Ospek

3K 551 48
                                    

Pantulan cermin di depannya saat itu menampilkan penampilannya hari ini yang tampak begitu rapi dan segar. Senyumannya mengembang selagi ia merapikan sekali lagi kerah kemejanya yang berwarna biru muda. Nana tak pernah sesemangat ini sebelumnya, apalagi di saat dia hendak menyambut hari pertamanya berkuliah.

Jangan heran mengapa Nana berkuliah lagi. Sepertinya gelar magister akan menjadi satu gol untuknya dalam satu tahun yang akan datang. Setelah lulus S1 dua minggu yang lalu, Nana langsung diajak untuk memasuki dunia kuliah kembali. Kali ini dia akan mengejar untuk gelar S2nya.

Ini adalah hari pertamanya masuk di sebuah universitas negeri ternama di Indonesia. Pertama kalinya Nana menginjakkan kakinya di luar kota dan kembali lagi menjadi mahasiswa seperti waktu dulu. Nana juga kembali menjadi seorang anak kos seprrti sosoknya dulu. Bahkan di sini dia kerap menjumpai banyak mahasiswa baru yang tengah bersiap untuk masa orientasi mereka di kampus.

Ya, memang tak perlu rumah besar untuk jadi tempat tinggal, sebuah kosan sederhana saja sudah cukup. Dan lebih cukup lagi jika Tuhan mengizinkannya untuk berkuliah lagi di tahun ini. Karena Nana sangat ingin mengangkat derajatnya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Setelah penampilannya telah dipastikan rapi, Nana segera membuka pintu kamar kosannya dan bersiap untuk keluar dari tempat ini.

Dari depan gerbang kos, ia dapat melihat beberapa orang yang ia tebak adalah mahasiswa tengah beraktivitas di depan sana. Beberapa mahasiswa dengan pakaian seragam tampak memenuhi jalanan di depannya, mengingatkan Nana dengan kejadian ospeknya dulu.

Matanya langsung beralih ketika mendengar bunyi klakson yang begitu khas dari depan pagar kosannya.Nana dapat melihat Mercedes Benz dengan seri 280SE sedang terparkir di depan sana. Mobil gaya lama bersama pemiliknya yang tengah melambai ke arahnya.

"Len!"

Nana segera menghampirinya dan tak jauh di depannya ia sudah memasang senyuman terpukau melihat mobil lama tersebut.

"Bagus, nggak?"

"Epik banget lo!"

"Yo'i"

Pemiliknya itu tak lain adalah teman lamanya waktu SMA dulu. Arlenta Raja Pamungkas, Nana yang kerap memanggilnya dengan nama 'Arlen' akan menjadi temannya yang juga sedang menempuh S2 di satu kampus bersamanya.

Semula mata Nana masih memandang kesayangannya Arlen berwarna hitam mengkilap ini. Sangat cantik dan begitu mulus.

"Beneran mobil lo ini?"

"Yo'i, gue ikut lelangnya pas kumpul bareng komunitas mobil lama di Surabaya tahun lalu."

"Tajir juga lo."

"B aja. Gue juga nabung tahu beli ini."

Arlen mempersilahkannya masuk ke dalam mobil tersebut. Benar-benar suasana jadul klasik yang Nana rasakan selama di dalam mobil ini. Bahkan Arlen tak takut membawanya keluar dibandingkan harus berdiam di dalam garasi menjadi koleksi mobil antiknya.

"Gimana kabar lo, Len?" Nana segera  membuka percakapan di antara mereka.

"Baik. Lo ngambil S2 dimana nih?" tanya Arlen.

"Masih di MIPA, gue ambil fokus di ilmu bioteknologinya," jawab Nana.

Arlen ber'oh' mendengarkannya.

"Lo dimana, Len?"

"Gue masih lanjut di hukum, Na."

"Beneran mau jadi jaksa lo?"

"Hahaha... doain ya. Bokap nyuruh gue lanjut."

"Amin-amin, jadi menteri lah sekalian."

"Mau si, Na. Cuman banyak yang kotor, bahkan jaksa aja bisa ikutan kotor."

drive safe Where stories live. Discover now