Asta

929 167 24
                                    

Haechan sudah siap memulai harinya, setelah memastikan Dongpyo masuk ke dalam bus sekolah, Haechan berjalan menuju ke sekolah, walaupun cuaca pagi ini tidak terlalu dingin, namun Haechan menggunakan jaket, dia ingin menutupi perban yang membalut tangannya, tak ingin membuat sahabatnya khawatir.

"Pagi!" sapaan ceria itu lantas membuat Haechan menoleh, dan dia balas tersenyum pada Jaemin.

"Pagi juga Jaemin," balas Haechan.

"Tadi udah sarapan kan?" tanya Jaemin yang dibalas anggukan oleh Haechan.

"Nanti praktek olahraga kelas kita bareng kan ya?" tanya Jaemin, lantas Haechan mengangguk semangat.

"Sama kelasnya Sungchan juga," ujarnya dengan senyum yang terpatri indah di bibirnya, menyiratkan kebahagiaan Haechan.

"Seneng banget kalo udah ngomongin Sungchan, kapan seneng pas ngomongin gue nya?" tanya Jaemin. Si manis menatap bingung Jaemin, tak mengerti dengan ucapan yang dilontarkan si pemuda bermarga 'Na' itu.

"Nggak kok nggak papa," balasnya. Tak terasa mereka sudah tiba di depan kelas, bahkan Haechan tidak sadar kalau sedari tadi dia mengikuti kemana Jaemin pergi padahal niat awal dia ingin menunggu Sungchan di gerbang. Mengobrol dengan Jaemin merupakan kegiatan favoritnya selain dengan Renjun dan Dongpyo, rasanya asik memiliki teman baru.

"Duluan aja, aku mau kasih ini dulu ke Sungchan," Haechan mengangkat paper bag yang dia bawa di tangan kanannya.

"Yaudah deh, abis itu cepet ganti baju biar nggak telat," Haechan mengangguk mendengar ucapan Jaemin, kemudian pemuda itu meninggalkan Haechan yang masih berdiri di depan kelasnya. Haechan melanjutkan jalannya, menuju ke kelas Sungchan yang ada di ujung lorong, kemudian ia mengintip terlebih dahulu dari jendela kelas, mencari sosok Sungchan.

"Ngapain lo?" suara itu membuat Haechan terlonjak kaget, lalu ia dengan cepat membalikkan badannya. Kembali Haechan tersenyum kemudian langsung menyodorkan paper bag berisi bekal untuk Sungchan.

"Nggak capek lo bawain gue makanan tiap hari?" tanya Sungchan, sebenarnya dia ingin berterimakasih, tapi dia masih terlalu asing dengan kata itu. Haechan menggeleng sembari membuat tanda x dengan tangannya,

"Makan yang banyak ya," Haechan menggerakkan tangannya, kemudian melenggang pergi ke kelas karena tahu jika Sungchan tak akan mengerti. Sungchan hanya bisa melihat punggung Haechan yang melenggang pergi hingga masuk ke kelas, kemudian pemuda itu memilih untuk masuk ke dalam kelasnya yang terkenal ricuh itu. Sejujurnya Sungchan tak ada alasan bagus untuk membenci Haechan atau bahkan melakukan kekerasan fisik pada lelaki manis itu, hanya saja ketika ia tahu Haechan mengetahui kehidupannya yang tak seindah orang lain itu membuat Sungchan kesal. Apalagi dia pernah melihat Sungchan dipukuli Ibunya habis-habisan di depan minimarket. Jelas, Sungchan malu ketika ia ketahuan dipukuli oleh Ibunya sendiri di depan umum. Dan rasa malu itu malah dia ungkapkan dalam kekesalannya hingga menyakiti Haechan yang memiliki hati selembut sutra itu.

Bahkan sekarang Sungchan tak habis pikir dengan Haechan yang tahan dengan segala perlakuannya dua tahun terakhir, dia adalah gambaran manusia berhati lembut dengan kesabaran sekuat baja.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BENTALA (LEE DONGHYUCK)Where stories live. Discover now