12 - Ramuan

119 22 2
                                    

Happy reading!

😸😸😸

(Namakamu) membuka matanya sudah tidak berada di tempat seharusnya bukan alam kematian lho ya. (Namakamu) masih hidup ini.

"Gue dimana kok putih semua backgroundnya?" tanya (Namakamu) kebingungan sebab sekelilingnya memang putih tidak ada hitam atau warna lainnya.

(Namakamu) melambaikan tangannya ke depan lalu memeriksa detak jantungnya yang .... (Namakamu) bernapas dengan lega. Ia benar-benar masih hidup tapi tempatnya sekarang belum bisa dipahami dimana letaknya.

"Halo ini dimana yaaa?" teriak (Namakamu) memastikan.

Meow

"Iqbaal," gumam (Namakamu) memperhatikan kucing yang duduk diam mengarah padanya.

Kucing itu berubah menjadi Iqbaal tapi setelah (Namakamu) akan mendekat, Iqbaal menghilang begitu saja.

"Baal jangan becanda!" (Namakamu) memperhatikan sekelilingnya. "Iqbaal!" lanjutnya memanggil.

(Namakamu) kembali mengedarkan pandangannya tapi... tempatnya masih sama sangat asing dan aneh seperti di... dimana - dimana- dimana tinggalnya sekarang, dimana?

(Namakamu) bangkit dengan tergesa-gesa hingga tidak menyadari selimut masih membelit kakinya yang mengakibatkan jatuh dengan tidak terhormat. Kepalanya terkantuk lantai dan kakinya tergulung selimut. Sebenarnya (Namakamu) punya masalah apa sampai-sampai keadaannya begini?

"Kamu baik-baik saja?" tanya seseorang.

Ingin rasanya (Namakamu) memaki orang yang berbicara barusan gimana baik saja kalau keadaan dirinya sudah seperti ikan pepes terdampar.

(Namakamu) mendongak. "Bantuin gue!" tapi setelah melihat seseorang itu ia mematung sesaat. "Iqbaal?"

"Kamu kenal saya?"

"Jangan bilang ini balik lagi ke episode awal (Namakamu) enggak mau, big no!" ucapnya dalam hati sambil menggeleng.

"Kamu kenapa? sakit?" tanyanya.

(Namakamu) menyingkirkan selimut di kakinya dengan rusuh membuat Iqbaal mundur.

"Iqbaal, lo Iqbaal kan?" tanya (Namakamu) sambil berdiri dengan benar.

"Iya," jawabnya.

"Lo pangeran kucing kan?"

"Bukan."

"Hah? bukan lo udah sembuh nggak berubah jadi kucing lagi maksudnya," ralat (Namakamu).

"Saya bukan kucing saya seorang pangeran," sahut Iqbaal.

"(Namakamu) tahan jangan sampai emosi!"

(Namakamu) menarik napas dalam-dalam. "Gini... dulu lo dihukum jadi kucing iya kan?"

"Tidak."

(Namakamu) memijat keningnya lalu duduk di tepi kasur. Pusing dengan jawaban Iqbaal yang tidak mau mengakui. Apa jangan-jangan (Namakamu) juga akan dilupakan begitu saja pas nanti ia tanyakan?

(Namakamu) menarik napas lagi semoga dugaannya salah.

"Lo kenal gue?"

Iqbaal memperhatikan (Namakamu) kemudian menggeleng.

(Namakamu) memejamkan matanya dan Iqbaal tidak ada lagi di hadapannya. Lalu barusan apa?

(Namakamu) jadi pusing bingung dan ingin teriak saja. Alwan juga kemana lagi, (Namakamu) merasa ditinggalkan begitu saja di tempat asing tanpa ada satu orang pun yang membantunya keluar dan satu-satunya orang yang bisa menolongnya adalah Iqbaal tapi sepertinya bukan Iqbaal yang (Namakamu) kenal dahulu.

***

"Putriku!" Raja Darmana langsung menghampiri Salsha yang sudah dicari dimana-mana akhirnya ketemu di kamarnya.

"Ayah kenapa terlihat cemas? ada apa?" tanya Salsha khawatir.

"Kamu darimana saja? ayah lelah mencarimu bahkan sampai mengerahkan seluruh pengawal agar kamu dapat ditemukan."

"Salsha pergi ke kerajaan sebelah ayah."

"Kenapa tidak bilang, apa kamu tahu pangeran Iqbaal sangat aneh dan terlihat mencurigakan sampai ayah bingung apa benar-benar sosok pangeran Iqbaal yang sedang berbicara bersama ayah?" kata raja Darmana menjelaskan keresahannya.

Salsha gugup jangan sampai ayahnya curiga bahwa itu Iqbaal palsu.

"Apakah kamu tahu penyebabnya?" tanya Raja Dramana lagi.

"Ti-tidak aku-aku... maksud ayah menuduhku?"

"Tidak nak, ayah cuma merasa ada yang aneh padahal pertama kali ke kerajaan Gandara ayah hanya disambut pangeran Alwan saja," jawabnya heran.

Salsha merutuki kebodohannya tidak mengingatkan Iqbaal agar sedikit menjauh dengan sang ayah tapi mau bagaimana sudah terjadi.

"Oh iya kamu jangan kemana-mana lagi," pinta raja Dramana.

"Kenapa aku ingin–"

"Jangan, sepertinya pangeran Iqbaal sudah tertarik dengan mu," potong raja Dramana tegas.

"Tapi ayah–"

Salsha kesal karena sang ayah tidak mau mendengarkan penjelasannya dan bingung juga kalau menolak karena ini kesempatan emas namun Iqbaal-nya beda. Salsha harus bagaimana?

Salsha akan memikirkan rencana dan sebelum itu ia akan menemui Iqbaal di bumi.

****

Iqbaal tengah mencampur kelopak bunga Anomela dengan air spesial dan hasilnya warna kehijauan dan sedikit bercahaya. Itu tandanya ramuan yang dibuat selesai. Ia akan meminum ramuan ini tapi ketukkan pintu menghentikan aksinya.

"Salsha ada apa?" tanya Iqbaal sedikit ketus karena terganggu.

"Ada berita buruk," kata Salsha mulai panik.

"Berita apa?" bingung Iqbaal tak mengerti.

"Ayah akan menjodohkanku dengan dirimu yang palsu," jawab Salsha makin panik.

"Ya... itu bukannya keinginanmu? ya sudah terima," balas Iqbaal santai.

Salsha memegang tangan Iqbaal. "Pangeran di istana bukan dirimu, aku maunya kamu," ujar Salsha tulus.

"Itu urusanmu, aku tidak peduli."

"Pangeran kamu jahat sekali." Salsha
berubah murung bahkan tangannya sedari tadi menggenggam tangan Iqbaal perlahan terlepas.

"Aku capek lagipula aku ke bumi bukan untuk bersenang-senang saja aku ingin–"

"Ingin apa?" potong Salsha curiga.

Iqbaal merutuki ucapannya. "Bukan apa-apa tidak penting, sekarang kamu bisa pergi," usirnya.

"Tidak, aku ingin menikah denganmu bukan Iqbaal di istana," rengek Salsha.

Iqbaal tiba-tiba memegang sebuah gelas berisi air dan diberikan kepada Salsha. "Ini minum!"

"Aku tidak haus pangeran, kamu harus membantuku," pinta Salsha.

"Minum dulu nanti aku akan pikirkan lagi." Iqbaal memaksa.

"Baiklah." Salsha ragu-ragu meminum air pemberian Iqbaal tapi setelah beberapa menit ia meminumnya hingga habis selanjutnya gelas itu hilang dan Salsha merasakan pusing.

Semoga kamu segera melupakanku secepatnya!

Salsha sudah berada di tempat tidur di kerajaannya.

***

Vote dan komentar nya yaaa 💞

See you next chapter 👋

Pangeran Kucing 2 [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang