Prolog

47.1K 1.9K 29
                                    

"Apa yang kau lakukan Anye?" Tanya orang itu dengan angkuhnya.

Anye. Gadis itu tidak bergeming di tempatnya. Pandangannya buram. Bukan ini yang ia pikirkan. Apa begini cara memperlakukannya setelah ia mengatakan mencintai laki-laki itu.

Bukankah ini terlalu kejam.

"Apa yang kau lakukan Anye?" Laki-laki itu mendekat. Menarik lengannya hingga Anye tersentak mendekat ke arahnya. "Apa kau berpikir jika semua kebaikanku berarti aku mencintaimu?" Lanjutnya kejam.

"Aku..." Anye kehabisan kata-katanya. "Kau bilang..  bukan..."

"Katakan yang jelas Anye. Aku tidak mendengarmu." Bisiknya tepat ditelinga gadis itu. Menahan suaranya agar tidak mengerang.

Anye, gadis itu terdiam. Membiarkan nafas laki-laki itu menggelitiki telinga sampai ke lehernya.

"Apa kau tidak pernah sekalipun menyukaiku?" Tanya Anye tertahan.

Hardin tersenyum miring. "Pernah. Tentu aku menyukaimu Anye."

Sesaat dada Anye terasa sedikit lega sebelum akhirnya laki-laki itu melanjutkan kata-katanya.

"Kau baik. Aku menyukaimu sebagai teman yang mau berbagi keintiman denganku. Seperti ini." Dengan tidak tahu malunya Hardin menjilat belakang telinga Anye.

Anye tersentak. Ia menghentak lengannya yang memang tidak digenggam erat oleh Hardin. Dengan segera ia mendorong Hardin menjauhinya. Pecah sudah tangisnya. Bahkan tanpa sadar ia sudah melayangkan tamparannya pada wajah tampan Hardin.

Hardin tertawa. "Kenapa Anye?" Ia berjalan mendekati gadis itu berbanding terbalik dengan gadis itu yang berjalan mundur agar tetap menjaga jarak dengannya. Demi tuhan mereka masih di koridor kampus mereka. Disaksikan banyak orang yang melihat mereka tanpa ada yang tahu apa yang terjadi pada keduanya. Karena yang mereka tahu Hardin dan Anye adalah sejenis teman romantis.

"Kau tidak benar-benar berpikir selama ini aku benar-benar mencintaimu kan." Lanjutnya kejam. "Kita adalah teman manfaat. Kau tahu itu bukan." Anye ingin menangis sekarang. Tidak air matanya memang sudah jatuh meski hanya beberapa tetes.

"I am sorry, if i am rude." Lanjutnya halus. Ia membelai helaian rambut ikal coklat keemasan milik Anye. Menyampirkan helaian rambut itu kebalik telinga Anye. "Setelah semua yang kau katakan ini. I am so cringe of you, Anye." Lanjutnya kejam.

Anye diam. Dibiarkannya tangan itu membelai sisi wajahnya. Menyampirkan helaian rambutnya hingga ia yakin wajahnya yang mulai basah oleh keringat dan air mata itu pasti terekam dengan baik di ingatan laki-laki itu. Bahkan tanpa tahu malunya jari-jari itu membelai bibir mungil gadis itu. "Tapi, kau tenang saja Anye. Rasa cinta itu normal."

"Good bye, Anye." Ujarnya dingin sebelum ia meninggalkan Anye. Meninggalkan gadis yang pernah mendiami hatinya.... Dulu.

"Menangislah Anye. Tangisi aku sederas aliran sungai. Kau pantas mendapatkannya." Lirihnya dingin.

Anye tersenyum getir. Ia menghapus air matanya. Jangan menangis Anye. Ini hanya sebuah penolakan. Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Ya, jangan menangis..... Setidaknya sampai ia memasuki kamarnya.

Semua orang menatapnya sejenak. Tidak ada yang berani bertanya. Semua orang hanya berpikir jika kedua teman romantis itu hanya sedang bertengkar kecil.

Tidak ada yang tahu jika hari itu adalah terakhir kalinya mereka akan melihat keduanya bersama.

-o-

Hardin berjalan memasuki area kampusnya dengan angkuh seperti biasanya. Dengan pakaian serba hitam, celana jeans dengan beberapa robekan di beberapa bagian, jaket kulit yang menutupi kaus metalnya dan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia tampan dan tentu saja... Hmm, hot.

Emotion LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang