Andrian tersenyum senang menatap gadis yang duduk di sampingnya saat ini. Ketika selesai makan siang, bukannya pamit pulang Andrian malah meminta Allana untuk mengobrol dengannya dan Allana menyetujuinya lalu membawa Andrian ke taman belakang rumahnya, duduk di atas bangku di bawah pohon Flamboyan.
Andrian menyandarkan tubuhnya sembari menatap wajah cantik Allana. Ia sungguh sudah tergila-gila pada wanita ini. Rasanya Andrian sangat ingin menyatakan cintanya pada Allana namun, ia harus menahannya dulu, Andrian hanya takut Allana menjauhinya saat ia menyatakan perasaannya pada wanita itu.
"Mengapa nomor ponselmu tidak pernah aktif lagi, Allana?"
"Maaf, aku sudah tidak memakai nomor itu lagi. Aku sudah mengganti dengan yang baru."
"Kenapa kau tidak memberitahuku? Kau bisa menelpon atau mengirim pesan padaku. Aku sangat frustrasi saat tidak bisa menghubungimu."
Allana menatap Andrian dengan kerutan di dahinya. "Kau frustrasi? Mengapa? Seingatku kita tidaklah terlalu dekat, Andrian."
Andrian mengembuskan nafas pelan, menatap Allana lekat. Haruskah ia memberi tahu Allana bahwa ia menyukai wanita itu?
Andrian tiba-tiba meraih tangan Allana dan menggenggamnya erat. Allana jelas terkejut dengan tidakan tersebut. Ia mencoba menarik tangannya menjauh tapi Andrian malah semakin erat memegang tangannya.
Tatapan mata pria itu tidak lepas dari Allana, sementara jantungnya berdegup kencang.
"Allana, sejujurnya aku menyukaimu. Aku sudah jatuh cinta padamu saat kau hadir di pesta ulang tahun Logan. Dan aku ingin kau menjadi kekasihku." Andrian bisa melihat keterkejutan di wajah Allana.
Allana ternganga saat mendengar ungkapan cinta dari Andrian. Ia tidak percaya pria tampan seperti Andrian menyukainya. Padahal ia tidaklah menarik. Logan saja tidak berminat padanya. Pria itu mengacuhkannya, seolah Allana tidak pernah ada di dekatnya. Astaga, mengapa Allana harus mengingat pria itu? Padahal ia datang ke rumah orangtuanya untuk menenangkan hati dan pikirannya dari Logan. Tapi, lagi-lagi bayangan pria itu berkelebat di kepalanya.
Allana pura-pura tertawa keras dan memukul pelan bahu Andrian setelah pria itu melepas tangannya. "Kau pasti sedang bercanda. Mana mungkin pria sempurna sepertimu menyukaiku."
"Aku serius Allana. Sejujurnya aku ingin mengungkapkan perasaanku di hari pernikahan Logan dan Allany. Namun, saat itu aku tidak menemukanmu di sana. Harus kau tahu, aku mengelilingi gedung untuk mencarimu tapi tidak membuahkan hasil. Di mana kau saat itu?"
Mata Allana membulat, ia menelan ludahnya gugup. Ya ampun, jelas saja ia tidak ditemukan oleh Andrian karena ia sendiri yang menjadi pengantin wanitanya.
"Waktu itu aku sakit kepala, jadi aku pergi di saat pesta masih berlangsung." Jelas Allana berbohong. Sungguh, hanya itu yang terpikir olehnya. Ia juga tidak mungkin berkata jujur pada Andrian. Allana yakin pria itu akan pingsan jika mengetahui kebenarannya.
"Ah, aku mengerti. Pantas tidak menemukanmu di gedung waktu itu."
Allana hanya tersenyum menatap Andrian.
"Jadi, apa kau mau menjadi kekasihku?"
Allana mengembus nafas pelan. Ia pikir Andrian sudah melupakan ungkapan cintanya tapi ternyata pria itu masih menunggu jawaban darinya.
"Andrian, bukannya aku tidak mau, hanya saja kau bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih segalanya dariku. Aku sama sekali tidak menarik dalam segi apa pun."
"Tapi di mataku kau jauh lebih dari segalanya. Aku hanya menginginkanmu Allana. Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Aku ingin kau memikirkannya terlebih dulu. Aku akan selalu menunggu jawaban darimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengganti (Tamat) ✔️
Teen FictionCast : Logan Walton & Allana Isabele Cargill Allana tidak pernah menduga jika pria yang selama ini ia cintai secara diam-diam akhirnya bisa mengikat janji suci bersamanya. Yah, walau ia harus berpura-pura menjadi kakaknya terlebih dulu ketika melang...