29

2.4K 138 3
                                    

Co-translator : babibubego

29. STALKER DAN ORANG TUA
Tampan… sangat tampan. Aku menatapnya sampai aku terteguh. Kenapa aku tidak pernah menyadarinya? Di masa lalu mungkin dia memiliki wajah yang gelap melihat kearah P’Neua, walaupun aku tidak melihat kenyataan ini.
 
“Toh.”
 
“Iya? Oh.. hai, aku minta maaf. Halo.”
 
“Apa kamu ingat paman? Kita bertemu di ulang tahun Lan.”
 
“Iya, ingat.”
 
“Tidak apa, aku pikir kamu tamu. Neua jangan lupa ajak Toh untuk makan.”
 
“Ah, aku tidak bisa menerima uang jika aku sebagai tamu. Aku akan melakukan yang terbaik.” Aku buru-buru menundukan kepalaku kepada ayah P’Neua. Aku memastikan kalau aku akan bekerja dengan baik.
 
Sebenarnya aku tidak ingin menerima uang sama sekali. Aku mengatakan kepada P’Neua kalau aku akan melakukannya dengan gratis, tapi ibunya tidak setuju.
 
“Terserah kamu saja, kalau kamu lelah, kamu bisa duduk dan istirahat, tidak usah merasa terbebani.”
 
“Terima kasih.”
 
“Apa kamu akan melihat untuk waktu yang lama?”
 
“Ayah P’Neua sangat tampan dan baik. Pasti dia lebih baik dari P’Neua saat muda.”
 
“Apa maksudmu mengatakan itu?” aku pikir aku hanya bercanda.
 
“Aah, aku hanya menyukai P’Neua, P’Neua paling tampan, aku selalu memujanya.” Semoga penjelasanku membuat dia merasa lebih baik.
 
“Jangan biarkan aku mendengar pujian untuk siapapun selain ayahku malam ini.” Mengancam seperti ini, kamu pikir aku akan takut, aku harus menunjukan kalau tidak ada yang bisa mengancamku.
 
“P’Neua sangat tampan berpakaian seperti ini.” lihat, aku melakukan sesuai keinginannya. Bagaimana Toh?
 
“Kemarilah, aku akan memberikan hadiah.” Aku mundur selangkah, siapa yang berani berdiri berdekatan?
 
“Aku akan masuk kedalam.” Masih menyesal, siapa yang tidak mau menerima hadiah, tapi aku harus menolaknya.
 
“Hahahaha.” Sepertinya P’Neua sangat senang dan punya mood yang baik karena pacarnya bisa menebak dirinya. “Toh, kamu datang untuk membantu. Mungkin aku harus membantu ayahku menerima tamu disini. Apa kamu bisa sendiri?” P’Neua berubah menjadi lebih baik. Wajahnya terlihat khawatir tentang aku.
 
“Iya, aku datang untuk bekerja, jadi aku tidak bisa hanya duduk saja, aku akan bosan.” Aku mengulang kalau aku datang untuk bekerja. Tuan muda, kamu selalu berpikir kalau kamu membawaku kesini bukan hanya untuk bekerja.
 
“Aku akan menemanimu, karena mereka memintamu untuk datang dan mengambil foto seperti di acara Lan.”
 
“Jangan begitu.”
 
Aku pikir jika kamu mengikuti, itu akan membuat aku merasa nyaman? Tapi aku pikir ini adalah pertemuan pertama formal dengan ayah P’Neua, P’Neua dan aku. Aku tidak tahu apakah ibu P’Neua sudah memberitahunya atau belum, apa itu baik atau buruk. Apapun yang terjadi aku pikir itu karena diriku.
 
“Tunggu disini, aku akan mengambil makanan untuk kamu.” P’Neua menunjuk meja yang ada didepan panggung dengan tulisan VIP.
 
“Tenang saja P’Neua. Lebih baik aku makan dibelakang. Ketika makan aku masih bisa mengambil foto.”
 
“Kamu tidak perlu melakukannya. Sudah ada tim fotografer yang melakukanya. Apa kamu akan makan malam? Tidak akan ada kesempatan.”
 
“Tapi…”
 
“Jangan keras kepala Toh.”
 
“Iya.” Aku punya pacar yang ditaktor, aku harus menerimanya. Dia bahkan mengendalikan aku seperti ayahku. Tapi bukan karena aku tidak suka, aku takut aku akan menjadi manja. Disaat seperti ini, aku merasa senang karena aku merasa P’Neua mencintaiku.
 
“Lalu apa yang akan kamu lakukan? Aku harus berdiri disana untuk menerima tamu.”
 
“aku bukan anak sekolah dasar. Apa aku harus menuliskan nama, nomer telepon P’Neua dan meletakkannya ditasku?”
 
“Okay.”
 
“P’Neua.”
 
“Bagaimana kamu tahu siapa orang tua dan siapa pemilikmu?”
 
“Aku pikir aku berubah dari anak sekolah dasar menjadi seekor anjing.” Aku cemberut tapi merasa senang juga, pemilik Toh ini sangat tampan, aku bukan ingin menyombongkan diri.
 
Ah iya, aku lupa menanyakan hal yang penting, aku lupa bertanya karena terlalu bersemangat dan bingung karena pria pengganggu yang akan meminta deposit lagi.
 
“Apa P’Neua menanyakan ke ibu? Apa dia sudah menceritakan tentang kita?”
 
“Aku belum tanya.” Penjawab itu sepertinya tidak berpikir ini adalah hal yang besar.
 
“P’Neua.”
 
“Aku jarang pulang kerumah. Jadi aku tidak pernah tanya.”
 
“Lalu kenapa kamu tidak menelepon dan bertanya?” oh itu lain cerita, aku harus kembali kerumah karena takut dimarahi.
 
“Kenapa harus ditanyakan? Kalau ayah sudah tahu, kita pasti akan tahu.”
 
“Iya.”
 
Aku pikir aku hanya bisa menjawab seperti ini.
 
“P’Neua ayo bersiap. Aku juga harus bersiap.”
 
“Um, jangan lupa tentang janjimu.”
 
“Orang tua sudah mengantar anaknya kekelas, sekarang kembali lah. Kamu tidak boleh diam disini.”
 
“kalau begitu pindah saja sekolahnya.”
 
“…” aku seharusnya tidak bercanda soal itu dengan P’Neua, aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
 
Okay, aku pikir mungkin ini sudah terlambat. Jadi dia membalas senyumanku dan melambaikan tangan. Aku tidak bisa mengatakan apakah itu bisa disebut mengusir.
 
Para tamu mulai berdatangan, acara hari ini adalah pesta tengah tahun sebagai tanda terima kasih kepada klien. Aku memilih memotret wajah tersenyum dari sapaan. Acara salaman seharusnya memperlihatkan kebahagian yang diterima klien dari perusahaan. Itu akan jadi foto yang bagus dan sukses.
 
“Halo paman.” Aku melihat wanita yang sangat cantik yang sepertinya umurnya tidak jauh dari aku. Paman datang untuk menyapanya, aku mengangkat kamera untuk memotretnya. Aku rasa aku tidak begitu familiar dengan wanita ini, karena tidak ada dalam daftar yang diberikan ibu P’Neua.
 
“P’Neua.” Suara yang manis dengan senyuman berubah dari ayah ke anaknya. Membuatku merasa sedikit kaku, tapi aku harus tetap bekerja ketika mereka saling bersalaman.
 
“Halo, Nong Pie.” Dan juga ada nama panggilannya.
 
“P’Neua, apa kamu baik-baik saja? Aku merindukanmu.”
 
“Aku baik-baik saja, Nong Pie. Bagaimana denganmu?”
 
“Aku baik saja. Tapi masih sedikit iseng. Kenapa kamu tidak ikut liburan minggu lalu? Orang tuamu hadir.”
 
Aku mulai merasakan sakit di perutku, aku merasakan kedekatan antara dua keluarga.
 
“Mungkin lain waktu. Aku sudah membuat janji dengan pacarku duluan, jadi aku tidak bisa pergi.”
 
“Pacar?” aku melihat dari kamera, melihat ayah P’Neua langsung melihat ke arah anaknya, dengan wajah yang terlihat normal.
 
“P’Neua punya pacar?”
 
“Iya. Tenang saja aku akan mengenalkannya kepadamu. Nong Pie masuk saja dulu.”
 
“Uh..iya.” aku melihat Nong Pie berkeliaran di pesta, keceriannya sebelumnya menghilang.
 
Aku tidak percaya P’Neua memilihku dibandingkan wanita ini. seseorang yang sudah dikenal orang tuanya. Dari yang aku lihat, Nong Pie cantik dan punya kepribadian yang sangat baik. Lebih penting lagi, keluarganya juga sangat baik.
 
“Apa yang kamu pikirkan?” aku kaget ketika P’Neua berdiri disampingku. Aku bengong karena pikiranku beberapa saat.
 
“Tidak ada.”
 
“Nong Pie itu anak dari teman ayahku. Keluarga kami dekat. Orang tua ku dan dia saling menjodohkan.”
 
“Kenapa mengatakan kepadaku?” itu adalah pertanyaan yang seharusnya tidak aku tanyakan. Tapi aku menyadari disaat seperti ini, aku tidak bisa melepaskannya begitu saja.
 
“Karena aku tidak ingin menyimpan rahasia dari Toh, dan lagi itu terjadi sebelum aku bertemu dengan Toh. Sekarang semua akan tahu kalau aku punya pacar.”
 
“P’Neua seharusnya tidak berkata begitu.”
 
“Apa kamu yakin?” aku dapat merasakan senyuman yang membuat aku merasa malu.
 
“Kemari.”
 
“Iya.” Ayah P’Neua memanggilnya untuk berdiri menerima tamu. Ini lebih penting jadi aku berusaha kembali untuk bekerja.
 
*****
 
“Yang satu ini sangat enak.” P’Neua meletakkan makanan yang berbentuk aneh ke piringku. Kami duduk bersama anak-anak yang seumuran kami. Rata-rata mereka adalah anak dari orang-orang duduk dimeja VIP.
 
“P’Neua kamu tidak akan mengenalkannya?”
 
“Halo, namaku Toh.” Aku membungkuk sedikit untuk menyapa Nong Pie.
 
“Apa kalian saling kenal? Kenapa fotografer duduk dimeja ini?” pertanyaan itu membuat aku sedikit gugup, tapi aku pikir P’Neua akan menyelesaikan masalah ini, mungkin lebih baik aku duduk sendirian.
 
“Bukan fotografer, dia belajar fotografi, jadi aku memintanya untuk datang dan membantu.”
 
“Aku tidak pernah melihat wajah ini grup kampusmu.”
 
“Junior.” Aku bernafas lega dan merasa beban disaat bersamaan.
 
“Oh.”
 
“Pacar.”
 
“Huh?” sekarang semua orang diam, mereka masih memegang sumpit sambil ternganga.
 
“Apa yang kamu kagetkan, pacarku?”
 
“Kamu… kamu…”
 
“Bukan apa-apa. Seperti yang kalian lihat, kebetulan kita sedang berkumpul, jadi aku umumkan saja. Ini pacarku, Toh.”
 
Aku melihat wajah orang yang sedang bicara itu. Khun, ini sangat buruk. Aku baru menyadari kalau P’Neua sudah berniat mengatakannya setelah menyebutkan kata junior. Dia tahu kalau aku akan berhenti bicara setelah P’Neua mengatakan itu. Apa lagi aku akan kehilangan minat terhadap pacarku yang tega.
 
“Apa yang P’Neua katakan tentang orang ini?” Nong Pie pasti sangat shock sampai dia menunjukku dengan jarinya.
 
“Iya Nong Pie, dia adalah pacarku.” Meyakinkan sekali lagi, kata-kata itu jadi sering keluar (aku sangat suka)
 
“P’Neua membuat aku kaget dan shock.” Kata pria yang duduk disamping Nong Pie. “Aku pikir P’Neua dan Pie…” kata orang yang menyadari kalau dia seharusnya tidak mengatakannya, jadi dia berhenti.
 
“Orang tua hanya ingin menjodohkan, tapi aku dan Pie tidak ada hubungan apapun.”
 
Aku melihat Nong Pie menundukkan kepalanya dan aku merasa kasian. Aku menyenggol P’Neua diam-diam agar dia berhenti bicara.
 
“Ayo, minum untuk menyambut pacar P’Neua dalam grup ini, P’Toh.”
 
“Kamu tidak perlu memanggilnya begitu, Toh dan Bet seumuran.”
 
“Oh kalau begitu mari berteman. Aku akan memperkenalkan semua orang yang ada disini. Ini adalah Pie, P’Pla, P’Wut, dan aku Tibet. Kamu bisa memanggilku Bet. Orang tua kami berteman karena berbisnis bersama.”
 
“Halo.” Aku tersenyum keseluruh orang disekitar meja. Dari aku lihat, ada 2 orang lelaki dan seorang perempuan yang sepertinya terlihat sedikit tidak nyaman. Tapi tidak menunjukkan kebencian kepadaku. untuk Nong Pie, aku merasa kasihan kepadanya tentang hal ini.
 
“Sudah mengenalkan kepada orang tua?” tanya seorang P secara langsung.
 
“Sudah.” P’Neua tidak memberitahu kalau hanya mengenalkan kepada Ibu saja dan itu karena ketidaksengajaan.
 
“Kamu melakukan sejauh itu, artinya orang ini adalah orang yang tepat, benarkan P’Neua?” aku suka Bet.
 
“Umm.” Jawaban singkat itu membuat seluruh meja menjadi dia, keterkejutan.
 
“Aku senang akhirnya P’Neua memiliki pacar.” Nong Pie berusaha untuk membuka pembicaraan. Dia terlihat imut seperti boneka, tapi aku tidak yakin apa dia menyukaiku atau tidak.
 
“Hati-hati, anak muda ini sangat tampan.” Orang paling tua digrup menengok kearahku.
 
“Kamu jangan mengatakan itu soal Toh.”
 
“Wah tidak terduga. Bagaimana kamu bisa menjadi tampan? Sepertinya kamu melakukan beberapa perubahan.”
 
“Aku melakukanya sendiri.” Aku menegakan tubuhku dengan bangga.
 
“Hey, seharusnya kamu memberitahuku juga.”
 
“P’Wut, apa kamu pernah bertemu dengan pacarku sebelumnya?” P’Neua menatap kearah P’Wut membuat semua orang tertawa.
 
“Hahaha, P’Wut dan Toh membuat P’Neua cemburu.”
 
“Kamu sangat posesif pada pacarmu.”
 
“Aku kasian kepada Nong ku. Sekarang macan ini berubah menjadi kucing.”
 
“Salah. Bet itu kucing yang akan berubah menjadi macan.”
 
“Lihatlah, kamu bercanda seperti itu. Apa kamu mau menipu Toh?”
 
Orang yang ditunjuk sebagai kucing dan macan menaikan alisnya kepadaku, aku hampir mengeluarkan air mata, aku tidak berani mengatakan kalau aku selalu ditipu macan setiap malam.
 
“Jadi apa pekerjaan orang tua Toh?” tanya seorang perempuan bernama Pla. Aku sudah sangat siap mejawab pertanyaan itu. Aku menyiapkan jawaban itu untuk ayah P’Neua, tidak menyangka kalau perempuan ini yang akan menanyakannya.
 
“Ayah…”
 
“P’Pla, apa kamu wartawan? Kamu bertanya banyak hal.”
 
“Mereka yang berpacaran, tidak ada hubungannya dengan orang tuaya.”
 
“Bet!”
 
“P’Pla.” Bet membalas pangggilan itu sedang nada mengejek, sepertinya Bet adalah orang yang paling iseng di grup ini.
 
“Habiskan makananmu, aku tidak ingin kamu kehilangan kekuatan.” P’Neua menengok untuk memarahiku. Mungkin karena tahu kalau aku terlalu menikmati pembicaraan ini sampai lupa untuk makan.
 
“Iya.” Orang tua ku sudah menyuruhku, jadi aku harus fokus untuk makan.
 
*****
 
Pekerjaan panjang hampir selesai, para tamu banyak yang sudah kembali. Setelah selesai makan, aku sibuk kembali. Mengambil banyak foto saat menikmati suasana.
 
“Kemari, ambil foto paman.” Ayah P’Neua memanggilku.
 
“Iya.” Aku menekan shutter beberapa kali. Ayah P’Neua mengucapkan selamat tinggal kepada tamu. Aku tidak tahu apa dia akan memanggilku lagi, jadi aku menunggu.
 
“Lelah? Sepertinya kamu sangat sibuk.”
 
“Tidak kok.”
 
“Sudah kenalan dengan teman Neua?”
 
“Iya, P’Neua mengajakku duduk dan makan bersama.”
 
“Hmm, semua teman Neua dari anak atau cucu dari teman bisnis paman.”
 
“iya.”
 
“Apa kamu sudah bertemu dengan Pie?’
 
“Sudah.” Aku menjawab pertanyaan itu, ingin mengatakan hal lain lain tetap menahannya.
 
“Cantik kan?”
 
“Cantik dan imut.” Aku memujinya dengan jujur.
 
“Paman berniat untuk menjodohkan kedua anak yang sudah kenal sejak kecil itu. Orang tua berharap mereka akan berakhir bersama.”
 
“Iya.”
 
“Aku dengar Nuea punya pacar.”
 
“Iya.”
 
“Kamu mengenalnya?”
 
“Aku.” Aku akhirnya memilih mengatakan kebenaran dengan mudah.
 
Ayah P’Neua menatapku dan terdiam. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirnnya.
 
“Apa kamu berpikir sebelum mengatakannya?”
 
“Aku tidak memikirkannya. Aku menjawab dengan jujur. Aku tidak ingin membuat paman kesal, tapi aku tidak ingin berbohong kepada paman.”
 
“Paman hanya punya satu anak lelaki.”
 
Kata-kata itu tidak terpikir olehku sebelumnya, dan aku tidak bisa menjawabnya atau lebih tepatnya aku tidak tahu harus menjawab apa.
 
“Paman bolehkah aku menanyakan sesuatu?” aku menanyakan hal yang pernah aku tanyakan kepada P’Neua.
 
“Tanyakan saja.”
 
“Paman, apa yang ingin paman inginkan dariku? Paman bisa katakan kepadaku.”
 
“Kalau aku ingin kamu berhenti?”
 
“Aku akan berhenti.”
 
“Semudah itu?”
 
“Iya.”
 
“Apa yang kamu pikirkan?”
 
“Aku tidak berpikir apapun.”
 
“Huh?”
 
“Paman adalah ayah P’Neua, orang yang aku cintai. Aku juga akan mencintaimu. Aku percaya kepada P’Neua, artinya aku juga percaya kepadamu. Aku percaya kalau paman akan memilihkan yang terbaik untuk P’Neua.”
 
“Ah buruknya.”
 
“Huh?”
 
“Omong-omong, Paman bukanlah orang yang suka mengatur hidup anak paman, aku tidak akan masuk dan memilihkannya untuk mereka.”
 
“Paman?!”
 
“Ada yang ingin kamu katakan kepada Paman?”
 
“P’Neua sangat beruntung.” Aku melihat wajah ayah P’Neua dan tersenyum penuh hormat.
 
“Jangan katakan kalau kamu merasa beruntung bisa berpacaran dengan Neua?” ayah P’Neua mengatakan dengan tawa membuat aku merasa lega.
 
“Bukan.”
 
“Coba katakan kenapa kamu mengatakan Neua sangat beruntung?”
 
“Itu…” aku menggaruk leherku.
 
“Katakan saja. Paman mendengarkan.”
 
“P’Neua sangat beruntung karena mirip dengan paman, artinya P’Neua akan tetap tampan ketika dia berusia tiga puluh atau empat puluh tahun.”
 
“Itu…” Ayah P’Neua mengerutkan kening. “Itu adalah pujian untuk paman kalau paman ini tampan kan?”
 
“Iya, paman sangat tampan. Kalau P’Neua berada diumur yang sama dengan paman, dan seperti paman saat ini, itu pasti suatu keberuntungan.” aku memberikan tatapan senang.
 
“Hahaha terima kasih.”
 
“Apa disini sudah selesai? Ibu menyuruhku untuk mengikuti tamu terakhir.”
(T/N : Neua datang tiba-tiba)
 
“Ayo ke meja bersama-sama.”
 
“Baik, aku akan mengambil foto Paman.”
 
“Tidak perlu. Biarkan fotografer yang mengambilnya.”
 
“Iya.” Aku mengikuti ayah P’Neua, sampai aku ditarik oleh orang yang berjalan dibelakangku dan memperlambat langkahku.
 
“Kamu tidak bisa melihat pria tampan ya?”
 
“Aku memuji ayah P’Neua itu sama saja memuji P’Neua.”
 
“Tapi ayah tidak akan setampan aku.”
 
Hah!! Aku lupa menurunkan suaraku sampai orang didepanku berhenti dan melihat kearahku. Aku lalu tersenyum.
 
“Lihat saja, ketika aku berada diumur yang sama dengan ayahku, aku akan lebih tampan.”
 
“Akan butuh waktu lama untuk tahu hasilnya. Tapi aku yakin ketika muda, ayahmu lebih tampan.”
 
“Benarkah?” aku ingin melihat foto ayah P’Neua ketika muda.
 
“Tanya kepada ibu.”
 
“Iya.”
 
“Sangat menyenangkan saling mengenal.” Suara P yang berbisik perlahan.
 
“Apa kamu bahagia?” kali ini aku yang berbisik.
 
“Bahagia, Lan mengatakan kepada ayah. Membuatku stress sepanjang minggu, aku takut dia tidak menerimanya. Melihat seperti ini membuat aku lega.”
 
“Huh? Bukannya P’Neua bilang ayah P’Neua belum tahu?”
 
“Tidak, aku tidak bilang begitu. Toh hanya tanya apakah aku sudah tanya kepada ibu atau belum, karena memang belum. Tapi Lan yang sudah menceritakan tentang itu.”
 
“P’Neua!!!” aku marah, bagaimana aku tidak marah dengan masalah seperti ini?
 
“Yah, benar kan? Aku benar tidak tahu Toh. Kalau kamu tahu pasti kamu akan merasa tidak nyaman. Tapi aku percaya kalau ayah mengenal Toh, dia pasti sangat senang.”
 
“Pintar berpura-pura!”
 
“Apa kamu tidak terlalu lambat menangkapnya?”
 
Ah aku pikir tidak hanya wajahnya saja yang sama, mungkin sifatnya juga sama. Coba aku hitung, berapa orang tua yang sekarang aku punya dalam hidupku sekarang?
 
*****
 
“P’Neua kenapa kamu menyukaiku?” aku tiduran disampingnya. Orang iitu masih duduk sambil membaca setelah mandi, ini sangat nyaman.
 
“Kamu sudah tahu, kenapa bertanya lagi?”
 
“Aku ingin mendengarnya lagi.” Setelah melihat kecantikan Nong Pie, aku tidak bisa tidak bertanya, masih merasa terkejut.
 
“Aku sudah mengatakan kalau aku sudah memperhatikan Toh sejak lama. Sejak kita saling mengenal, aku tidak berpikir apa itu suka atau cinta, tapi aku tahu kalau bersama Toh, aku selalu merasa bahagia. Ketika aku melihatmu, aku bisa tersenyum dan tertawa.”
 
“Jika begitu, apa P’Neua menjadikan aku pacar hanya untuk bercanda? Tidak harus dengan aku, mungkin P’Neua bisa tertawa lebih lagi. Aku merasa lebih bahagia ketika P’Neua mengatakan kalau aku bisa lebih egois.”
 
“Yah, aku tidak bercanda, aku hanya tahu satu Toh.”
 
“P’Neua.” Aku bersikap romantis, kenapa dia menjawabnya begitu? “Aku bertanya, jangan membuat aku kesal.”
 
“Toh adalah orang yang jujur, tidak macam-macam dan punya pikiran yang baik. Jika aku bersamamu, aku merasa nyaman. Aku ingin selalu didekatmu, tidak ingin berpisah. Aku merasa cemburu dan tidak suka jika ada orang yang memberikan perhatian kepada Toh. Apa itu sudah cukup?”
 
Jangan cemburu karena aku, siapa yang tahu kapan keberuntungan ini akan berlangsung, jadi aku masih tidak percaya.
 
“Nong Pie sangat cantik, punya kepribadian yang baik dan juga melindungiku hari ini.”
 
“Itu lagi. Aku sudah bilang aku tidak suka.”
 
“Tapi itu kenyataan.”
 
“Bicara saja terus. Aku tidak ingin mendengarnya. Lebih baik tidak usah bicara.” P’Neua meletakkan bukunya dan berbalik kepadaku, jiwa macannya mulai merasuki dia.
 
“Tunggu, P’Neua sudah hilang!” aku langsung tahu kalau orang ini sudah mulai menipuku.
 
“Kamu bilang kemarin memberikan deposit.”
 
“Deposti apa? Aku sudah membayar penuh.”
 
“Satu ronde, apa kamu tahu itu tidak cukup?” aku berusaha untuk kabur karena merasa ada ancaman mendekat. “Hey, aku serius bertanya.” Pertanyaan itu berakhir dengan ciuman.
 
“Kenapa P’Neua sangat bernafsu? Apa kamu tidak lelah?”
 
“Salah siapa karena memprovokasi?”
 
“Memprovokasi? Aku tidak melakukannya!”
 
Aku masih bingung, aku lupa kalau aku sedang melarikan diri, sampai akhinya aku tertangkap dan ditarik untuk berada dipelukannya.
 
“Iya.”
 
“Aku tidak melakukannya.”
 
“Ini yang disebut provokasi!”
 
Hmm.. aku benar-benar tidak mengerti kapan aku memprovokasi P’Neua. Walaupun aku terus bertanya dan aku tahu kalau aku terus bertanya, P’Neua tidak akan menjawabnya.
 
Tapi aku ingin tahu, aku ingin dia mempraktekannya, tapi dia selalu menjawabnya dengan cara seperti ini.

Secret Crush On You (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang