4

3K 213 2
                                    

Co-translator : babibubego

4. TIPE STALKER TOH

“Sialan, bakso milikku, Toh!” Som memperhatikan pria dengan capit besar lewat sampai lupa memasang pagar pembatas disekitar mangkok mienya seperti biasa, sehingga membuatku dengan mudah mencuri baksonya.

“Kembalikan cintaku.” Ini bakso ikan spesial, penjaga toko hanya memberikan 1 buah per mangkok, dan sisanya hanya bakso ikan biasa.

“Tidak akan.”

“Psycho!”

“Terima kasih sudah menonton.” Aku menyuap bakso kesayangan milik Som. Oh, putih, montok dan enak untuk dimakan.

“Toh anjing.”

“Anjing yang sangat baik dan pintar, aku suka.” Berpura-pura memasukkan bakso itu kedalam mulutku dan membuat Som kesal.

“Aku…” Som masih berusaha untuk memakiku yang bermain dengan baksonya, tapi aku tidak peduli. “Jempol!”

Aku terkejut dan tanganku kaku, membiarkan bakso itu jatuh dari sumpit. Som dengan cepat mengambil bakso tersayangnya. Rasa lapar Som sangat mengerikan, game itu membuat lidahku sakit.

“Jadi ada cerita apa? Tenang jempol…” Daisy tidak pernah melewatkan gossip yang bagus.

Kao tertawa lembut, dia mengangkat tangannya dan menyentuh jempolnya kemulutnya.

“Hahahahah, Toh sialan! Itu hanya ciuman jempol!”

“Uuuuuhhh.” Aku bisa melihat takdirku sendiri, mulai sekarang jempol akan ditersimpan didalam ingatanku untuk waktu yang lama. Semakin mereka membicarakanya, aku semakain benci. Aku harap mereka cepat bosan.

“Apa kamu membuat janji untuk memberikan fotonya kepada P’Neua? Tadi pagi aku bertemu dengan P’Thep dan bertanya.”

“Aku akan mengirimkanya hari ini.”

“Oh Tuan Toh, kamu tidak mengatakan apapun kepadaku. Apa kamu takut jika aku mengintip?” Ya, kamu pasti akan mengintip, Daisy, aku tahu.

“Aku belum membuat janji, aku akan bertemu dengan P’Neua di fakultasnya. Dia memiliki jadwal sore ini.” tidak ada yang bertanya mengapa aku tahu, karena mereka sudah malas mendengarnya.

“Toh, P’Neua tidak ada disini, lebih baik kamu meneleponnya dulu.” Apa yang dikatakan oleh Som ada benarnya. Sejak aku mengikuti P’Neua, aku tahu dia tidak pernah bolos dari kelasnya. Tapi sekarang aku sudah memiliki nomernya dan bisa membuat janji. Itu tidak akan merugikan, jadi kenapa aku harus takut?

Aku dengan cepat mengambil ponselku dan menelepon P’Neua ku tercinta.

“Halo, P’Neua.”

“Aku akan membawa file fotonya ke fakultas.”

“Oh?”

“Titipkan kepada P’Sky?Tidak… itu… aku akan membuka filenya untuk kamu lihat, jaga-jaga jika ada yang ingin dirubah.”

“Dimalam hari aku senggang… aku tidak pergi kemanapun… diasramaku? Orang luar bisa naik keatas…”

“Baik, aku akan menemuimu nanti… halo?”

Oh, suaraku terdengar bahagia dan rileks.

“Kamu benar-benar terteguh, Toh?” Daisy terdengar sarkastik, mengapa semua temanku bersikap seperti ini? campuran antara ketenangan, kebosanan dan ingin memaki.

“Kamu baik-baik saja?”

“Apa kamu tidak tahu?Toh?” setiap wajah terlihat bosan.

“Dimana kamu akan bertemu dengan P’Neua?” Som mulai kehilangan kesabaran. Ketika aku mulai berpikir, aku masih memasang wajah bodoh.

“Janjian… NO….!” aku membuat janji dengan P’Neua di…

“Menyedihkan!”

“Uh, Somporn Pak? Kamu benar-benar bodoh!”

“Apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar mati!” aku benar-benar hancur. Mangkok mie, tolong abaikan, diotakku sekarang hanya ada kata ‘jelas mati!’

“Telepon P’Neua dan katakana bahwa kamu sibuk atau bertemu ditempat lain.”

“Aku tidak ingin berbohong kepada P’Neua, kesan pertama itu penting.” Aku tidak menghitung ketika aku bekerja untuk adik P’Neua. Ini pertama kalinya aku bertemu berdua saja dengan P’Neua, aku bisa katakan ini adalah first date kami.

“Kamu tidak ingin berbohong atau kamu takut untuk tidak akan bertemu dengan P’Neua, Khun Toh?”

“Ngomong-ngomong, cepatlah dan pikirkan jalan keluarnya.”

“Itu benar, bantu aku berpikir.” Aku menggunakan teman-temanku untuk berpikir, karena otakku membeku setiap kali membahas P’Neua, aku tidak bisa memikirkan apapun.

“Coba telepon untuk mengganti rencana pertemuannya. Kita lihat dulu, baru setelah itu kita pikirkan.”

“Okay.” Aku langsung menelepon P’Neua lagi.

“Halo, P. aku ingin mengganti pertemuan kita malam ini.”

“Yes…umm.. kalau begitu di asramaku, iya, P’Neua… halo?”

“Sialan you, Toh!”

“P’Neua bilang dia tidak akan tahu akan selesai jam berapa, kalau pulang kemalaman itu menyeramkan dan aku harus menunggu sangat lama untuk pulang. Jika aku diasrama, aku tidak perlu takut dan aku tidak ingin menundanya. Okay seperti sebelumnya.” Aku mengerutkan kening memohon belas kasihan.

“Kamu suka mencari masalah, dan sekarang apa yang akan kamu lakukan?”

“Jangan frustasi, Som. Bantu aku berpikir.” Aku tidak akan menunda apa pun lagi, karena itu akan menjadi masalah.

Saat ini pihak yang bermasalah harus menerima tanpa mengeluh.

“Jangan berdebat, ayo pergi ke kamarmu dan bersihkan meja, jika banyak yang membantu akan cepat selesai.” Akhir dari perang Toh.

“Aku bolos kelas lagi.” Kata Daisy dengan suara bosan, tapi cepat-cepat berkemas. Yah aku tahu kamu benar-benar malas belajar.

“Tapi aku menyusunnya didinding, aku butuh waktu lima sama enam bulan untuk menyusunnya agar terlihat indah.” Aku buru-buru takut seseorang mengambil barang-barangku.

“Sialan Toh!” mereka berteriak bersamaan, kenapa kalian tidak masuk ke paduan suara saja?

“Cepatlah, kita lihat apa yang bisa kita lakukan.” Kao mulai mengajak kami pergi.

“Pergi ke mobil Som, aku tidak membawa mobilku.”

“Oh, bagaimana kamu ke kampus pagi ini?”

“Uh…” Kao tidak menjawab, jadi aku lari kearahnya.

“Tadi pagi aku melihat dia dijemput, dan mereka saling menggoda.”

“P’Sky!!! Aku cemburu.” Daisy menari senang.

“P, apa itu benar?” Som terlihat kaget, mungkin dia berpikir teman-teman P’Neua hanya bersenang-senang.

Keduanya dekat sejak semalam, mereka benar-benar berada digaris terdepan, aku tidak ingin memberitahu Kao bahwa aku benar-benar sedih.

“Jadi, grup ini benar-benar tahu cara bermain, ada dua senior yang sudah dibicarakan selama satu minggu penuh.” Kata Daisy, Kao menekan telepon juga.

“P’Sky.” Ucapnya dengan tatapan penasaran, terlebih dari Daisy.

“Malam ini kamu tidak perlu menjemput… kenapa? Tetaplah disana. Aku akan pergi sekarang…”

“Apakah kamu faen atau atasannya? Kamu harus melapor kepadanya dua puluh empat jam?”

“Sibuk.” Kao buru-buru memberikan ponselnya ke tangan Daisy, berjalan kedepan dan tidak menunggu siapapun. Siapa bilang jika Kao sudah kehilangan gejalanya dan tidak menjadi canggung.

“Kamu percaya kepadanya? Bermain seperti ini, aku yakin.”

“Aku tidak suka menang, aku suka mempersiapkan diriku, suamiku, temanku.” Aku mendengarkan percakapan antara Som dan Daisy. Aku khawatir tentang Kao, apakah itu akan baik saja atau akan jadi bencana? Aku tidak yakin.

“Ayo pergi keasrama Toh dan ceritakan nanti, aku teman yang baik dan aku akan membereskannya dengan rapi.”

Dasar kau bajingan, jangan marah kepadaku. Sekarang aku hanya bergantung kepada dua orang ini, aku tidak bisa membelamu, Kao, maafkan aku.

*****

“Ditempel seperti ini?”

“Kekiri sedikit, kanan…ya disitu.” Keributan ini terjadi kamarku. Aku dan Kao memasukkan koleksi berharga kedalam kotak, Som dan Daisy memasang kain biru dongker dengan bintang kecil, yang dibeli untuk dibentangkan diatas gambar yang ada didinding kamar.

