Hati-Hati

5.4K 745 37
                                    

NOTE:

🚫🚫 GAK ADA YANG BOLEH BAWA CERITA INI KELUAR DARI PLATFORM WP!🚫🚫

🚫🚫GAK BOLEH! POKOKNYA MAU DIJADIIN DRAMA ROLEPLAYER, AU, TUGAS SEKOLAH, ATAU APA AJA, DILARANG DENGAN SANGAT KERAS MEMBAWANYA KELUAR DARI PLATFORM INI! HAL INI TERMASUK DALAM PLAGIARISME. AKU GAK PEDULI KALIAN MAU NAMBAHIN CREDIT ATAU GAK, TETAP TIDAK BOLEH!!!!🚫🚫

■■■■■

Pada keramaian kereta di siang hari itu, ketika semua orang larut dalam bisingnya suara mesin melintas di atas rel dan bagaimana panas mengudara di dalam gerbong sana. Semuanya tampak sibuk dalam kegiatan masing-masing, tanpa perlu peduli dengan orang-orang di sekitar mereka. Begitulah memang suasana gambaran masyarakat kota yang semakin hari semakin tak kenal lelah. Bagaimana mereka beraktivitas mengejar waktu dengan segala cara. 

Orang-orang sibuk menundukkan kepala mereka sambil memainkan benda elektronik pipih milik masing-masing. Tapi ada satu yang tampak sedang terlelap di bangku panjang dekat pintu masuk itu. Ketika telinganya tertutupi dengan headset miliknya dan mulai terlelap saat musik mulai mengalir dari sana.

Tak semua di dalam gerbong sana tampak sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Pada keramaian orang-orang yang tengah berdiri memegang hand holder tersebut, ada seorang gadis yang begitu kuat dapat menerobos mereka semua.

Langkahnya tampak tergesah-gesah melewati keramaian di depannya. Raut wajah cemasnya begitu terlihat seraya kedua tangannya memegangi tas ransel hitamnya. Ia menoleh ke sekitar dan orang-orang yang melihat dibuat kebingungan dengan tingkahnya itu. Lebih tepatnya ia terlihat seperti seorang pencuri yang tengah kabur.

Kala itu ada Nana yang tengah menikmati perjalanannya menuju luar Jakarta sambil meramaikan gerbong kereta tersebut. Awalnya ia terlihat terlelap sampai tiba ia merasakan ada sesuatu yang keras menabrak kakinya.

BUUGH!!

Kelopak matanya lantas terbuka dengan cepat. Ada sensasi nyeri di sekitar lututnya setelah rasa tertabrak tadi. Nana mendesis, lalu menoleh ke depannya. Di situlah ia melihat pelaku yang menabraknya tadi.

"Maaf, Mas."

Matanya terpaku melihat seorang gadis dengan penampilan nyaris begitu berantakan dengan wajah yang terlihat seperti orang gembel. Nana tidak mengejek, tapi ia tampak begitu panik seperti dikejar sesuatu di gerbong ini.

Lalu gadis itu segera menepi di tiang kursi seberangnya. Dia memeluk erat tas ransel itu dan menutupi lagi tudung jaketnya yang lepas. Ada satu hal yang berhasil menarik perhatian mata Nana, tangan kanannya yang terlilit oleh tali perban cokelat yang begitu tebal.

Semua orang di sini lantas memandanginya dengan curiga. Apa ia seorang pasien rumah sakit jiwa yang sedang kabur? Atau, ia adalah pencuri yang berusaha kabur dari pihak polisi? Tak ada yang tahu, tapi orang-orang tampak terus menghakiminya seperti itu.

Nana tak terlalu mengambil pusing, ia kembali terlelap sambil mendengarkan alunan lagu dari headsetnya. Barulah sekitar dua puluh menit berlalu, suara pengumuman berbunyi dari ujung lorong gerbong ini. Menandakan sebentar lagi kereta akan berhenti di stasiun yang menjadi tujuan beberapa orang.

Sekitar sepuluh menit menunggu, barulah kereta dinyatakan telah berhenti dengan sempurna. Nana segera terbangun dari sandarannya. Ia mengambil beberapa tas jinjing yang ia selipkan di bawah kursi. Setelah beberapa orang pergi, matanya tak sengaja menoleh ke arah pintu. Gadis yang menabraknya tadi masih ada di sana.

Matanya tak berhenti bergerak melihat orang-orang yang mulai keluar dari dalam sini. Ia begitu cemas sambil sesekali melirik ke belakangnya. Barulah setelah pintu itu sepi, ia melangkah keluar dari gerbong ini.

BUGH!

"Aaw!"

Ia terlalu ceroboh ketika hendak berlari, sampai badannya tertabrak sisi pintu kereta dan meringis di bagian tangannya yang diperban itu.

Nana melihati semua yang terjadi. Setelah gadis itu kabur, barulah ia menyadari ada benda lain yang terjatuh dari tas ranselnya itu. Sebuah botol minum berwarna biru milik gadis itu tertinggal di sini.

Dengan segera Nana beranjak dari tempat ini dan tak lupa mengambil botol minum barusan. Untuk pertama kalinya ia menginjak stasiun tempat berdiri ini. Matanya terus mengedar mencari sosok yang sedang ia cari dan untungnya belum terburu untuk segera hilang.

Nana berlari mengejarnya segera. Ia harus mengembalikan barang milik orang itu, walaupun dirinya harus dibuat repot.

"Mbak!"

Langkahnya langsung tertuju keluar stasiun dan melihat banyaknya keramaian orang-orang di sana. Ia mencari lagi sosok gadis yang memakai jaket abu-abu tadi. Dan tak butuh waktu lama, ketika dia melihatnya yang tengah menunggu di jalan masuk ke stasiun.

Nana menghampirinya segera dan saat itulah ia bertatap muka lagi dengan gadis itu. Ketika melihatnya begitu dekat, Nana dapat melihat penampilan kacaunya seperti penjahat yang tengah kabur dari incaran polisi.

"Botolnya tadi jatuh." Botol minum yang Nana bawa tadi langsung diserahkan kepadanya.

Gadis itu meraihnya dengan perlahan sambil menggunakan tangannya yang diperban itu. Bahkan Nana dapat melihat ada banyak luka lecet di sana.

"Mbak nggak papa?" Nana bertanya.

Pihak lawan bicara hanya menggeleng menjawabnya.

"Makasih," balas gadis itu.

Selanjutnya Nana ditinggalkan seorang diri di depan jalan masuk stasiun itu. Gadis itu telah pergi dari hadapannya dan ia terlihat didatangi oleh seorang wanita paruh baya yang menyambut kedatangannya.

Sayup-sayup terdengarlah suara percakapan mereka.

"Bu!"

"Ya ampun, Ra! Kamu dateng sendirian ke sini?"

"Iya, Bu."

"Kamu nggak papa?"

"Di rumah nggak aman, Bu. Papa bener-bener nggak bisa diharepin."

"Kamu kenapa kayak gini, Ra?? Kamu bikin ibu cemas."

"Papa marah, Ara nggak suka. Jadi Ara pindah ke sini ya."

"Kamu kabur?"

"Maaf, Bu."

"Yaudah, sekarang kamu ke rumah dulu ya. Kapan kamu masuk kuliahnya?"

"Empat hari lagi, Bu."

Dari ujung jalan sana dapat terlihat ekspresi terkejut dari wanita paruh baya itu.

"Loh, masuknya cepet berarti."

"Ara susah dapet izin dari papa."

Entah semakin didengar, percakapan mereka semakin menarik untuk Nana. Sampai tak sadar bahwa gadis itu juga melihat ke arahnya, membuat dia harus segera mengalihkan matanya sebelum semakin ketahuan.

Nana segera melangkah duluan untuk menghindari mereka. Taksi online pesanannya sudah tiba. Di dalam mobil itu, Nana melihat lagi gadis tadi bersama ibunya tengah berjalan bersama, sambil melewati keramaian lalu lintas di sekitar mereka.

Dari percakapan tadi, Nana jadi teringat akan sesuatu. Ada konflik yang terjadi antara gadis itu dengan orang tuanya. Menyebabkannya harus kabur sampai ke rumah orang lain. Tapi syukurnya ia masih dapat bertemu dengan orang yang mau membantunya.

■■■■■

TBC

Selamat datang di semesta baru •asdos• untuk Nana, •drive safe•^^

Siap mengikuti kisah baru Nana? Yang bertemu kembali dengan teman lamanya dan kembali berjuang melawan ketidakadilan di sekitarnya.

Ditunggu terus ya :)

drive safe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang