16 - Bebas

123 27 1
                                    

😸😸😸

(Namakamu) masih tetap duduk di lantai istana. Ia ingin sekali mengeluarkan Iqbaal dari tempat hukuman tapi buktinya belum kuat. Ia juga mendengar semuanya dari Iqbaal bahwa dia tidak sepenuhnya salah.

"(Namakamu)!" Alwan menghampiri dengan langkah tertatih.

"Alwan lo harusnya istirahat, kenapa keluar?" tanya (Namakamu) langsung berdiri.

Alwan tersenyum tipis. "Aku tahu kamu sedih jadi aku ingin menemani," ujarnya.

"Al gue gak perlu di temani yang gue ingin lakuin bebasin Iqbaal," balas (Namakamu).

"Jangan (Namakamu)! kesalahannya sangat fatal. Kamu pasti sudah tahu kan apa saja yang sudah dia perbuat?" Alwan kembali berbicara tegas.

"Tapi bukan dia yang..."

"(Namakamu) tolong, jangan membela orang yang jelas-jelas bersalah seharusnya kamu harus bertindak tegas," potong Alwan tidak habis pikir.

"Gue nggak ngebela gue cuma ngasih tau kalau Iqbaal itu nggak sepenuhnya salah," kekeuh (Namakamu) meyakinkan.

"Maksud kamu?" tanya Alwan.

"Jadi... yang nyerang kalian bukan Iqbaal sebenarnya. Lo pasti melihat dengan jelas kalau Iqbaal yang nyerang agak aneh."

Alwan menggeleng kecil. "Dia bersembunyi dibalik wujud kucingnya dan kamu jangan mudah ditipu," peringat Alwan menepuk bahu (Namakamu).

(Namakamu) menghela napas panjang. Ia harus bagaimana lagi menjelaskan bahwa Iqbaal tidak benar-benar salah. Alwan yang memerhatikan (Namakamu) diam saja langsung menariknya pergi ke ruang makan lalu beberapa dayang datang menyajikan makanan.

"Silakan, kamu lapar kan?"

(Namakamu) melirik Alwan lalu makanan yang disajikan sangat lezat dipandang apalagi dimakan.

"Ayo makanlah ini bukan paj..."

Tanpa malu-malu (Namakamu) melahap makanan dengan semangat lagipula ia memang sedikit lapar eh nggak deh sangat lapar. Bukannya berpikir cara membebaskan Iqbaal butuh tenaga jadi ia isi dulu tenaganya baru memikirkan caranya kemudian.

***

(Namakamu) sedang berada di kamar barunya, sudah seperti tuan putri kerajaan sesungguhnya saja di sediakan ini dan itu tanpa repot kemana-mana. Tapi... tetap saja (Namakamu) ingin pulang lebih baik berada di bumi daripada di kerajaan Gandara.

"Kira-kira Iqbaal lagi ngapain eh... dia kan jadi kucing pasti lagi rebahan terus mikir besok makan apa." (Namakamu) mengingat Iqbaal yang masih berwujud kucing.

"Iqbaal makan apa ya, apa Alwan ngasih dia makan?"

"Ih stop (Nam) jangan pikirin Iqbaal terus, sekarang tidur besok baru dipikirkan lagi," gumamnya menyudahi.

Tapi beberapa menit kemudian (Namakamu) tetap saja memikirkan Iqbaal.

"Itu kucing kenapa sih selalu bikin hati gue nggak bisa tenang," kesalnya.

Akhirnya (Namakamu) keluar dari kamar sambil mengendap-endap pergi ke ruang hukuman yang letaknya belum diketahui.

"Bego banget ya gue, harusnya nanya dimana tempatnya atau ngikutin salah satu pengawal bukan sok tahu kayak gini."

(Namakamu) melihat sekeliling. Tidak ada siapapun di luar istana namun setenang apapun keadaannya tetap harus waspada.

"Pangeran Alwan hukuman apa yang akan diberikan kepada pangeran Iqbaal?" tanya penasihat istana.

"Menurutmu?" Alwan malah bingung.

"Jadikan dia kucing selama-lamanya atau di kurung selama-lamanya dua pilihan itu yang saya pikirkan pangeran."

"Keduanya terdengar berat memangnya pangeran Iqbaal kesalahannya tidak bisa lagi di maafkan?" tanya Alwan sedikit resah.

"Menurut peraturan keamanan istana, pangeran Iqbaal sudah mengambil bunga Anomela tanpa izin kemudian menyerang semua warga istana tanpa alasan. Dua masalah itu sudah termasuk kesalahan yang tidak bisa di maafkan pangeran."

Cukup (Namakamu) tidak mau mendengarkan kelanjutannya. Kenapa Alwan menghukum Iqbaal tanpa ada bukti?

Soal bunga Anomela.... (Namakamu) belum menanyakan untuk apa kegunaannya dan soal serang menyerang bukan salah Iqbaal sepenuhnya. (Namakamu) jadi bingung harus berbuat apa.

Sebuah daun kering jatuh di depan (Namakamu). Ia heran lagi-lagi daun yang tidak jelas asal usulnya muncul.

"Ini gue mau ketiban rejeki nomplok kejatuhan daun kering melulu dari kemarin?" herannya.

(Namakamu) mengambilnya lalu memperhatikan dengan seksama.

"Kayak daun yang gue punya, tapi kan daun itu ada di bumi masa iya bisa ikut ke istana Gandara atau jangan-jangan daun ini berasal dari istana Gandara?" tebak (Namakamu).

Setelahnya (Namakamu) ada ide. Ia langsung mencari-cari pohon dengan daun serupa ditangannya. Soalnya ia yakin daun itu memiliki sebuah kekuatan yang sangat hebat sampai-sampai warga Gandara akan tercengang saat mengetahuinya.

***

Iqbaal melihat sekelilingnya yang gelap, sunyi bahkan tidak ada satu orang pun yang menemuinya di tempat asing ini. Ia merasa menyesal telah melakukan semuanya. Mungkin ini adalah hukuman yang pantas dan tidak bisa dimaafkan lagi.

"Apakah ini akhirnya?" tanya Iqbaal sedih.

Suara desisan terdengar nyaring di telinga kucing Iqbaal. Entah sumbernya dari mana yang jelas suara itu begitu dekat sampai Iqbaal merasa takut dibuatnya.

"Hai!" seseorang melambaikan tangannya.

"Bagaimana bisa kamu ada disini?"

"Untuk membebaskan pangeran ku yang tampan tentu saja," jawabnya.

Gadis itu tersenyum saat kandang yang mengurung Iqbaal sudah terbuka kemudian ia membawa si kucing pergi dengan kekuatannya.

****

Siapakah yang membebaskan Iqbaal?

A. (Namakamu)
B. Salsha
C. Isi sendiri

Vote dan komentar yaa

Kritik dan saran juga boleh supaya aku tahu dimana kurangnya cerita ini

See you next chapter 👋

Pangeran Kucing 2 [IDR]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz