Bab 16

8.1K 861 9
                                    

"Ra, gue mau pesen kopi pahit!" Monik datang-datang langsung memesan dengan tidak sabaran. Ia langsung mendaratkan tubuhnya untuk bergabung dengan Tara di set tempat duduk yang terletak tidak jauh dari pintu masuk kafe.

"Yakin?" Tara menatap perempuan di depannya ini dengan sangsi. Karena yang Tara tahu, Monik justru cenderung suka minuman manis.

"Iya. Mata gue udah sepet banget. Ngantuk berat," jawab Monik, lalu ia menguap lebar tanpa ditutupi. "Kali aja kalau minum kopi pahit ngantuknya jadi hilang. Kata orang-orang gitu, kan? Gue masih harus pulang bawa motor sendiri. Nggak boleh ngantuk di jalan," kata Monik melanjutkan.

"Oke, kopi pahit," sahut Tara. Ia lalu memanggil Dimas agar memproses pesanan Monik.

Sembari menunggu pesanannya datang, Monik melihat-lihat Instagram untuk mengusir bosan. "Kafenya belum mau tutup kan, Ra?" tanya Monik tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Ia takut diusir karena mengira jam buka kafe sudah berakhir.

"Setengah jam lagi," jawab Tara.

Monik mengangguk lega. Ia lalu kembali menguap sampai matanya berair. "Gue pengin nikah aja deh kalau kerjanya secapek ini," rengeknya.

Tara menarik senyum tipis. Monik saat ini memang terlihat loyo dan tidak bertenaga setelah dihajar lembur habis-habisan. "Lo lembur berdua sama Tia doang?" tanya Tara.

"Iya, Mas Bayu sama yang lain kan masih tugas di luar kota. Mestinya tadi sore mereka udah sampek rumah sih, soalnya mereka on the way dari pagi."

Tara mencerna ucapan Monik dengan baik. Jika apa yang dibilang Monik benar, berarti mulai besok anggota Mas Bayu sudah bisa masuk kerja semua. Artinya Tara bisa bertemu dengan Roy setelah tiga hari ia tidak melihat batang hidung laki-laki itu.

"Tumben bukan gue yang disuruh tugas ke luar kota," celetuk Monik yang heran pada atasannya.

Tara mengernyitkan kening karena Monik malah terkesan berharap bisa menggantikan rekan-rekan kerjanya yang diberi tugas di luar kantor itu. "Bukannya tugas ke luar kota malah capeknya dobel ya?"

"Iya sih, tapi kan bisa sekalian jalan-jalan," sanggah Monik.

Dimas datang mengeinterupsi. Ia menyajikan kopi pahit pesanan Monik. "Silakan."

Monik menatap kopinya dengan horor. Sebenarnya ia juga ragu apakah mulut dan lidahnya mau berkompromi untuk menenggak minuman pahit di hadapannya itu. "Semoga rasanya nggak sepahit hidup gue," ucap Monik sebelum menyeruput kopinya.

Tara menyaksikan Monik yang sedang menyesap kopi pahit dengan bergidik. Entah sepahit apa rasanya, yang pasti Tara yakin pahitnya sangat kuat karena Monik terlihat susah payah menelan tegukan pertamanya.

"Gue mending tugas ke luar kota kalau ternyata di sini malah lembur kayak gini. Harusnya gue gantiin Roy. Dia kan waktu berangkat masih sakit, tapi maksa dan nggak mau diganti," gerutu Monik dengan frustrasi.

Gara-gara ucapan Monik, Tara kembali memikirkan laki-laki itu. Sejak bertemu di pinggir jalan sebelum Roy pergi melayat hari Sabtu, sampai sekarang Tara belum berjumpa lagi dengannya. Ia tidak berani mengirim pesan atau telepon karena takut mengganggu. "Mungkin Roy pengin banget berangkat ke luar kota karena menghindari wartawan," sahut Tara.

Monik menjentikkan jari. Kepalanya juga menggangguk dengan tegas. "Oh iya, nggak kepikiran sampek situ. Gila, mendadak artis tuh anak. Gue nggak nyangka, ternyata dia mantannya Kharisma."

"Gue juga nggak nyangka." Tara menimpali dengan suara lirih. "Untungnya Kharisma udah bikin klarifikasi kalau semua rumor itu nggak bener."

Monik setuju. Ia juga ikut lega karena setelah artikel yang sempat viral itu mencuat, entah bagaimana caranya orang-orang bisa menemukan akun Instagram Roy. Mereka berbondong-bondong "bersilaturahmi" di kolom komentar setiap postingan laki-laki itu. Memang tidak ada hujatan, tapi itu semua cukup mengganggu karena Monik dan lainnya sedikit terkena imbas dari kejadian ini. Hal itu disebabkan karena Roy pernah mengunggah sebuah foto bersama rekan kerja dan men-tag satu per satu akun Instagram mereka, maka netizen pun memanfaatkannya. Monik menjadi salah satu yang menerima DM dari netizen. Mereka kebanyakan menanyakan kebenaran berita yang beredar karena menganggap teman kerja pasti mengerti rahasia satu sama lain. Tanpa menggubris pertanyaan tidak penting itu, Monik akhirnya mengubah akunnya menjadi mode privat.

Breadcrumbing [END]Where stories live. Discover now