“Tahan pinggirnya.”

“Hati-hati dengan gambar P ku.”

“Ini tersangkut, apa yang kamu lakukan? Aku sampai kaget dan hampir menempalkannya kewajahmu.”

“Hanya untuk aku ketika aku membukanya aku akan kehilangan akal.”

“Rapikan, aku lelah.” Som mengeluh tapi tetap melihat kesekeliling kamar, takut jika ada yang tertinggal.

“Ayo kita pergi makan, aku lapar, Kao juga.”

“Yah, aku punya budget 300 baht, sisanya aku masukan kedalam toples untuk bayi baruku.” Yang aku maksud bayi baruku adalah lensa yang sudah aku incar sejak berbulan-bulan.

“Ya aku setuju! Kamu berjanji meminjamkannya kepadaku. Jika tidak aku tidak akan menerimanya.”

“Cepatlah!” aku buru-buru mendorong teman-temanku keluar dari kamar. Aku berbalik dan memastikan kembali semuanya sudah siap.

*****

“Apa kamu sudah makan? Aku membawa cream puffs. Aku tidak tahu apakah Toh suka makanan manis?” P’Neua mengangkat snack box kearahku ketika kami berjalan dari lantai dasar menuju kamarku.

“Aku suka, aku suka memakan semuanya, terutama jika gratis.”

“Jadi kamu suka.” Karena kamu suka, jadi aku juga suka.

“Kamar Toh sangat rapi. Apa biasanya begini atau kamu membereskannya karena tahu kalau P akan datang?”

Aku terkejut, apakah dia curiga? Mengapa ia bertanya seperti itu? Aku mulai khawatir walaupun dia tidak bermaksud bertanya seperti itu.

“Agak berantakan ketika aku belajar.” Aku menjawab setengah kebenaran.

“P’Neua, apakah bisa duduk dilantai? Aku tidak punya meja dan kursi. Aku hanya menggunakan meja jepang.”

“Oh meja yang kamu katakan kepadaku?” hahaha, aku masih ingat.

“Yang itu P.” aku mengambil meja jepang dan meletakkan komputer serta harddisk yang sudah aku siapkan untuk P.

“Kamu bisa membuka kemejamu, ruangan Toh sangat panas.” Kamarku tidak menggunakan ac, hanya ada kipas angina.

P’Neua melepaskan kemejanya dan hanya meninggalkan tank top putih. Kipas anginnya seharusnya tidak aku nyalakan. Jika sedikit panas apakah dia akan melepaskan tank topnya juga?

“Toh.”

“Iya?”

“Mengapa kamu melihat aku seperti itu?”

“Ketemu! Aku tidak… mencari… oh tidak.” Aku bingung dengan pikiranku sendiri karena bisa berdekatan seperti ini.

“Huh, aku iri dengan sosokmu. Toh terlalu kurus.”

Tolong jangan membayangkan aku sebagai seorang pria muda dengan pinggang kecil, seperti wanita yang imut. Tolong ingatlah anak kecil yang lapar, akan terlihat lebih jelas gambaran kekurusanku.

“P’Neua punya badan yang bagus.” Aku mengatakannya perlahan sebelum mengalihkan perhatiannya untuk melihat foto yang aku bukakan untuk P’Neua.

“P’Neua tekan saja next, dan beritahu aku foto yang ingin di edit.”

“Umm.” P’Neua duduk disebelahku, pahaku merona, bulu kudukku berdiri dan aku berkeringat.

“Apakah kamu kepanasan? Kacamatamu berembun.” P’Neua melepaskan kacamataku dan mengelap keringatku dengan tanktopnya. Aku rabun dekat, tapi tidak terlalu dekat dan mudah melihat, aku ingin mati dengan damai. Darahku hampir keluar, melambai, otot, putih, bulu halus, sesuatu yang muncul dari balik celana jinsnya, ahhh, seseorang tolong kirim aku ke rumah sakit.

“Toh.”

“Ya?”

“Kamu mimisan.”

“Sialan!” aku menutupi hidungku dengan cepat menggunkan tangan, ini benar mimisan.

“Ini sangat panas dan kamu mimisan, kenapa tidak mencari asrama dengan ac?”

P’Neua memutar badannya menghadap kearahku, mengangkat pinggiran kaosnya untuk mengelap darahku, tapi karena aku lebih pendek dari P’Neua, dia harus mengangkat kaosnya lebih tinggi, jadi kaosnya terangkat semakin tinggi.

