3. Kembali

36 2 0
                                    

Pukul 07.30 malam, aku berdiri di depan restoran jepang menunggu bang Vikram. Setelah menonton pertandingan basket Alan, aku dan teman-temanku serta tim Alan memilih makan di sebuah restoran jepang yang cukup terkenal di kalangan anak sekolahanku. Satu persatu dari mereka sudah pulang, aku beberapa kali menepon bang Vikram tapi masih tidak diangkat. Padahal tadi sore aku sudah berpesan untuk menjemputku.

Aku memutuskan menelpon papa, mana tau sudah pulang atau setidaknya sedang dijalan, "Halo pa?"

"Iya kenapa Sheeva?"

"Papa udah pulang? Bisa tolong jemput-"

"Papa masih di kantor, sayang. Papa lembur."

"Oh gitu, ya udah, makasi pa, jangan lupa makan malam."

"Iya. Kamu minta tolong abang aja ya. Bye."

Belum sempat aku menjawab, papa sudah mematikan sambungan telepon, sepertinya papa sangat sibuk. Aku kembali mencoba menelpon bang Vikram tetap saja tidak di angkat.

"Duluan ya Sheev!" Ucap Dino teman sekelasku aku membalasnya dengan senyuman dan anggukan, motornya melaju menjauhiku. "Gimana? Bang Vikram masih ga angkat?" Tanya Luna padaku, aku mengangguk sebagai jawaban.

"Ketiduran kali." Celetuk Mishall, aku menghela nafas.

"Gimana nih Sheev? adek gue udah sampe nih." Shafiqa menunjuk adiknya yang menggunakan motor matic dan sedang menepi di seberang jalan. "Ga apa-apa lo duluan aja. Gue pake ojek aja deh." jawabku.

"Lo nebeng sama si Fahrez aja gimana Sheev? Kan searah juga tuh, Biar gue bilangin." Faro yang sudah standby di motornya memberikan saran. Luna segera mengangguk, aku menggeleng dengan tegas.

Luna menepuk bahuku, "Gue lebih cemas kalo lo pulang pake ojek malem gini."

"Astaga Lun, masih rame. Lagian jalan ke rumah gue juga rame kok."

"Atau ga lo telpon Rafka deh." Mishall ikut-ikutan memberi saran yang membuaku melotot tajam. Ya kali minta jemput ke orang yang baru aja tadi dijadiin mantan.

"Kenape nih?" Alan baru saja muncul dengan motornya, sambil menyodorkan helm pada Luna. Arez berada di belakangnya.

"Rez, bisa tolongin anterin si Sheeva ga? Dia ga ada yang jemput soalnya." Aku kembali melotot ke arah Faro yang semena-mena dalam menentukan bagaimana aku pulang.

"Bisa kok. Yok."

"Gue naik ojek-" belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Luna dan Shafiqa sudah mendorongku mendekat ke motor Arez. Aku menghela nafas berat, ia menyodorkan helm padaku.

"Ya udah hati-hati ya!" Shafiqa duluan menyebrang meninggalkan kami, aku akhirnya naik ke motor Arez. "Lo takut gue culik?" Tanya Arez, aku memukul pundaknya, yang dipukul hanya terkekeh.

&&&

Motor Arez menepi di depan rumahku. Aku segera turun, "Makasi ya." Aku menyodorkan helmnya.

Arez bersiap untuk melajukan motornya, tapi aku menepuk tangannya dua kali, "Oh ya, gue udah sering banget repotin lo, kemarin, tadi, dan sekarang juga. Maaf dan makasi." Aku tersenyum tulus.

"Ga gratis lho."

"Hah? Gimana?" aku mengerinyit tak paham dengan ucapan Arez.

"Gue lupa bilang buat bayar kemaren, soalnya lo keliatan lagi sedih banget."

"Berapa?" tanyaku sambil merogoh tasku untuk mengambil dompet. Ia menahan pergerakan tanganku "Engga sekarang, nanti aja." Setelah mengatakan itu, Arez bersama motornya sudah melaju meninggalkanku termenung, tak paham apa maksudnya.

A Part of MeWhere stories live. Discover now