BAB 01 : Love in the Library

13 4 0
                                    

MUNGKIN, kebanyakan orang memilih menghabiskan jam istirahatnya di kantin, lapangan, hingga basecamp mereka masing-masing. Berbeda dengan Dynta, ia lebih senang berkunjung ke perpustakaan. Bahkan, ia sudah melakukannya sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Dynta kecil merogoh sebuah buku berjudul "Kisah Kelinci dan Kura-kura" dari dalam rak. Buku itu sudah lama menjadi incarannya, namun selalu gagal ia baca karena sudah didahului oleh anak lain.

Jadi, Dynta tak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Pokoknya, sekarang juga ia harus membacanya sampai habis.

"Wah, ternyata bukunya bagus banget! Jadi nggak sabar sama ending-nya."

Tak terasa, Dynta sudah hampir di penghujung cerita. Ekpektasi indah yang sudah ia rangkai sejak awal membaca, tiba-tiba runtuh begitu saja saat ia sampai di kalimat terakhir buku tersebut.

"Kura-kura merasa sedih. Kenapa dirinya tidak bisa berlari sekencang kelinci? Kenapa ia selalu kalah, dan ditertawakan oleh hewan lain?"

Sebagai penggemar happy ending sejati, sudah pasti Dynta membenci buku ini. Bagaimana tidak, ternyata si main character alias kura-kura selalu bernasib malang karena tak pernah berhasil melawan kelinci, mendapat olokan dari hewan lain, inilah-itulah-dahlah.

Dynta mengembuskan napas berat. "Yahhh, kenapa ending-nya kayak gini? Coba kalo si kura-kura menang, pasti sekarang kelinci udah minder sama dia."

Saat hendak berdiri dan mengembalikan buku itu ke tempatnya, tiba-tiba langkah Dynta terhenti karena ia mendengar sesuatu yang teramat sangat penting!

"Kura-kura tersenyum bangga, akhirnya dia berhasil melewati garis finish dan mengalahkan kelinci, tamat."

Mulut Dynta menganga hingga membentuk huruf 'O'. Bagaimana mungkin bocah laki-laki di hadapannya melafalkan kelanjutan dari buku yang baru saja ia baca? Dan lebih pentingnya lagi, buku itu memiliki akhir yang bahagia! Seperti harapannya!

Semula, Dynta tak pernah mengira jika buku yang telah dibacanya itu memiliki sekuel. Oleh karenya, untuk kali kedua, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan platinum ini.

"Hei! Kamu udah beres baca bukunya, 'kan? Aku boleh pinjem, nggak?"

"Ini?" Bocah itu mengangkat bukunya ke arah Dynta, lalu tersenyum jahil. "Nggak boleh!"

Mendengar jawaban menyebalkan dari cowok itu, seketika membuat Dynta merasa kesal. Bukannya marah, ia malah menangis.

"Eh, kok kamu nangis?"

Dari raut wajahnya, bocah lelaki itu tampak menyesal. Dia mendekati Dynta, kemudian memberikan buku yang diinginkannya dengan suka rela.

"Oke, oke, aku kasih pinjem bukunya, tapi kamu harus berhenti nangis!" Dengan cepat, Dynta mengangguk. Dan sesuai janjinya, ia berhenti menangis.

"Nama kamu siapa?" tanya bocah laki-laki itu sambil tersipu malu.

"Dynta. Kalo kamu?"

"GIBRANNN!!!" Sebuah teriakkan berhasil memecahkan lamunan Dynta.

Gibran si troublemaker ternyata sudah mengembangkan sayapnya ke perpustakaan. Sangat menyebalkan!

Losing UsWhere stories live. Discover now