BAB 27 - Tidak ada 'Kita'

6.5K 1K 423
                                    

Novel Who Made Me a Villain sudah tersedia di Shopee atau bisa dipesan lewat no yang tertera di bio aku. Trims~♡

ʕ•ﻌ•ʔ

Ariel terlambat.

Dia bermimpi aneh lagi. Ketika membuka mata, matahari sudah bersinar terang. Ariel kadang sulit bangun pagi jika tidak dibangunkan. Karena itu selalu ada Natasha atau Evelyn yang akan membangunkannya. Tapi tidak hari ini.

Kaki-kakinya berlari menyusuri lorong akademi Ophelia yang sudah nyaris sepi. Berkeringat, seragamnya tidak terpakai rapi, dasinya masih longar, jubahnya menyingkap sana-sini. Dia menenteng dua buku yang diambilnya acak.

Perasaannya tidak enak.

Natasha tidak pernah lupa membangunkannya, bahkan gadis itu sudah menganggapnya sebagai kewajibannya sendiri. Atau, jika Natasha lupa, bagaimana dengan Evelyn? Dan teman-temannya yang lain?

Ariel tidak mengerti. Ini pertama kalinya tidak ada satupun yang menegurnya. Kakinya berbelok, berharap segera sampai ke kelasnya namun justru menabrak badan tegap. Ariel mengaduh, mengumpat dalam hati saat tubuhnya terkapar di lantai. Ariel mengerang kesal. Berapa banyak kesialan yang dilalui hari ini?

“Kau tidak memiliki mata hah?!”

“Siapa yang lari-lari di lorong?”

Si pelaku justru tidak peduli. Awalnya. Sampai dia mengulurkan tangan dan mengerjap, berniat menolong Ariel yang meringis sakit.
Bola mata Ariel menatapnya, sekilas, kemudian memilih berdiri tanpa berniat menerima uluran tangan lelaki itu.

Jason menarik tangannya, mengedik acuh. Memperhatikan Ariel yang mengambil buku-buku yang ikut terjatuh. Dia tersenyum miring.

“Kau terlambat, Marshwan?”

“Kau tidak lihat?” Ariel sinis. Dia menepuk seragamnya dan merapihkannya sesaat, menatap Jason yang tertawa geli menyipit.

“Sungguh? Ke mana dua penjaga yang selalu membangunkanmu tepat waktu itu?”

“Aku juga menanyakan hal yang sama.”

Ariel menghela napas. Perasaannya sedikit tidak enak saat ini. Entah kenapa, kejadian Natasha tidak membangunkannya seperti ada sesuatu yang tidak beres. Mengganggunya.

“Kau akan ke kelas? Kebetulan tujuanku juga ke kelasmu. Ayo pergi.”
Jason mengajaknya, dia berjalan lebih dulu saat Ariel mengernyit.

“Tidak, terima kasih. Aku pergi sendiri saja.” daripada nanti menimbulkan keributan yang tidak diinginkan.

Ariel menolak mentah-mentah. Sungguh, jika teman-temannya melihatnya bersama Jason itu bukan menjadi sesuatu yang bagus.

Iris Jason meliriknya lewat ekor mata. “Hari ini pelajaran Profesor Theo, dia memintaku untuk menjadi asistennya, kau tahu, aku yang terbaik dari Rank S, dan jika dia melihatmu terlambat dipelajarannya, aku yakin hukumannya bukan hanya merangkum satu-dua buku tiga ratus halaman.”

Pemuda itu memandangnya, mencoba bersikap seperti predator yang tahu mangsanya tidak memiliki pilihan lain. “Hm, aku bisa membantumu lolos dari hukumannya.”

“Kau percaya diri sekali, Gilbert.” Ariel mendengus. Tidak memiliki pilihan lain.

Jason tersenyum, sudut bibirnya terangkat seperti biasa. Licik.

“Aku selalu percaya diri.”

ʕ•ﻌ•ʔ


Ada yang aneh.

Who Made Me a Villain Donde viven las historias. Descúbrelo ahora