Dalam Perjalanan Jauh Menuju Tempat Lainnya

998 153 21
                                    

Malam itu aku berkendara sendiri

Berputar mengelilingi alun-alun kota

Kala lampu merah tampak benderang

Rodaku berputar cepat di atas aspalnya

Semua tampak ramai di jalan raya

Sampai satu palang segera menghentikanku

Di sana aku melihat seseorang

Dia berdiri sendirian

Memberi sebuah tanda

Lalu pergi meninggalkanku

Aku tahu itu kau

Karena kau berada di sana

Dalam perjalanan jauh menuju tempat lainnya

______________

3 bulan kemudian

Dalam satu kali putaran, mesin mobil tersebut langsung hidup setelah dimasukkan kuncinya. Nana menggenggam erat bagian setirnya, matanya tertuju ke depan melihat jalanan di depan rumah tengah kosong saat itu. Lalu ia menekan pelan pedal gasnya dan mulai melajukan mobil tersebut.

Ini pertama kalinya ia pergi menaiki mobil, meninggalkan rumah dan mulai berkelana bersama kendaraan baru yang satu ini. Sebenarnya mobil ini bukan miliknya, Pak Tahta meminjamkan kepada Nana setelah beberapa hari yang lalu ia resmi mendapatkan SIMnya. Atas izin beliau, ia pun pergi membawanya.

Saat itu masih pukul lima pagi untuk berpergian. Ia memutar setirnya, menekan pedal dengan pelan dan mulai melaju dengan kecepatan sedang di atas jalan raya. Perjalanan ke tempat tersebut cukup jauh dari rumahnya saat ini. Sudah dari dulu ia menantikannya, maka ia sudah sangat siap untuk mengarungi perjalanan kali ini.

Hingga satu jam lebih ia menempuhnya, beberapa meter lagi dia akan sampai ke suatu tempat. Lebih tepatnya di sebuah rumah dengan halaman luas dan suara sorakan para anak kecil mulai terdengar dari arah luarnya. Nana menghentikan laju mobilnya tepat di depan rumah tersebut. Ketika ia keluar dan memasuki pagar rumah tersebut, beberapa anak dengan usia sekitar lima sampai sepuluh tahun datang dengan malu-malu untuk menyambutnya.

Ia memasang senyum terbaiknya dan di tangannya ia membawa sekotak kardus. Sang tuan rumah yang merupakan seorang wanita paruh baya lantas keluar menghampiri ambang pintu. Ia menyambut kehadiran Nana di sana.

"Selamat pagi, Bu. Maaf kalau ini masih terlalu pagi."

"Oh, nggak papa, nggak papa. Ayo masuk dulu."

'Namanya Bu Ratih. Dia udah ngasuh aku dari umur lima tahun dan dia lebih peduli sama aku dibandingkan mama sama papa. Kapan-kapan aku ajak kamu ketemu sama dia.'

Suasana di dalam rumah tersebut membawa Nana menemui atmosfer kehidupan lainnya. Beberapa bingkai foto berjajar di dindingnya, menampakkan foto tahunan para anak-anak yatim piatu di sini. Dimana setiap tahun para anggota datang dan juga pergi. Wanita paruh haya di depannya ini, akan selalu duduk di tengah-tengah foto itu.

"Saya mau nyumbang beberapa buku saya. Udah lama tapi masih bagus. Ini ada buku cerita sama buku pelajaran sekolah juga." Nana menaruh kotak kardus itu di atas meja tamu tersebut.

"Oh iya, saya belum kenalan. Nama saya Agustian, panggilnya Nana aja. Sebelumnya saya tahu panti asuhan ibu dari teman saya." Nana menjabat tangan sang pemilik rumah itu.

"Iya-iya, saya Bu Ratih. Senang bisa dapat donatur seperti anda. Setiap minggu pasti selalu ada donatur yang dateng ke sini. Makasih ya buat temannya yang udah mau ngajak kamu ke sini." Bu Ratih tersenyum dan ia menyambut hangat kehadiran Nana di sini.

drive safe Where stories live. Discover now