapan yang seolah meminta saran harus bagaimana sekarang. Dengan yakin Vino mengangguk lalu menggapai sebelah jemari Dara.

"Boleh" putus Dara akhirnya, keduanya lantas menjauh dari Vino. Memilih tempat didekat jendela dan sedikit jauh dari orang-orang.

"Aku rasa kamu tau siapa aku ?" tanya Dinda to the point, Dara sempat kaget sampai bingung ingin menjawab bagaimana. Namun dengan cepat Ia meyakinkan diri sendiri bahwa tidak akan terjadi hal yang tidak Ia inginkan.

"Kakak kelas aku pas SMA"

Dinda tersenyum tipis, "to the point aja Dara, tolong jauhin Dirga"

Sudah Dara duga, ke sinilah topik pembicaraan Dinda. Pasti tidak akan jauh dari Dirga.

"Aku enggak sedekat yang kakak bayangkan"

"Kalian bahkan lebih dekat dari apa yang aku bayangkan" sela Dinda cepat. "Kamu perempuan Dara, kamu pasti paham gimana kalau kamu diposisi aku"

Sejujurkan Dara benci jika sebuah pembicaraan sudah membawa posisi seperti ini. Dia akui dia salah, tapi dia tidak suka jika Dinda sudah mulai ingin membandingkan posisi seperti ini.

"Percuma cantik kalau bisanya ngerebut pacar orang"

Dara tersenyum tipis, ucapan Dinda barusan menjadi pukulan tersendiri baginya. Hatinya terasa seperti ditikam oleh batu besar, dimana harga dirinya perlahan ikut terluka.

Dinda juga tersenyum, perlahan Ia berdiri ingin beranjak dari situ, "satu lagi..."

Dara mendongak, mendapati Dinda masih tersenyum padanya. "Dirga engga se sayang itu sama kamu"

Ucap Dinda lalu pergi meninggalkan Dara sendiri. Saat itu Dara merasa dunianya perlahan hancur, karena Dirga, dan Dinda.

"Dara, kamu gapapa ?" Vino langsung datang. Sementara Dara sudah menangkup kedua wajahnya.

Sekarang dia merasa sangat bersalah, dia awal dari semua masalah. Dia penyebab semuanya, dari Jonas, dari Dirga.

"Dinda benar vin" ucapnya dengan suara yang bergetar.

Kini Vino terdiam, dia yakin pasti obrolan Dinda dan Dara barusan tidak jauh-jauh dari soal Dirga.

Dalam hati Vino mengutuk betapa jahatnya Dirga, meski dia tidak menyangkal bahwa Dara juga salah disinu

"Vin" panggil Dara, gadis mendongak, air matanya perlahan mulai turun membasahi pipi.

"Dirga engga sesayang itu sama aku".

"Dirga engga sesayang itu sama aku"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tbc

What About Us ? [✔]Where stories live. Discover now