25

2.7K 134 2
                                    

Co-translator : babibubego

25. BULAN PURNAMA (SKY ♥ KAO)
-Kao-
 
“Aku tidak akan pergi.” Aku menolak ketiga kalinya ketika P’Sky mengajakku untuk keluar dengan teman SMA nya, karena tidak ada yang aku kenal.
 
“Ayo, temani aku. Aku berjanji kalau kamu bosan, kita bisa langsung pulang.” P’Sky terus membujukku, aku menyadari kalau P’Sky sangat keras kepala.
 
“P’Sky pergi saja sendiri, bersenang-senang saja, jika mengajakku nanti aku jadi pengganggu.”
 
“Jangan berpikir begitu, kamu bisa duduk dan pikirkan dulu. Ada baiknya kalau kamu ikut pergi.”
 
Aku berusaha membangun benteng yang kuat, aku akui kalau aku selalu mudah terpengaruh dengan kata-kata Sky dan kali ini juga begitu.
 
“Tapi jika tidak menyenangkan, aku akan pergi duluan. P’Sky tidak usah ikut, tetap bersenang-senang saja dengan temanmu. Aku tidak ingin temanmu merasa terganggu.” Aku bernegosiasi.
 
“Baiklah aku setuju dengan itu. Sore ini aku akan menjemputmu, jangan lari lagi.”
 
“Iya.” Aku mengangguk.
 
“Belajar dengan baik.” Tangan besar itu mengelus kepalaku, dan memberikan senyum yang hangat.
 
“Aku bukan anak kecil.”
 
Kata-kata itu menjadi kebiasaan untuk kami berdua. Aku tidak tahu apa yang salah, aku selalu bersikap seperti anak kecil.
 
“Toh turun sekarang.” Aku menengok ke arah Toh yang duduk dikursi belakang. Sekarang, ketika aku masuk kedalam mobil, dia tidak bersuara seperti aku naik kemobil sendirian, sampai aku bahkan tidak menyadari kehadirannya.
 
“Terima kasih P’Sky.” Toh tersenyum sebelum membuka pintu, aku tidak yakin apakah Toh itu temanku atau anak P’Sky. sekarang dia tidak pernah membantuku dalam situasi apapun.
 
“Sampai nanti sore.”
 
“Iya.” Aku berdiri disamping mobil, menunggu mobil itu pergi, lalu orang disampingku menggandeng lenganku.
 
“Aku akan membantumu.”
 
“Bantu apa?
 
“Pacarmu mengajaknya untuk keluar, siapa yang berani mengganggu.”
 
“Toh.”
 
“Semua orang tahu kalau kamu adalah pacar P’Sky, hanya kamu yang tidak menyadarinya.”
 
“Aku belum menyetujui hal itu.”
 
“Jangan terlalu keras kepada P’Sky. Lebih penting lagi, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Kamu suka dia, begitupula dia, iya kan? Kenapa harus menolak untuk bahagia?”
 
“Toh sudah dewasa, bahkan lebih baik bicara tentang itu.”
 
“Sangat hebat, aku iri kepada dirimu.” Orang itu bicara membuat wajah yang bahagia. Terkadang aku merasa iri, ingin seperti Toh, aku ingin berpikir seperti dirinya.
 
“Toh selalu diam-diam menganggumi P’Neua, aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan menghadapi hari seperti ini. suatu hari P’Neua mendekat, aku merasa bisa menjangkaunya. Aku tidak pernah mengira hal itu, sampai hari ini. akhirnya aku bisa meraihnya.
 
“Fakta ketika kita menyukai seseorang dan akhirnya bisa berada disampingnya, itu sudah cukup kan? Untuk Toh itu sudah cukup, tidak ada hal yang lebih penting. Kenapa aku harus melakukan hal lain? Kenapa aku harus berpikir keras? Seberapa bagusnya bisa saling memeluk seperti ini.”
 
“Kamu berpikir itu mudah, Toh.”
 
“Dan dimana sulitnya?”
 
“Orang disekitar, teman, orang tua.”
 
“Toh tahu kamu mungkin berpikir kalau kamu tidak cocok untuk P’Sky. apa Toh cocok untuk P’Neua? Mungkin juga tidak. Tapi P mengatakan kalau dia bersama Toh, dia merasa lebih bahagia dibandingkan dengan orang lain. Toh percaya itu.”
 
“Banyak cara untuk mengetahuinya, Kao. Kalau Toh, berjalan bersama seperti ini, apa kamu pikir Toh tidak khawatir tentang pandangan orang disekitar? Apa yang mereka pikirkan, kita tidak bisa menahannya. Apa kamu bisa menerimanya? Tapi Toh ingin mencobanya, mencoba untuk melihatnya dulu.”
 
“Kita mulai dengan lingkungan yang lebih kecil. Seperti Toh sekarang bahagia, tidak perlu buru-buru mengumumkannya kedunia. Beri waktu pada dirimu untuk terbiasa dengan tatapan disekitarmu yang penasaran. Lama kelamaan kamu akan terbiasa, dan itu akan membuatmu menjadi lebih kuat. Perlahan Toh akan bisa melindungi P’Neua.”
 
“Toh tetaplah Toh. Bagaimanapun, kamu bisa berpikir begitu, Kao iri.”
 
“Jangan iri terlalu lama, suatu saat orang lain akan iri kepadamu juga, percayalah kepada Toh.”
 
“Terima kasih, Toh. Ayo kita naik, mereka pasti sudah mengumpat sekarang.” Aku menarik lengan Toh untuk berjalan.
 
*****
 
“Ini teman-temanku.” P’Sky memperkenalkan teman-temannya yang duduk dimeja.
 
“Ini, Kao Chao, kamu bisa memanggilnya Kao.”
 
“Halo,” aku menaikkan tanganku untuk memberikan hormat kepada orang diseluruh meja.
 
“Oh-ho, hari ini Sky tidak membawa perempuan, apa akan ada hujan badai dan banjir?”
 
“Berlebihan. Aku tidak seperti itu.” Tatapannya seperti meminta maaf.
 
“Aku tidak membawa jepit rambut. Aku pikir aku akan menemukan hal yang bagus.”
 
“Aku sudah lama juga tidak menggunakan jepit rambut.” Aku mulai merasa lebih baik karena memutuskan untuk datang.
 
“Hei kalian, jangan banyak bicara, membuat aku kehilangan nilai.”
 
“Siapa yang kamu pilih? Atau ada orang yang sedang kamu dekati? Kamu harus mengupdatenya untukku.” Orang yang bernama Non melihat kearah temannya.
 
“Aku tidak tahu.”
 
“Bukan temanku.”
 
“Apa maksudmu? Datang dan memberikan teka teki lagi.”
 
“Teka teki apa? Aku hanya setuju untuk datang.”
 
Aku pikir P’Sky tidak akan membahas soal itu, karena dia diam saja.
 
“Ini tidak seperti didalam drama, Sky.”
 
 “Iya, tapi jangan menggoda Kao, dia pemalu.”
 
Aku tiba-tiba menatap orang yang seperti merasa tenang, aku tidak merasakan perubahan suasana disekitar meja.
 
“Jangan katakan, kalau kamu…”
 
“Hey, cukup, jangan menggodanya. Itu tidak menyenangkan. Jangan terlalu mencampuri urusan mereka, kita kan datang untuk minum.”
 
P’Sky memberikan gelas bir kepadaku. aku mengangguk untuk berterima kasih. Aku meminumnya sekali teguk.
 
“Perlahan.” Orang disampingku menarik kursiku mendekat.
 
“Karena siapa? Berani mengatakan itu.” Aku berbisik perlahan, tidak membiarkan orang lain mendengarnya.
 
“Yah, aku tidak ingin kamu salah sangka tentang apapun. Kamu akan menganggapku tidak tulus.”
 
“Aku tahu.”
 
“Itu benar, P…”
 
“Apa kamu tidak percaya? Apa aku harus mengatakannya didepan teman?”
 
“Hey Bua! Ayo bermain bersama Nong.” aku melihat wanita bernama Bua, dia sangat cantik.
 
“Itu benar, Bua. Aku sangat putus asa karena aku tidak punya pacar. Aku akan mabuk dan bergulat malam ini.”
 
“Sialan! Bangunlah!”
 