Huh… kepala… puting dijarak yang dekat.

“Hoy!Toh!”

Aku menjadi tegang, aku tidak bisa. Ini tidak baik untuk jantungku, jantungku berdetak dengan kencang, sepertinya bahkan alat diteksi jantung tidak dapat mengukurunya.

Ugh, P’Neua menggunakan kedua lengannya untuk membawaku ketempat tidur.

“Apa Toh mau bertemu dengan dokter?”

Handuk dingin diberikan kepadaku, aku langsung mengambilnya, itu adalah handuk kecil dari kamar mandi.

“Ayolah, basuh itu dan istirahat.” P’Neua mengambil handuk dari tanganku, mengelap wajahku dengan perlahan. Mengelap leher dan hidungku sampai kekepala, aku sangat bersyukur. P’Neua mengkhawatirkan aku, itu sangat menyenangkan walaupun kami baru saling mengenal.

Aku akan mengingat moment ini, ketika P’Neua dengan hati-hati mengelap diriku menggunakan handuk yang dibasahkan dari kamar mandi, mengelap seluruh wajah, leher, tangan dan bawah hidung sampai mulutku yang terkena tetesan darah. Air mataku hampir mengalir.

Laki-laki ini membersihkan sesuatu yang lain? Bagian kepala kasur, kaki kasur, meja, dan juga lantai. Lelaki itu menemukannya didalam lemariku, P’Neua mungkin berpikir itu adalah sapu tangan, P’Neua tidak pernah salah.

“Sudah lebih baik Toh?”

“Iya, terima kasih P’Neua.”

“Tidak apa-apa, kita bisa saling membantu, Toh istirahat saja, aku akan melihat fotonya sendiri. Darahnya sudah tidak mengalir dan akan berhenti perlahan.”

“Iya.”

P’Neua melihat foto, aku melihat P’Neua, aku masih tidak percaya dia berada dikamarku.

“Snap!” Aku mengangkat ponselku dan menekan shutter. P’Neua menengok kearahku. Aku bahkan tidak berpikir apapun, tangan ini bergerak dengan sendirinya. Aku duduk dan mengelus tengkukku, dan berpikir bagaimana aku harus menanggapinya. P’Neua melihatku dengan wajah bertanya-tanya, jadi aku menjawab sebisaku.

“Uh, aku meminta ijin untuk mengambil gambar pelanggan pertamaku.”

“Okay, suatu saat Toh pasti mendapat banyak pelanggan. Fotonya sangat indah, aku suka. Aku pikir tidak ada yang perlu di edit, aku bisa mengambilnya kan?”

“Iya.” P’Neua melepaskan harddisk dari computer.

“Ini uang pembayaran dari foto. Terima kasih banyak Toh.” P’Neua memberikan aku beberapa lembar uang.

“P memberikan tujuh ribu untukmu.”

“Itu terlalu banyak, lima ribu saja sudah cukup, P.” aku buru-buru mengembalikan dua ribu kepada P’Neua.

“Tidak apa, kamu sudah lelah sampai malam, jadi simpan saja untuk Toh.”

“Terima kasih.” P’Neua mengambil kemejanya dan mengenakan. Aku pikir dia akan kembali.

“P’Neua.”

“Ya?”

“Apa P punya uang kecil? Beberapa ratus baht? Aku ingin menukarnya.” P’Neua melihatku dengan bingung, tapi tetap membuka dompetnya untuk mencari.

“Apakah bisa dengan seratusan dan lima ratusan?”

“Iya.” Aku mengulurkan tangan untuk menukarkan yang dengan P’Neua.

“Terima kasih banyak.”

“Iya, sama-sama. Sampaikan terima kasihku kepada Nong Lan juga.”

“Kamu tidak perlu mengantarku. Toh istirahat saja, jangan lupa mandi, jangan sampai kepanasan. Aku akan kembali sendiri.”

“Kalau begitu sampai jumpa P.” P’Neua mengangguk kepadaku.

Aku menunggu sampai P’Neua membuka pintu dan menutupnya kembali. Lalu aku buru-buru membuka lemariku dan mengelurkan box koleksiku, membuka kaleng untuk barang-barang kecil, mengeluarkan post it dan menuliskan tanggalnya, menuliskan darimana asalnya dan menempelkannya di uang ratusan yang terlihat baru itu, sebelum memasukannya kedalam kaleng, koleksi terbaru ku. Toh sangat senang.

Tapi… apa kamu tahu kenapa aku meminta untuk menukar uang? Mungkin ribuan bath terlihat kecil tapi aku ingin menyimpan ratusannya untuk souvenir.

Secret Crush On You (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang