Kejahatan di Sekitar Kita

808 200 21
                                    

"Sweet americano satu sama hot green tea satu. Totalnya dua puluh lima ribu."

Cangkir Abu kala itu tampak ramai dikunjungi banyak orang di penghujung hari Jum'at. Setiap sore menjelang malam, pinggiran jalan Sudirman itu selalu hidup dengan keramaian yang terjadi di dalam kedai kecil itu. Semuanya terjadi dalam menghidupkan suasana ramai di dalamnya. Pengunjung yang datang, barista yang berlalu lalang, suara penggiling kopi dan uap panasnya bersama satu lagi aroma teh melati yang menyengat ke penjuru ruangan.

"Selamat datang di Cangkir Abu. Ada yang mau dipesan?"

"Kopi gula aren satu yang panas."

"Oke, ada lagi?"

"Cukup."

"Baik, pesanan anda kopi gula aren yang panas satu. Minum di sini atau take away?"

"Di sini. Oh ya, satu lagi sama teh putih satu yang panas juga."

"Oke, jadi pesanan anda ada dua. Yang satu kopi gula aren panas dan yang satu teh putih panas. Pesanan anda ada di nomor lima. Silahkan di tunggu kurang lebih lima menit untuk proses persiapan minumannya."

"Na."

Lalu di meja kasir itu ada satu lagi yang sibuk membuatkan pesanannya dan satu lagi yang tak sengaja dipertemukan di sana.

"Ya?—Ren!"

Orang yang dipanggil itu mengalihkan fokusnya segera dan ia tak sengaja diberi kejutan oleh salah satu pelanggan di sini.

"Jadi lo di sini? Hahaha... gimana kabar lo, Na?"

Saat itulah senyumannya mengembang di sana, "Gue baik, Ren. Lo gimana?"

"Baik juga, Na. Eh, lo jadi barista di sini?"

Senyum Nana mengembang secara perlahan selagi ia sibuk mengetik cepat di depan komputer kasir. Setelah nota tercetak, ia langsung menyerahkan pada Reanu yang menunggu di depannya. Dua orang tadi berpisah lagi, Nana sibuk kembali ke dapur belakang dan mulai meracik teh putih pesanan temannya tadi.

"Pesanannya apa, Na?"

Lalu Arlen datang dari samping menghampiri Nana yang tengah menunggu air panas selagi menyiapkan dua cangkir.

"Kopi gula aren yang panas, Len," sahut Nana.

"Oke, gue ambil alih yang kopi," balas Arlen.

"Len," panggil Nana, "Pesanan yang satu ini boleh nggak gue yang nganterinnya?" sambungnya.

Alis Arlen menaik satu di bagian kiri.

"Ini pesanan temen gue. Gue rencananya mau ngobrol bentar—tapi kalo tokoh lagi sibuk gue balik aja," jelas Nana.

Matanya mengedar ke sekitar ruangan. Suasana toko masih sama, tetap ramai tapi untuk gelombang pengunjung baru masih belum terlihat sampai sekarang.

"Oke, gue bisa handle yang jam sekarang." Arlen mengacungkan jempolnya, lalu ia kembali sibuk mengurus portafilter di mesin kopi depannya.

Sampai lima menit barulah pesanan nomor lima itu siap untuk dihantarkan. Biasanya para pengunjung yang akan mengambil pesanannya sendiri, tapi untuk yang satu ini Nana yang akan memberikannya. Ia berjalan mendekati satu meja pojok di dekat jendela kedai.

Di situlah temannya berada.

"Pesanan udah nyampe." Nana membuka suara yang pertama.

Reanu menyambutnya segera, "Lo masih sibuk?" tanyanya.

drive safe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang