023 | Kamu Dan Kenangan

2.3K 336 33
                                    

Haechan pusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan pusing.

Ia meletakan bolpoint yang sedari tadi ia mainkan, entah itu diputar-putar atau di ketuk-ketukan di meja. Matanya menatap Yuta, Jeno, Jaemin, Chenle, Renjun serta Somi yang ada dihadapannya. Baru saja mereka mengadakan rapat dadakan untuk mengatur strategi. Jesya, Johnny, Mark, serta Felix sedang bergerak terlebih dahulu mendekati lokasi serta menjemput kehadiran Jeffrey yang kembali lagi ke Jakarta membawa senjata api dari Amerika dengan menghalalkan segala cara.

Yah, siapa yang tak kenal lelaki itu, Jeffrey, Amerika dan usaha bar miliknya sudah menjadi perbincangan pebisnis dunia gelap.

"Gue mau buat kopi dulu, kepala gue puyeng." Haechan bangkit dari kursinya lalu beranjak ke dapur.

Sebenarnya Renjun sudah membuatkan mereka minuman masing-masing, tapi Haechan butuh gelas kedua untuk menjernihkan pikirannya. Bagaimanapun ada banyak pikiran rumit yang ada di kepalanya. Mengambil kopi kemasan di atas lemari lalu menyeduhnya dengan air hangat. Haechan mengangkat cangkir berisi kopi pahit itu lalu beranjak ke arah balkon, menatap kamar sesil di rumah seberang. Jeno menghampirinya, menawarkan sebatang rokok yang langsung diterimanya. Bagaimanapun juga, ia sudah legal dan kopi serta rokok adalah cara terakhir pelampiasan stressnya.

Haechan menghembuskan asap rokok itu di udara, menatap Jeno yang baru saja membakar lintingan putih yang mereka pegang.

"Kacau. Gue nggak pernah bayangin keluarga gue berubah jadi spy dadakan kek gini."

"Apalagi gue, Chan. Gue nggak pernah nyangka kalau H-utbk gue malah punya masalah segede ini. Jisung hilang."

"Untung dari dulu gue nggak pernah ambis buat belajar, jadi nggak belajar pun nggak ngerasa kehilangan." Haechan terkekeh miris lalu menghisap lintingan itu lagi.

Jeno ikut tertawa kecil meratapi nasib mereka. Sebenarnya Johnny amat sangat melarang keras anak-anaknya untuk merokok apalagi mencium bau rokok ada di rumah. Hal itu dikarenakan Somi ada sakit sesak ataupun Chenle yang membenci bau tembakau karena itu terlalu membuat kepalanya pening, tapi Haechan dan Jeno adalah patner terbaik untuk melanggar semua peraturan daddy. Termasuk jika daddy tak ada, halal hukumnya merokok di balkon asal tak ketahuan.

Ya, dari kembaran bertempat itu sudah sangat terlihat bahwa Haechan yang paling bandel, Jeno yang diam-diam menjerumuskan atau bahkan Nana yang punya persediaan Vape di laci meja belajarnya. Mereka semua pernah menjadi lelaki pada umumnya, hanya saja ia tahu waktu dan paham agar tak menjadi kecanduan. Berbeda dengan mereka bertiga, Renjun bisa dibilang anti nikotin, jika lelaki itu stress lelaki itu lebih memilih bermain pisau dan bumbu di dapur.

"Rokok satu, Jen!"

Tapi sepertinya tidak dengan malam ini.

Haechan tertawa menatap Renjun yang mulai membakar tembakaunya, lelaki itu batuk-batuk awalnya, lalu kemudian merasa nyaman. "Udah deh, njun, makan yupi aja dah nggak usah gegaya ngerokok."

About Rafsanjani Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang