What About Us ? [✔]

tujuh

"Over time, permeating each other. Slowly we become memories"
- The Boyz, Spring Snow

Minggu pagi Dara yang indah harus menjadi berantakan ketika sebuah dering ponsel menganggu tidurnya. Niatnya hari ini Dara ingin bangun sedikit lebih telat setelah maraton drakor.

Namun cita-citanya pupus ketika pengganggu menelponnya bahkan belum jam 6 pagi.
    
Dengan liar tangannya meraba kasur guna mencari benda pipih yang menjadi sumber gangguannya pagi ini.
    
“Hm ?”
     
“HEH KEBO!” teriak seseorang diseberang sana. Dara masih belum sepenuhnya sadar menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya lalu mengaktifkan speaker panggilan.
    
“Ini siapa ?” tanyanya dengan suara khas bangun tidur.
     
“INI YONA WOIII!” Dara menghela nafasnya ketika diseberang Yona kembali berteriak.

“Masih pagi yon, gak usah ngegas”
    
“Ihhh, elo tu ya! Jadi car free day gak ?” tanya mahasiswa Mipa itu dengan nada suara yang sudah kembali normal, tidak berteriak. Dara lantas bangun dari tidurnya, mendudukkan diri dikasur baby blue sambil mengingat-ingat suatu. 
    
“Car free day ?”
     
“Iya car free day” ulang Yona yang lantas membuat Dara menepuk jidat.

"Astaga gue lupa yon!"
    
“Kebiasaan! Ya udah siap-siap gih, gue jemput 15 menit lagi” final Yona.

Namun dengan cepat Dara segera menyanggah sahabatnya itu, “bukan itu, gue udah janji sama Vino” cicitnya dengan suara yang perlahan mengecil.
   
“oh sama Mantan ni ceritanya”
   
“ck, tau ah” kilahnya, diseberang sana Yona terkekeh, “ya udah gue tutup, have fun ya sama mantan”
   
“hm”
   
Tutt
   
Dara lantas menurunkan ponsel dari telinganya tepat setelah panggilan ditutup oleh Yona. Ia langsung mengecek pesan masuk di aplikasi whatsapp ponselnya, dan benar saja, Vino sudah mengiriminya pesan bahwa pukul 6 kurang limabelas menit lelaki itu akan menjemputnya.
   
Masih ada 10 menit sebelum Vino akan berangkat, dengan gerak perlahan Dara pun mulai membenah dirnya.
   
Jika saja waktu itu Yona berjanji dengan dirinya lebih cepat mungkin dia tidak akan terjebak bersama Vino pagi ini. Meski diapun sudah lebih terbiasa bersama Vino jika dalam hal berolahraga.
   
Berseminya kisah cinta mereka berdua pun lazim, cinta patok tenda karena satuan putra dan putri yang setiap malam dilapangan utama perkemahan selalu berdampingan untuk menyemangati rekan yang lomba.
   
Berpacaran empat tahun dengan Vino tentu banyak hal yang keduanya lakukan bersama. Vino sendiri tipikal lelaki manis, lembut dan bucin garis keras pada Dara. Tak hanya itu, bahkan mahasiswa hukum itu sudah kenal dengan kedua orang tua Dara.
   
Cukup mengejutkan ketika keduanya putus setahun lalu.
   
Bahkan hingga detik ini mereka berdua sendiri pun masih tidak tahu mengapa waktu itu mereka sepakat mengakhiri hubungan. Vino sendiri pun tidak pernah bosan bersama Dara, begitupun Dara.
   
Namun dari situ, keduanya sama-sama paham sebuah arti kata “putus baik-baik”, karena hingga detik ini bahkan mereka masih seperti berpacaran.
   
“Raaaaa! Daraaaaa”
   
“Iyaaa sabaaaarrr” dengan cepat Dara berlari dari kamarnya sambil menenteng sepasang sepatu putih ditangan kanannya dan gulungan kaos kaki ditangan kirinya. Vino lantas terkekeh kecil memperhatikan mantannya itu, dimatanya gadis itu dari dulu masih sama.
   
Setelah selesai dengan urusan sepatu, Dara lantas kembali kedalam rumah lalu mengeluarkan sepedanya. Memarkirkan sepeda putih itu sebentar lalu mengunci pintu rumahnya.
   
“ga bawa tas ?” tanya Vino, Dara menggeleng. “sini kunci rumahnya”
   
“ga usah, aku sim-” ucapannya terhenti ketika tidak menemukan saku di celananya trainingnya. “ngeyel sih, sini”
   
Vino dengan cepat merebut kunci rumah itu dari tangan si gadis lalu menyimpannya di saku celana training hitamnya yang memiliki resleting.
   
“Gas ?”
   
“Gas boss”