🌻Inner voice

3.7K 515 57
                                    

Di ruang tamu dengan tv yang menyala, Seorang perempuan memegang sendok dengan mangkok yang penuh cocokran serta susu kental manis.

"Anjir bengek" ucapnya sambil tertawa dan lanjut memakan cocokran yang ada di mangkoknya.

"Nara, makan, nonton tv aja kerjaannya kalau nggak main hp." Kata mama Nara yang baru keluar dari kamar mandi.

"Dari pada kakak kelayapan Mulu kerjaannya," Jawab Nara.

"Mama cuman mau bilang belajarlah yang rajin," kata mama Nara yang duduk di kursi sebelah kanan Nara. Nara melihat mata mamanya.

"Iya ma, aku tau kalau itu penting" Jawab Nara.

"Kamu juga jadi anak harus jujur mama tau kalau Nara akhir-akhir ini suka bohong kalau keluar rumah, Nara juga harus jadi orang yang pekerja keras. Mau jadi apa nanti kalau cuman makan, tidur, main hp, nonton tv!" Celetuk mamanya.

"Mama liat rapot Nara nilainya jelek," tambah Mama Nara.

"Apa mama enggak liat Nara juga sudah berusaha," Jawab Nara.

Mama Nara membuang nafas kesal,
"Mama juga pengen Nara bergaul sama anak laki-laki. Mama takut Nara nggak normal, atau nggak bakal dapet jodoh suatu hari nanti."

"Nara nggak mau sakit hati, bukannya mama juga yang ngelarang Nara pacaran. Mama selalu ngatur ini itu Nara capek di omelin terus," kata Nara sedikit meninggikan suaranya.

"Kalau di kasih tau nama jangan ngelak," Mama Nara menekan perkataannya.

Seketika nafsu makan Nara menghilang. "Ma biarin Nara jalani hidup pilihannya sendiri" ujar Nara sambil meninggalkan mamanya yang duduk di kursi.

Gue tau mama ingin yang terbaik buat anaknya, tapi cara penyampaiannya yang salah. terkadang orang tua juga egois, Pikir Nara dalam hati, Nara bukan tipe orang yang mudah menangis tapi itu sangat sulit baginya.

..........

Setiap kali aku melakukan kesalahan besar atau kecil mungkin itu sangat menyayat hatimu, meski begitu dengan hati yang terluka kau masih merawatku, dan mendengarkanku sambil mengatakan. aku tidak apa-apa, Pikir Haruto sambil melihat rumahnya, dan berdiri di samping motor yang terparkir di halaman.

"Ma Ruto merasa bersalah, gue janji bakal jadi orang yang lebih baik lagi." Kata Haruto sambil membawa helmnya di tangan dan memasuki rumahnya.

"Ma, Mama!" Haruto mencari memanggil mamanya, siapa tau makanya nggak lembur kerja hari ini.

"Ngapain cari mama mu?" Tanya seorang laki-laki berumur tiga puluhan delapan, yaitu papa Haruto.

Haruto hanya meliriknya tidak suka dan segera masuk ke kamarnya, di dalam kamar haruto melihat adiknya yang tertidur di meja belajarnya.

Haruto meletakkan tas, helm dan plastik yang berisi makanan.

"Ri bangun, kakak dah pulang, mau makan nggak?" tanya Haruto pelan sambil menepuk-nepuk lengan adiknya. Tapi adiknya sudah tertidur pulas, akhirnya haruto mengangkat tubuh kecil adiknya ke kasur. Dan menutupi dengan selimut nya.

"Kalau seandainya dulu orang tua gue sama-sama berfikir dewasa mungkin nasib kita nggak bakal gini," kata Haruto yang duduk di pinggir kasur.

Haruto pun keluar kamar, dan mendapati papahnya yang sedang enak-enak menonton tv.

"Pa makan" kata Haruto sambil meletakkan makanannya di meja, dan langsung pergi tanpa melihat wajah papahnya.

Haruto Itu? Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon