31

465 25 0
                                    


~♡~♡~♡~♡~

Selepasnya Alona dari kamar Sabira, ia melangkahkan kakinya kembali menuju ruang tamu. Namun sesampainya ia disana, terlihat hanya ada Paman Doni. Lalu dimana Mateen?

"Kemari, cepat!" Sergah Paman Doni dengan nada sedikit berbisik

Cepat-cepat Alona langsung duduk tepat di sebelah Paman Doni, "Paman, dimana Mateen?" Tanyanya

"Dia sedang di toilet. Sekarang saya harus menanyaimu soal ini sebelum Mateen kembali!" Ujar Paman Doni

"Kenapa kamu tidak mengatakan pada saya bahwa kalian akan menikah secara diam-diam?!" Hardik Paman Doni yang sesekali matanya beralih ke pintu toilet dimana ada Mateen di dalamnya

"Saya mengatakannya ataupun tidak tetap saja saya tidak akan pernah menikah dengan Mateen, bukan? Jadi apa gunanya!" Balas Alona dengan sinis. Sekarang ia sudah tidak merasa takut lagi pada Paman Doni. Rasa takutnya sudah tertutup oleh semua rasa marahnya.

"Seharusnya kamu mengatakan semuanya pada saya! Tetapi lupakan saja, lalu bagaimana kabar hubunganmu dengan Mateen sekarang?"

"Saya sudah melakukan seperti apa yang Paman perintahkan. Saya selalu mengacuhkan Mateen hingga dia merasa marah dan semua itu jelas saja membuat hubungan kami semakin merenggang. Tetapi Paman tenang saja, saya sudah meminta Sabira untuk melakukan beberapa hal yang Mateen suka agar Mateen tertarik pada Sabira" Jawab Alona dengan sedih

"Bagus! Ini seperti apa yang saya inginkan. Dengarkan ini, besok adalah hari kepergianmu. Saya akan mengajak Mateen dan Sabira untuk menemani saya ke peternakan. Persiapkan semua apa yang harus kamu bawa dengan baik, kamu mengerti?!"

Belum sempat Alona menjawab pernyataan Paman Doni tiba-tiba Mateen keluar dari toilet. Lantas Paman Doni dan Alona langsung merubah sikap dari yang tadinya berekspresi marah menjadi tersenyum layaknya seperti sedang mengobrol akrab.

"Alona, bagaimana Sabira?" Tanya Mateen yang untungnya tidak sadar akan obrolan Paman Doni dan Alona

"Hmmm... Sabira sudah merasa lebih tenang. Tapi dia masih ingin berada di kamar untuk saat ini" Jawab Alona yang kemudian beranjak dari duduknya

"Aku akan ke dapur untuk membuat jus untuk kalian" Alona mulai bergegas melangkah menuju ke dapur. Namun belum sempat ia melangkah tiba-tiba...

"Tidak usah, saya pamit pulang saja" Potong Paman Doni yang langsung beranjak dari duduknya dan kemudian menyalami Mateen

"Besok jangan lupa temani Paman melihat peternakan, ya" Paman Doni memeluk Mateen sebentar

"Siap, Paman! Besok saya temani. Terima kasih atas kabar baik yang Paman bawa hari ini. Saya sangat bahagia sekali" Mateen berjalan berdampingan dengan Paman Doni untuk mengantarnya keluar dari unit villa.

Alona menatap kedua punggung pria itu hingga menghilang dari balik pintu utama. Ia benar-benar merasa kasihan pada Mateen yang telah di bohongi atas ucapan Paman Doni. Alona sendiri juga memikirkan soal nasibnya karena sebentar lagi ia akan dibenci dan dianggap hina oleh Mateen atas sandiwara dari Paman Doni. Ia harus pergi meninggalkan Mateen dengan alasan kalau dirinya tidak mencintai Mateen dan hanya ingin harta serta gaya hidup mewahnya saja. Padahal Alona tidaklah serendah itu, tetapi bagaimanapun ia harus melakukannya untuk menyelamati nyawa Papa, Mama dan juga Adiknya.

-------

"Alona, kenapa kamu masih bersikap dingin saja? Setelah mendengar kabar baik tadi pun tak ada sedikitpun senyum dari bibirmu. Apa kamu tidak bahagia?" Tanya Mateen saat dirinya baru saja kembali setelah mengantar Pamannya keluar dari villa.

OUR INCOMPLETE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang