Langkah pertama

1K 209 53
                                    

Remianda memainkan jari-jemarinya dengan gelisah, ia menekan bibirnya dengan terus menatap sosok kepala asramanya yang tengah duduk jauh di depannya sembari menutup kedua matanya.

Hanya ada dia dan kepala asramanya di sana. Profesor Dumbledore sudah pergi untuk menemui Madam Pomfrey, Profesor Mcgonagall sudah pergi juga dengan alasan akan menghubungi keluarga Weasley, dan Hagrid.. diseret keluar oleh Profesor Mcgonagall tanpa alasan yang pasti.

Ia ingin berbicara dengan kepala asramanya ini, namun melihat bagaimana kepala asramanya duduk jauh sembari menutup kedua matanya membuatnya berpikir kalau kepala asramanya ini tidak ingin untuk diganggu, apalagi diganggu olehnya.

Remianda tak bisa menahan diri untuk tidak menghela nafasnya, “hah..” dengan sedikit berat hati.

Severus mendengar helaan nafas anak didiknya itu, ia membuka matanya dan memandang sosok Remianda, “apa kau perlu sesuatu?”

Remianda sontak terduduk tegap mendengar dinginnya suara kepala asramanya, “T-tidak..”

Severus menaikkan salah satu alisnya dengan perasaan curiga.

Remianda menyadari arti dari ekspresi kepala asramanya itu, dia menghela nafas dan mengacak rambut belakangnya, “aku hanya ingin berbicara.”

Severus terkesiap mengetahui Remianda ingin berbicara dengannya, “Tentang?”

Remianda berdeham, “hubungan kita.”

Severus mengatur kembali posisi duduknya, ia tampak serius. “aku mengerti. Aku juga sudah berpikir untuk membicarakan ini padamu."

Remianda menganggukkan kepalanya dengan setuju, “mengingat kali pertama kita membicarakan hal ini..” Remianda sedikit meringis mengingat kemarahannya akan Severus yang sepertinya langsung disusul oleh karma yang menjelma sebagai Quirell, “..itu tidak berakhir dengan sangat baik.”

Severus merasa tidak nyaman. Ia sangat tau apa yang dimaksudkan Remianda. Malam dimana ia memberitahu Remianda akan hubungan rahasia mereka adalah salah satu malam yang terus bergantian menghantui tidurnya. Ia mengingat setiap detail perkataan Remianda pada malam itu, ia juga mengingat bagaimana ia berpikir ia akan membicarakannya lagi dengannya pada besok hari dengan kepala dingin, namun ia tau itu tidak terjadi sama sekali. Malam itu menjadi malam yang melelahkan dan menakutkan baginya.

“Aku ingin menanyakan sesuatu,” ucap Remianda dengan ekspresi serius, tapi kemudian terkekeh pelan, “tapi apa profesor bisa duduk lebih dekat lagi? Rasanya lucu jika berbicara dengan jarak jauh seperti ini.”

Severus berdiri dan menyeret kursinya dengan patuh menuju ke samping tempat tidur Remianda. Setelah sampai, ia langsung duduk dan menatap Remianda yang kini ekspresi wajahnya terlihat lebih detail dalam jarak dekat.

“Aku menyadari bahwa aku tak pernah menanyai alasanmu. Aku tak mengerti kenapa kau memilih malam itu untuk mengatakannya padaku jika nyatanya kau bisa mengatakannya padaku di awal-awal kita bertemu, mungkin responku terhadap itu akan lebih baik.”

Severus memandang Remianda, ia butuh waktu untuk mengalimatkan jawabannya.

“Maksudku, di malam itu aku hanya anak-anak, dan mengetahui kebenaran yang dirahasiakan selama 11 tahun dariku membuatku berpikir, kenapa kau tidak mengatakannya dari awal? Atau kenapa kau tidak pernah mencoba untuk menghubungiku dalam 11 tahun silam?  Atau bahkan kenapa kau memperlakukanku dengan buruk jika kau tau aku adalah anak baptismu? Itu membuatku frustasi, kau seolah-olah bertingkah bahwa kau juga baru mengetahui semua itu di malam kau mengatakannya padaku.”

“Aku memang baru mengetahuinya di hari itu.” Jawab Severus dengan cepat, membuat Remianda mengernyitkan kedua alisnya. Severus menghela nafasnya dengan pelan, ia bertekad untuk menjelaskan semuanya pada Remianda.

Remianda Liliev Potter 2Where stories live. Discover now