“Apa yang harus aku lakukan? Seharusnya aku membawanya juga. Aku tidak ingin tertinggal.”
 
“Sial! Aku tidak bisa melakukannya lagi. Jangan menyesal karena bir, aku akan muntah.”
 
“Oh P, tolong beritahu Plea sedikit, bagaimana lelaki saling mencintai. Aku akan melakukannya dengan suamiku, benarkan?” Plea menyentil kepala Tai. Aku baru menyadari kalau mereka berdua berpacaran.
 
“Istri ini selalu saja mengeluh pagi dan malam, apa lagi yang kamu inginkan?”
 
“Haha.” Aku tidak bisa berhenti tertawa melihat keimutan mereka berdua, aku merasa sedikit rileks. Para senior ini sangat imut, mereka menatapku yang tertawa.
 
Lebih dari satu jam sudah terlewati, aku merasa lebih tenang, tidak secanggung yang aku pikirkan. Aku hanya duduk dan mendengarkan mereka mengobrol, menceritakan tentang kehidupan mereka.
 
“Kamu bosan?”
 
Aku menggelengkan kepala ketika P’Sky menunduk untuk bertanya.
 
“Aku akan keluar dan telepon Toh. Aku sudah berjanji akan meneleponnya.”
 
“Pergilah.”
 
Aku berdiri dan berjalan keluar jadi aku bisa menelepon tanpa harus berteriak.
 
*****
 
“Dia pasti salah ketika mengatakan itu. Apa diantara kalian ada yang mendengar berita tentang Sky sebelum ini?” aku berhenti dan berbalik bersembunyi di balik tembok, ketika aku mendengar suara yang familiar serta nama yang aku kenal.
 
“Tiba-tiba dia mengatakan kalau dia menyukai lelaki. Dia pikir aku akan mempercayainya?”
 
“Yah, aku tidak tahu apa yang sedang dimainkan oleh Sky.”
 
“Yah, aku juga.”
 
“Gila, aku tidak bisa berkomentar. Itu tidak mungkin, Sky memiliki kelainan. Lagipula, kamu lihatkan anak yang bersamanya, pendek, gendut, dan keriting, aku tidak bisa melihat hal yang bagus. Jadi bagaimana aku bisa percaya? Jika dia membawa seseorang yang sedikit tampan, aku tidak akan berkomentar.”
 
“Jika tidak?” aku tidak bisa menggerakkan kakiku. Jadi aku hanya bisa berdiri dan mendengarkan orang itu berbicara.
 
“yah, kalau begitu artinya aku punya harapan. Aku terlihat lebih baik, mungkin aku bisa menjadikan Sky milikku.”
 
“Okay, aku akan masuk. Kamu bisa mencobanya.”
 
Aku cepat-cepat kembali kedalam pub, menunggu P’Bua untuk masuk duluan. Aku keluar perlahan, pendek, gendut, itu memang benar.
 
“Kenapa menghilang begitu lama? Aku pikir kamu kabur lagi.”
 
“Ibuku menelepon, jadi aku bicara dulu.”
 
“Um..”
 
“Nong, kamu sangat imut, montok dan chubby. Berapa beratmu?”
 
“Beratku xx.” Aku menjawab dengan baik. Untuk mengetahui arti dari pertanyaan itu.
 
“Ouch, apakah Sky bisa mengangkatnya? Apakah dulu kamu sering diejek sebagai babi gendut?”
 
“Bua kamu hari ini keterlaluan.” Plea memarahi temannya, sebelum berbalik untuk meminta maaf kepadaku.
 
“Jangan diambil hati. Aku rasa dia terlalu banyak minum dan hanya menggoda.”
 
“Tidak apa.”
 
“Iya, hanya menggoda. Kenapa kamu harus marah? Bua mengatakan kebenaran, jadi Nong tidak akan kesepian.”
 
“Terima kasih.” Sekali lagi aku berpura-pura kalau aku percaya apa yang dibicarakan P’Bua.
 
“Bisa mengangkat atau tidak? Aku belum mencobanya. Bisakah aku mencobanya?” P’Sky mengatakan dengan keras dan melirik kearahku.
 
“Woaah, wah, wah.”
 
“Angkat, bawa, bawa.”
 
“Dukungan yang sangat keras dari teman-temanku, beberapa diantara mereka sangat senang membuat aku malu.”
 
“Ejekan itu tidak masuk akal. Kamu bisa saja menyakiti punggungmu.”
 
“Atau P’Bua yang ingin mengangkatmu?”
 
“Aku tidak bilang begitu.” P’Bua menjawab dengan gugup.
 
“Sky jika kamu tidak melakukannya, aku pikir kamu hanya bercanda soal Nongmu.”
 
Aku buru-buru menggelengkan kepalaku kepada P’Sky. restaurant sangat ramai, dan mereka memaksa P’Sky untuk mengangkatku di pundaknya.
 
“Maafkan aku, cintaku. Aku tidak akan menyerah.”
 
“Sial, terlambat, kata-katanya sudah berubah.”
 
“Aku tidak percaya, tidak percaya. Kamu harus membuktikannya.”
 
“Apa yang kamu inginkan? Aku bisa menjamin kalau itu 100 persen benar.”
 
Aku melihat teman-temannya, P’Sky menengok kekanan dan kekiri seperti meminta pendapat, dan gerakannya sepertinya tidak bagus untukku. Aku harus memikirkan rencana untuk kabur, aku harus mengundurkan diri dulu.
 
“Hey, Sky, bagaimana jika kamu mengatakan cinta dihadapan kami, nyatakan perlahan dan dengan lembut, jadi seluruh orang akan mendengarnya? Apa kamu berani?” P’Plea mengusulkan cara paling baik, tapi tidak begitu menurutku.
 
“Aku ingin pergi ke toilet dan akan kembali nanti.”
 
“Jangan pergi. Dengarkan apa yang akan dikatakan P dulu.” Bass menghentikan aku.
 
“Aku suka Kao, sangat suka. Aku cinta Kao.”
 
“Ahhhh….. aku mati dan menuju surga!” Adik kecil berteriak sampai P’Tai yang duduk disampingnya harus menutup telinganya.
 
“Sky, kamu benar-benar lelaki yang sejati.”
 
“Apa jawabanmu? Apa kamu akan menjawab iya?”
 
“Perlahan, istrinya saja belum menjawab. Bagaimana kamu mendahuluinya?”
 
“Aku hanya diam saja. Suami Sky tidak bertanya kepadaku. bagaimana kamu menjawab, Nong?” Plea menghadapku untuk menggoda.
 
“Apa kamu sudah cukup bermainnya? Apa kamu tidak ingin minum? Sky jangan ikut bermain. Kamu tahu kan orang-orang ini hanya bercanda.”
 
“Kali ini apa yang dikatakan Bua itu salah. Ini bukan candaan, ini masalah cinta, iya kan ?”
 
“Iya, aku tidak melakukannya karena bercanda, aku sudah mengatakannya tiga kali sehari, jadi aku sudah terbiasa mengatakannya.
 
“Fuck!” P’Non bahkan berteriak ketika tahu kebenarannya.
 
“Tapi kamu tidak perlu menjawabnya. jangan menjawabnya karena dipaksa oleh teman. Aku bisa menunggu.”
 
“Kamu ingin jadi pahlawan? Aku menunggu untuk berdebat dengan Nong. dia tidak akan menjawab.”
 
“Apa kamu akan begitu tega, Kao?”
 
“Aku…aku..” aku baru mendapat kesempatan untuk bicara.
 
Apa yang pernah dikatakan Toh? ‘Jika P berkata kalau dia lebih bahagia bersama Toh dibandingankan dengan orang lain, Toh akan percaya.’
 
“Aku juga suka P’Sky.”
 
“KAO!!”
 
“KAO!!”
 
Aku menundukkan kepalaku dan menyalahkan alkohol yang membuat aku mabuk, tapi hanya satu gelas apa akan membuat aku mabuk.
 
“hey, aku dan Kao akan kembali duluan. Aku akan ganti lain waktu, aku harus minta maaf.”
 
“Tapi..”
 
“Oh, pergilah, tidak apa-apa, teman. Selamat.”
 
“Ayo.” P’Sky menarik tanganku dan mengambil tasku lalu berjalan keluar.
 
*****
 
“Apa yang kamu katakana tadi benar?” P’Sky bertanya kepadaku setelah beberapa saat di mobil sampai P’Sky menemukan tempat yang sepi dan gelap untuk parkir.
 
“Aku..”
 
“Apa kamu mengatakannya karena tekanan dari temanku?”
 
“Aku..”
 
“Khun…”
 
“Tidak..”
 
“Tidak apa? Tidak benar atau tidak ditekan?”
 
“P’Sky sudah tahu.” Aku berdalih, tidak ingin mengulangnya.
 
“Aku tidak tahu. Aku ingin mendengarnya. Bisakah kamu mengatakannya?”
 
“Aku gendut.” Aku tidak tahu bagaimana memulainya.
 
“Huh? Tidak gendut.”
 
“Gendut.”
 
“Cuma chubby.”
 
“Pendek.”
 
“Yah aku tidak suka pacar yang tinggi.”
 
“Aku tidak tampan.”
 
“Kamu imut. Apa kamu tidak tahu kalau pipi kamu sangat menggoda? Bagaimana itu tidak imut?” P’Sky mengangkat tangannya untuk mencubit kedua pipiku.
 
“Aku canggung.”
 
“Bagaimana?”
 
“Aku bukan tipe yang disukai P’Sky.”
 
“Tipe dan suka tidak ada hubungannya.”
 
“P’Sky tinggi dan tampan, dan aku gendut. Akan terlihat jelek jika berjalan bersama.”
 
“Itu lagi, kemarilah.” P’Sky menarikku mendekat kearahnya. “Gendut dibagian mana?” P’Sky memeluk pinggangku.”Lihat, aku bisa memelukmu dengan nyaman.”
 
“Jangan terlalu banyak berpikir. Jika aku tidak menyukaimu, aku tidak mungkin mendekatimu. Itu artinya aku menyukai kamu apa adanya.”
 
“Sekarang aku tanya kepadamu, apakah kamu benar-benar menyukaiku?”
 
Aku memilih untuk menyembunyikan wajahku, sebelum mengangguk beberapa kali.
 
“Terima aku dan jangan berubah pikiran besok.”
 
“Sangat mengancam.”
 
“Dengan orang yang keras kepala, aku harus mengancam.”
 
“Kao tidak keras kepala…”
 
“hm.. yah tidak begitu..”
 
Aku mengangkat tanganku untuk menutupi mulut, ketika aku diserang dengan cium dibibir. Walaupun hanya sekejap, lalu melepaskannya.
 
“Kamu pacarku sekarang.”
 
“Siapa bilang?”
 
“Kao yang bilang barusan.”
 
“Tidak, jangan menyimpulkan begitu cepat.”
 
“Aku suka kamu, kamu suka aku, jika bukan pacar lalu apa? Atau harus langsung loncat menjadi pasangan?”
(T/N : Pasangan maksudnya disini adalah pasangan menikah.)
 
“P’Sky.” aku buru-buru memotongnya, lalu bergeser kembali kekursiku untuk duduk.
 
“Hahaha, jangan takut, bukan hari ini.”
 
“Tidak ada hari lain.”
 
“Coba dulu. Jika kamu masih belum mencintaiku, aku tetap akan mencintaimu.” P yang gila itu mengejekku.
 
“Aku…aku bilang suka, aku tidak bilang cinta. Aku belum cinta.”
 
“Iya, Kao hanya bilang suka. Kamu belum cinta, jadi belum suami istri, hanya pacaran.”
 
“….”
 
Aku tidak ingin menjawabnya.
 
“Kao..”
 
“….”
 
“Lihat sekarang bulan purnama. Cantik kan?”
 
“…”
 
“Kamu itu seperti bulan, kamu tahu? Kamu tidak membosankan.”
 
“…”
 
“Ayo kita pulang.”
 
P’Sky menyalakan mesin dan menyetir, tidak menggangguku lagi, membiarkan aku duduk diam sambil melihat bulan diluar jendela.
 
Tunggu, kenapa aku berubah menjadi bulan?
 
“Hey, aku bulat kan? Jadi kamu bilang aku bulat?!!”
 
“LOL!”

Secret Crush On You (Terjemahan Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now