1. BB Naik

65 2 2
                                    

Behind in The Fatty
By Taffy

Kalo ada typo kasih tahu
Udah voment? Kuy lanjut

||▪▪》♡《▪▪||

Pagi buta seperti ini Wanda sengaja datang ke sekolah. Udara masih terasa sangat segar apalagi setelah semalam hujan cukup deras. Sisa bau tanah pun masih tercium. Koridor kelas masih sepi menyisakan suara gemerisik daun yang diterpa angin.

Muka Wanda sangar tidak biasanya. Untung saja ia mengenakan masker sebelum berpamitan. Jadi ia tidak perlu berpura-pura harus tersenyum. Walaupun ekspresi tidak selalu digambarkan dengan wajah. Ingat, betapa pentingnya bahasa tubuh dan komunikasi verbal. Untunglah ibunya Wanda tidak curiga dengan perubahan mood Wanda pagi ini, setelah ia melihat timbangan berat badannya sendiri.

Wanda melewatkan sarapan dengan membawanya ke sekolah.

Tiba di kelas, ia langsung membuka jaket tebal dan meletakkan payung di loker. Ia duduk dan mulai menjelajahi beberapa website resmi kesehatan untuk tips diet.

Ia menghembuskan nafasnya malas, jika ia gendut, ia akan kesulitan memilih baju, dan merasa insecure.

Tidak lama kemudian, datanglah sepasang siswa yang paginya sudah disambut mesra oleh pertemuan mereka. Mata Wanda diam-diam mencuri pandang melihat tubuh kecil temannya, Wilona.

"Huft! Pasti enak kan? punya badan kurus." Wanda membatin padahal tubuhnya sendiri tidak terlalu berisi ia hanya naik satu kilo.

Beberapa menit kemudian, kelas mulai ramai dan jam pelajaran akan dimulai sebentar lagi. Wanda pun meletakan HP-nya.

Guru memasuki kelas dan kegiatan rutin semacam literasi pun berjalan dengan khidmat. Tapi pintu kelas yang seharusnya tidak terbuka lagi selama jam pelajaran, bergeser menampakkan siswa bertubuh gempal, kacamata bulat dan rambut klimis yang masih terlihat basah. Ia terlambat.

Guru memberikannya teguran, dan mempersilakannya duduk. Sudah bukan rahasia umum lagi jika siswa yang sering dijuluki 'Toshiba', artinya 'Tos hideung, badag deui', itu terlambat, bahkan sampai pernah absen berturut-turut. Dia adalah Arga.
(*Sudah hitam, gendut lagi)

"Kalo gak niat sekolah gak usah maksain sekolah." Wanda berkomentar di belakang bangkunya yang kebetulan jarak tempat duduknya cukup dekat.

Tapi sepertinya cowok gempal itu tidak mengubris ucapan Wanda.

Proses belajar-mengajar berlangsung dengan lancar. Wanda yang masih tinggal sedikit lagi menyelasaikan kuis Matematika harus terburu-buru melihat waktu yang sudah sekarat.

"Ih! Anjir. Majuan lo Toshiba! Sempit meja gue," ujar Wanda dengan wajah kecut. Ia kembali melanjutkan menulis yang tinggal sebaris lagi. Setelah itu ia mengumpulkannya, sambil menghentakkan terlebih dahulu meja yang berada di depannya agar ia leluasa keluar dari bangkunya.

Srett!

Cowok itu pun ikut beringsut dari bangkunya, menyusul untuk mengumpulkan.

Tuk! Byar ...

Semua orang tertuju ke tempat duduk Wanda. Becek dan sebuah botol berwarna pink, tergeletak di lantai.

Semua orang langsung bisa tahu siapa yang membuat kekacauan itu. Mereka memandang satu-satunya cowok gempal di kelas mereka. Wanda yang sejak awal sudah bersabar agar tidak marah-marah, kemungkinanya sekarang akan berkurang.

"Siapapun itu, harap dibersihkan yah. Ibu sampai di sini dulu kelasnya. Kalian silakan beristirahat." Bu Almira meninggalkan kelas sambil membawa tumpukan kertas kuis.

Arga yang mendengar pun, berinisiatif mengambil lap pel. Tapi Wanda mendahuluinya, wajahnya menatap Arga kesal sekaligus jutek.

"Lamban lo jadi cowok. Makannya badan tuh kurang-kurang in bobotnya. Udah sama gue aja. Gue tau lo bakalan lama ngepel," hardik Wanda, berlalu meninggalkan Arga.

"Arga! Di ruang piket ada yang nyariin tuh!" teriak Nirwana, ketua kelas 12 Mipa 1. Sang empu nama yang semula melonggo oleh ucapan sadis Wanda langsung meninggalkan kelas.

"Cih! Palingan dianterin bekal makan sama neneknya. Emang ya tuh anak, mami banget," ujar salah satu siswi di kelas.

"Pantesan aja perutnya buncit. Pasti aslinya pemalas. Kan jarang digerakin badannya." Yang lain mengimbuhkan lantas tertawa.

Benar saja. Tetiba memasuki kelas Arga membawa paper bag yang diyakini makanan. Ia duduk dan mengeluarkan makanannya. Dibersihkannya dulu kedua tangan chubby-nya lalu ia bersiap untuk berdoa.

"Eits! Bareng dong makannya," seru seorang laki-laki yang ternyata adalah Bian. Arga memang tidak banyak bersosialisasi di kelas, kecuali jika dirangkul terlebih dahulu seperti yang dilakukan oleh Bian. Wanda menatap kedua laki-laki itu tidak nyaman. Ia selesai dengan kegiatan mengepelnya.

"Ini Nda, minum buat lo. Udahan marahnya." Bian menyodorkan sebotol air untuk Wanda sebagai ganti dari kecerobohan Arga, sahabatnya.

"Thanks!" balas Wanda agak malas.

"Btw. Itu sosisnya jangan lo buang Nda. Buat gue aja."

Wanda yang hampir membuang sosis itu pun lantas memberikannya kepada Bian. Ia ingin mulai dengan porsi makanan yang tidak terlalu banyak demi menjaga proporsi tubuhnya agar tetap ideal.

"Nda kok makannya gak dihabisin? Sayang loh."

Wanda memutar bola matanya malas. Kenapa Bian ini memperhatikannya terus? Untung saja Bian bukan orang lain. Sehingga Wanda tidak perlu merasa risih.

"Kenyang."

"Ah masa sih? Perasaan porsi makan lo gak segitu."

"Gue mau diet, Bian. Biar gak gendut. Kalo gue jadi gendut, punya perut buncit nanti gue pemalas dan lamban." Wanda menekankan kata lamban sengaja menyindir.

Bian menyadari itu hanya ikut terkekeh sambil melihat wajah datar Arga yang sepertinya tidak terganggu.

||▪▪》♡《▪▪||

Dibuat : 20 01 2021
Publish : 21 01 2021

The Fatty [COMPLETED]Where stories live. Discover now