Part 2

366 59 4
                                    

Meski diriku ragu, tetapi akhirnya aku tahu, ternyata sulit juga berada jauh darimu.

-Jungkook April 2015



Jungkook tidak menyangka akan seperti ini rasanya tidak melihat wajah Jimin lebih dari sehari. Benar kata orang, sesuatu akan terasa berharga ketika sudah tiada. Nyatanya Jungkook merasakan betul bagaimana rasanya kehilangan itu sekarang.

Fakta bahwa Jimin sudah mulai sibuk bolak-balik Jakarta-London sejak awal Januari lalu membuat Jungkook gusar tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Di bilang rindu tetapi ragu, di bilang tidak rindu justru malah seperti orang tidak tahu malu.

Sesekali memang Jungkook ingin menghubungi Jimin di sana. Tetapi Jungkook tidak memiliki alasan cukup bagus untuk dijadikan jawaban, 'mengapa dia harus menghubungi Jimin sekarang?'

Belum lagi perbedaan waktu mereka yang jauh. Jungkook merasa, mungkin akan mengganggu jika menelpon Jimin di pagi hari waktu Jakarta. Semisal Jungkook ingin menelpon Jimin di waktu istirahat jam pertama, Jimin pasti masih tidur sebab jika dihitung mundur sebanyak tujuh jam, pukul 10 waktu Jakarta sama juga dengan pukul 3 dini hari waktu London. Jungkook baru memiliki waktu lagi ketika makan siang, tapi saat itu pun masih terlalu pagi untuk menghubungi Jimin di kejauhan.

Kesempatan selanjutnya hanya datang ketika larut malam selepas menunaikan semua keperluan. Namun sayang, Jungkook sudah terlalu lelah dan lebih sering jatuh ketiduran sebelum menghubungi Jimin yang sebenarnya turut menunggu kabar dan pesan darinya. Jungkook pun berakhir tidak memberi kabar seharian dan hal itu terus terjadi selama Jimin berada di sana.

Di sisi lain Jimin sendiri masih terperangkap dalam ketidaktahuannya akan perasaan Jungkook yang merasa kehilangan. Sepanjang hari Jimin menunggu Jungkook menghubunginya duluan, mencari tahu apakah Jungkook juga merasakan perasaan yang sama. Namun nyatanya, semua seolah percuma. Diamnya Jungkook membuat Jimin percaya bahwa kepergian dirinya bukanlah apa-apa. Jungkook sama sekali tidak peduli padanya. Bagi Jimin, menantikan Jungkook sama saja seperti menantikan hujan di tengah gurun sahara, sia-sia dan mengecewakan. Meski ini adalah pilihannya, Jimin tetap merasa sulit untuk pergi sekarang. Nyatanya rindu itu terlalu berat dan Jimin masih belum terbiasa.

Situasi ini mendorong keduanya saling berprasangka. Mereka sama-sama bersembunyi dibalik dalih yang percuma. Mengatakan bahwa mereka tidak memiliki alasan yang cukup jelas untuk saling menghubungi meski rindu yang sama tengah melanda keduanya. Alih-alih berusaha saling memahami keadaan yang ada, mereka justru hanya saling memupuk paham yang salah dalam ketidaktahuan saja. Jadilah keduanya tidak pernah bertukar kabar dan membiarkan hubungan mereka serenggang jurang, meski Jimin sudah kembali ke Tanah Air lagi sekarang.

***


Maksud hati tidak datang untuk menyakitimu, tapi bilah kalimatku melukai dirimu di luar kendaliku.

-Jimin, Juni 2015



"Gua kira lu bakal langsung pergi?" lontar Jungkook ketika Jimin datang tengah malam untuk menemuinya.

Bagi Jungkook rasanya sudah terlalu lama mereka berdua tidak saling bertemu muka. Ketika Jimin menghubungi tiba-tiba, sulit memahami perasaannya sendiri sekarang. Sebab Jungkook tahu, pasti inilah waktu perpisahan mereka yang sesungguhnya.

"Jadi, mau ngomong apa?" imbuhnya kembali ketika dia tidak mendapat respon apa pun dari orang jauh di hadapannya.

Jimin sudah sulit untuk berkata-kata. Ditambah gaya bicara Jungkook yang tidak biasa membuat Jimin semakin merasa bersalah. Terlebih ketika dia meminta Jungkook menemuinya di waktu sekarang. Mereka sudah lama tidak saling berkabar tapi Jimin dengan seenaknya mengganggu waktu istirahat Jungkook hanya demi mengucapkan salam perpisahan.

Valentine YouWhere stories live. Discover now