Knockturn Alley

981 203 12
                                    

“Remianda, ini bukan ide yang bagus.”

“Oh, ayolah, Hagrid. Hanya sebentar saja.”

“Tapi aku sudah berjanji pada Profesor Snape! Jika ia tau kita pergi kesini—”

“Maka dari itu ini disebut sebagai rahasia, Hagrid. Profesor Snape tidak akan tau kita kesini jika kita berdua berkomitmen untuk tidak mengatakannya padanya.”

“Tapi tetap saja.. apa yang sebenarnya ingin kau lakukan disini, Remianda? Di Knockturn Alley?”

“Aku hanya ingin melihat-lihat saja.” Jawab Remianda dengan memperhatikan kakinya ketika mereka menuruni tangga masuk Knockturn Alley.

"Hm? Ada apa dengan orang-orang itu?"

Remianda memandang Hagrid yang berhenti dan menyipit melihat kerumunan orang di bawah mereka. Remianda mengernyit dan menoleh ke arah yang sama juga, "sepertinya mereka tengah mengerumuni sesuatu.. "

Hagrid makin condong ke depan, berusaha mendapat gambaran tentang ‘sesuatu' yang dikerumuni itu. “Bukan sesuatu, Remianda, seseorang.”

“Ah masa,” Remianda ikut condong lagi dan benar ia melihat ‘seseorang' di sela-sela kerumunan orang itu. “Oh?” ia mengernyit mendapat kilasan wajah ‘orang' yang dikerumuni itu, ia terlihat familiar, dengan kacamata bulat, rambut leb— “Demi Tuhan! itu Harry, Hagrid!”

Remianda melepas pegangan tangannya pada Hagrid dan langsung berlari ke arah Harry dengan Hagrid yang memanggil nama Harry dengan suara kerasnya,

"Harry?"

Kerumunan orang-orang itu langsung menjauh begitu saja mendengar suara Hagrid, dan Harry dengan seketika langsung mengucap syukur kepada Tuhan atas kehadiran Hagrid.

"Hagri-" belum sempat menoleh dengan penuh, Harry melihat warna merah terbang ke arahnya dan- "ugh!"

"Harry!" Suara riang yang sangat familiar itu terdengar sangat dekat dan keras di telinganya. Harry mengenali suara ini, ia merindukan suaranya, dan bagaimana ia ingin sekali mendengarnya lagi.

Harry menggigit bibirnya, matanya yang terlindungi dengan kacamata yang retak memerah dan berair dengan seketika.

Hagrid menoleh ke samping, kedua matanya juga berair ketika melihat bagaimana Remianda dan Harry saling berpelukan satu sama lain. Belum lagi ekspresi Harry yang sebentar lagi akan segera menangis.

Di sela ia yang ingin mengontrol emosinya, Hagrid mengeluarkan sebisanya tatapannya yang tajam, memperjelas kepada kerumunan orang-orang itu untuk pergi dari sana dengan diam tanpa menganggu momen kebersamaan kedua anak itu.

Remianda menghirup aroma harum badan Harry seraya kedua tangannya meremas baju yang dipakai Harry. Dadanya berdesir, ingin hati mengeratkan pelukannya untuk melampiaskan kerinduannya. Namun niatnya langsung dikurung begitu saja ketika ia mendengar isakan pelan dari Harry.

Ia melepas pelukannya dan menatap Harry yang kini berusaha untuk mengusap air matanya dari kacamatanya.

"Hey!" Kedua matanya berair dengan seketika melihat Harry, ia mengusapnya dan terkekeh pelan, "kenapa kau menangis? Aku ikutan menangis jadinya!"

Harry tertawa meskipun kedua tangannya sibuk mengusap air matanya yang sepertinya tak ingin berhenti keluar.

"Aku menangis karenamu!"

Remianda ikut tertawa juga, ia merasa lucu akan kejadian ini namun air matanya juga tak berhenti untuk keluar sama seperti Harry.

"Aku tak percaya ini, bisa-bisanya kita menangis di tempat seperti ini." Katanya dengan sekali lagi mengelap kedua matanya yang memerah.

"Kita pasti terlihat seperti anak-anak yang tersesat." Tambah Harry yang juga mengelap kedua matanya untuk kesekian kalinya.

“Atau Hagrid berusaha untuk menjual kita berdua secara terpisah."

“Hei!” seru Hagrid tidak terima, “aku masih memiliki moral kemanusiaan.”

Harry dan Remianda tertawa bersamaan. Remianda memandang kacamata Harry yang retak, dan wajahnya yang kotor, "ah, apa kau berkelahi dengan Troll lagi, Harry? Kau terlihat berantakan.”

Harry tampak memerah, “aku salah jalan.”

Remianda menaikkan alisnya dengan jahil, “Salah jalan? Apa yang sebenarnya kau lakukan hingga kau berakhir di tempat ini, Harlet? Kukira kau tengah bersama dengan Ron dan keluarganya?”

Harry mengusap tengkuk lehernya dengan canggung, bingung harus bagaimana kalimatnya untuk menceritakan ia yang hanya melemparkan serbuk floo dan seketika ia langsung berada di tempat seperti ini pada Remianda.

"Itu.. em.. aku.."

"Anak-anak," panggil Hagrid yang menempatkan kedua tangannya di bahu Harry dan Remianda dengan tiba-tiba, "kurasa kita bisa mendengarkan kisahmu sembari keluar dari sini, Harry. Berlama-lama disini akan terlihat tidak baik."

Remianda mengangguk sebelum menatap Harry, "kita bisa mencari Ron dan keluarganya setelah kita keluar dari tempat ini."

○●○●○●○●○●○●

HA!
AUTHOR KEMBALI HAHAHAHHA

Mumpung author ada jam lowong heheheh

Semoga kalian menikmati yaaa

Remianda Liliev Potter 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang