10 - a long time ago

16.1K 1K 2
                                    

Part ini berisi ingatan Hardin dan berhubungan dengan lanjutan prolog!

-o-

"Aku tidak akan pernah menikah."

Hardin menatap gadis itu dalam hening. Gadis itu tampak tenang meski ia tahu pasti Anye tidak sepolos itu untuk tidak mengerti arah pembicaraan mereka.

"Aku tidak ingin ada anak lahir kedunia yang kejam ini." Lanjut Anye menatap langit yang hari ini tampak lebih cerah. "Tidak ada hubungan yang indah didunia ini. Bahkan jika kau mencintai seseorang. Rasa cinta itu akan pudar." Anye berbalik dan menatap Hardin dengan wajah sendu.

"Rasa suka hadir karena terbiasa." Jelas Hardin.

Anye tidak ikut menimpali. Gadis dengan rambut sebahu itu tersenyum tipis. Suka karena terbiasa. Ya, itu benar namun rasa suka berbeda dengan mencintai. Hanya karena terbiasa bukan berarti bisa mencintai.

"Kau benar. Mungkin kita sudah terbiasa." Tutup Anye mengakhiri pembahasan mereka.

Meski sedikit keduanya merasakan sakit dan sedikit sesak.

"Kau akan merubah pikiranmu, Anye." Gumam Hardin. "Suatu saat kau akan menyukaiku. Kau yakin tidak ingin sebuah hubungan." Lanjutnya kali ini terdengar menantang.

Sesaat Anye terdiam. Tatapan itu menunjukkan keyakinan. Untuk sesaat Anye ragu pada dirinya. Tapi ia tidak ingin jika suatu saat ia bertaruh pada hidupnya untuk sebuah hubungan. Seorang anak tak berdosa mungkin bisa menjadi korban seperti dirinya.

"Aku mempertaruhkan hidupku, bahkan jika perlu menjadi ahli surga tidaklah buruk." Kekehnya menganggap semua itu hanya candaan.

......

Hari ini sampanye yang ia minum terasa menjengkelkan. Atau mungkin suasana hatinya yang seketika memburuk saat mengingat masa dimana tahun pertamanya bersama Anye.

Apa yang membuat Anye begitu memberikan pengaruh yang luar biasa untuknya. Apa yang diberikan gadis itu. Bukan harta karena Hardin terlahir kaya. Bukan juga keperawanannya seperti gadis kebanyakan. Dan Anye juga bukan gadis tercantik yang pernah Hardin lihat.

Lantas apa?

Untuk pertama kalinya Hardin merasa seseorang menatapnya sebagai dirinya. Untuk pertama kalinya ia merasa apa yang ia usahakan begitu dihargai. Untuk pertama kalinya seseorang mengagumi kelebihannya yang hanya sedikit. Dan untuk pertama kalinya ia merasa seseorang benar-benar mendukungnya.

Meski ia sendiri tahu. Gadis yang tampak ceria dan selalu mendukungnya dalam segala hal itu sebenarnya memiliki senyum palsu. Tawa yang palsu. Setiap ia melihat Anye tertawa dan tersenyum yang ia rasakan adalah gadis itu menangis.

Dan ia ingin gadis itu mengandalkannya.

Ia ingin merangkulnya menepuk punggung itu dan berkata semua baik-baik saja. Memeluk gadis itu erat saat gadis itu berteriak dingin.

Tapi Anye tidak pernah melakukan itu. Gadis sombong itu selalu melakukan segalanya sendiri. Bahkan saat Hardin mengulurkan tangannya gadis itu menolak.

Anye tidak pernah mau bergantung pada siapapun selain dirinya sendiri.

"Shit!" Hardin mengumpat kesal.

"Apa kau tidak pernah menyukaiku?" Tatapan itu. Untuk pertama kalinya Hardin melihat tatapan kecewa yang sangat jelas di wajah Anyelir.

Saat ia meninggalkan Anyelir saat gadis itu menyatakan perasaannya, sebenarnya gadis itu masih sempat menyusulnya.

Anyelir menarik kaosnya dengan sorot mata tampak tidak percaya. Gadis itu tahu ia berbohong. Hardin memang tidak pernah menyatakan perasaannya secara langsung pada Anyelir karena setiap ia membicarakan hal yang berhubungan dengan perasaannya. Gadis itu selalu mengalihkan pembicaraan dan menganggap semua hanya candaan.

Emotion LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora