6. Aku Suka Kamu

11 2 0
                                    

Halo pembaca APOM! huwaaaa bisa-bisanya aku janji update minggu depan, malah muncul 3 bulan kemudian. Maaf 😭 Walaupun gitu, aku pastiin buat tamatin cerita ini! Harus banget pokoknya!

Kalo gitu, Selamat Membaca!


Beberapa hari ini entah hanya perasaanku saja, tapi sepertinya Arez menghindariku. Padahal kelas kami sangat dekat, tetapi akhir-akhir ini melihatnya saja tidak apalagi berpapasan dengannya. 

Aku berjalan di lorong kelas 11 menuju kelasku, seharusnya aku sudah berada di kelas sepuluh menit yang lalu, tepat saat bel masuk kelas berbunyi. Hanya saja aku hari ini piket di UKS dan tadi ada salah satu siswa yang terjatuh saat main bola. Tentu saja aku harus mengobatinya telebih dahulu.

Mataku menangkap suatu objek yang baru saja keluar dari kelas sebelah, ia melihat ke arahku. Tatapannya datar, "Ar-" aku mengurungkan niatku menyapanya karena ia langsung berbalik dan masuk ke dalam kelasnya. Aku yakin ia melihatku.

"Sheeva, kamu ga masuk kelas?" pertanyaan bu Siska menyadarkanku. "Eh, iya, saya kan nunggu ibu." Ujarku sambil cengengesan lalu mengambil laptop yang berada di tangan bu Siska, "Biar saya bawa ke kelas ya bu." Sebelum bu Siska merespon, aku sudah berlari masuk ke kelas.

Satu jam yang membosankan, aku menatap nanar ke arah papan tulis yang sudah dipenuhi oleh coretan-coretan dari bu Siska yang menjelaskan materi hukum Pascal. Deg. Tiba-tiba perutku rasanya sangat sakit, "Ugh," aku merintih pelan. Jangan bilang tamuku datang hari ini. PLease, jangan sampai!

"Lo ga apa-apa Sheev?" Tanya Alia teman sebangkuku. Aku menggeleng, "Mau ke UKS ga?" aku menggeleng lagi, aku merasa tak sanggup untuk berdiri.

Untunglah bu Siska mengakiri kelas lebih cepat karena beliau ada urusan mendadak. Pelajaran selanjutnya kami diminta Pak Eko untuk ke labor biologi. "Gimana Sheev? Lo mau ke UKS apa labor?" Tanya Alia yang sudah siap untuk ke labor bersama yang lain. "Duluan aja Al, kan masih ada waktu lima belas menit lagi, oh iya, tolong bawain catetan gue aja ya." Alia mengangguk, lalu mengambil buku catatanku, kemudian berlalu.

Aku menelpon bang Vikram untuk meminjam jaket, tapi ia tak mengangkat. Aku menunggu semua orang keluar dari kelas, kemudian segera mengambil pembalut yang selalu aku simpan di tas. Toilet berada di ujung lorong kelas 11 disebelah tangga, aku melongokkan kepalaku untuk melihat situasi di lorong, sepi.

Baru berjalan lima langkah, suara pintu kelas terbuka, tanpa menoleh ke belakang aku segera berlari menuju toilet, meskipun sakit di perutku tak bisa di ajak kompromi, aku tetap berusaha berlari secepat kilat.

Aku menghela nafas, segera memakai pembalut, dan menyuci rok belakangku. Sekarang aku memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa ke labor dengan keadaan seperti ini. Ah, memalukan. Ponselku masih di kelas, lebih baik aku menelpon bang Vikram lagi.

Aku berjalan keluar dari toilet secara perlahan. "ASTAGHFIRULLAH!" teriakku kaget melihat orang yang berdiri di depan toilet.

"Biasa aja bisa?" ujarnya sambil menyodorkan sebuah jaket. Aku menatap Arez ragu, "Pake." Aku mengusap leherku, memalukan.

"Ga usah malu, itu tandanya lo beneran cewek." Ujar Arez sambil menyampirkan jaketnya ke bahuku. Aku masih diam tak mersepon.

"Udah sana ke labor, ntar telat. Atau mau gue anterin?"

"Ga usah. Gue mau ke kelas dulu."

Arez mengangkat bahu, lalu berjalan menuju tangga. Baru tangga pertama, ia berbalik, melihat ke arahku, "Pulang bareng gue."

"Ga mau! Lo kenapa sih Ar? Tadi aja masih sibuk hindarin gue, dan sekarang berlagak seakan ga ada apa-apa."

"Lo harus balikin jaket gue kan?" belum sempat aku menjawab Arez sudah berlari menuruni tangga mejauhiku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 16, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Part of MeWhere stories live. Discover now