34 - Say Good bye

18K 932 9
                                    

Dering ponselnya benar-benar mengganggu Anye. Nama Hardin terpampang di layar ponselnya tapi tidak ada tanda-tanda ia akan menjawabnya. Anye mendengus malas. Pria itu pasti sangat marah padanya mengingat Anye sudah mengabaikannya sejak kemarin. Ia juga meninggalkan rumahnya dan asik dengan waktunya sendiri di hotel yang lumayan jauh dari pusat keramaian.

Meski masih di daerah kota. Daerah itu sedikit sepi dan benar-benar cocok untuk orang-orang yang mencari ketenangan seperti dirinya.

Ia bukannya menghindari Hardin karena masalah serius. Ia seorang penulis. Sejujurnya ia sedikit sulit mendapatkan inspirasi dan konsentrasi jika Hardin disekitarnya. Karena itulah ia memilih menghindarinya. Tapi Anye terpaksa menunda tulisannya kembali saat mendapati pesan dari nomor asing.

Matanya menatap malas saat melihat Amanda yang sudah duduk dihadapannya dengan anggun. Wanita itu menghirup tehnya dengan elegan dan tersenyum tipis padanya.

"Hardin meninggalkanmu?" Tanya Anye membuat Amanda langsung membeku. Tangannya bahkan gemetar hanya untuk meletakkan cangkir tehnya kembali ke atas meja. Semua itu tidak luput dari pandangan Anye.

"Tidak." Bohong Amanda.

"Kau ingin aku pergi dari hidup kalian?" Tanya Anye lagi tanpa basa-basi. Sebenarnya Anye sudah memperkirakan apa pun yang akan Amanda minta darinya.

Amanda menggeleng. Perempuan itu tampak gugup tapi cukup berani untuk ukuran orang seperti Amanda. Anye menatapnya penasaran. Ia cukup tertarik dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aku tahu kalian memiliki hubungan." Amanda mulai membuka suara.

"Oh, ya?" Anye menatapnya tertarik. "Seperti apa?" Tanya Anye memancing.

"Apa pun itu." Jawab Amanda membuat Anye mendengus geli. Wanita di depannya ini benar-benar lugu atau bodoh. Apa pun itu benar-benar menghiburnya.

"Kau tidak tahu?" Tanya Anye langsung. Amanda meremas roknya. Ia sedikit merasa terintimidasi tapi ia tidak mau kalah.

"Aku tidak mau tahu." Jawab Amanda tegas. "Tapi, aku menerima hubungan kalian." Tegas Amanda lagi.

"Aku tidak butuh izinmu." Jawab Anye geli. Amanda sedikit tersinggung dengan reaksi Anye.

"Aku adalah tunangannya." Katanya jelas.

"Aku tahu." Jawab Anye malas. Ia mulai bosan dengan percakapan ini.

"Aku sungguh tidak apa-apa dengan hubungan kalian." Amanda berucap takut-takut. "Ki, kita bisa berbagi." Jawaban Amanda membuat Anye mengernyit tidak suka.

"Tapi aku tidak." Jawab Anye tegas. "Aku tidak suka berbagi apa pun pada siapa pun." Tegas Anye sekali lagi.

"Kau egois." Amanda manahan isakannya, matanya memerah tapi ia masih bisa menahan air matanya.

"Simpan air matamu. Aku bukan orang yang murah hati." Kata Anye menohok membuat Amanda menggigit pipinya dalam.

"Hardin bilang aku lebih unggul dari mu." Kata Amanda percaya diri. "Kau tidak bisa memberikan yang ia inginkan. Semua yang ia inginkan ada  padaku." Amanda berusaha membalik keadaan. Susah payah ia mengatur pertemuan ini jelas ia tidak mau pulang tanpa hasil.

Anye mendengus. Perempuan di depannya ini benar-benar tipe keras kepala yang menyebalkan. "Begitukah?" Tanya Anye angkuh. "Lalu kenapa kau memohon padaku untuk berbagi?" Cemooh Anye.

"Aku tidak memohon!" Teriak Amanda tanpa sadar sebelum kembali menutup mulutnya sadar jika mereka masih di restoran dimana ada banyak pengunjung yang menatapnya aneh.

Anye memicingkan matanya sebelum tertawa. "Kau begitu percaya diri atas dirimu." Anye menghentikan tawanya dan menatap Amanda tajam. "Jika kau begitu percaya diri dirimu sempurna untuknya. Kenapa kau mau berbagi? Itu jelas menjelaskan banyaknya kekurangan pada dirimu. Am I wrong?"

Amanda menunduk sebelum kembali mendongak. "Apa kau tidak malu berhubungan dengan tunangan orang lain?" Ia menatap Anye marah.

"Kau bahkan tidak tahu apa-apa?" Anye menggelengkan kepalanya takjub.

"Aku tahu." Jawab Amanda tidak mau kalah. "Aku berbaik hati ingin menjalin hubungan baik denganmu. Aku menawarkan hubungan yang baik. Aku bahkan rela berbagi pria yang kucintai."

"Tapi aku tidak mau." Potong Anye kesal. "Katakanlah aku kurang darimu agar kau puas." Anye menatapnya geram. "Meski begitu jangan berharap aku mau berbagi apa pun. Jika kau begitu ingin dimadu jangan mengajakku. Aku bisa saja langsung meracunimu." Anye mulai berdiri. Ia sudah muak pada pembicaraan konyol ini.

"Tidak bisakah kau melepaskannya untukku." Kata Amanda terdengar pilu. "Aku benar-benar mencintainya." Lanjutnya lagi.

Anye mendelik kesal pada Amanda. Tidak ada pandangan kasihan disana. "Kau benar-benar luar biasa." Puji Anye tidak habis pikir.

"Baiklah." Anye menganggukkan kepalanya setuju. "Aku bisa pergi dari hidup kalian. Tapi apa kau bisa membuat Hardin benar-benar menolakku hingga akhir?" Tanya Anye menjeda. Matanya menangkap Hardin yang berlari masuk ke dalam restoran.

"Apa selama kau hidup, Hardin adalah pria satu-satunya yang kau cintai?" Tanya Anye menantang. Melihat bagaimana wanita itu diam jelas jawabannya tidak.

"Aku benci mengakui ini. Tapi dia satu-satunya dihidupku yang membosankan ini. Apa kau mengerti maksudku?" Tatapan matanya masih mengarah pada Hardin yang juga sudah menyadari kehadirannya.

"Kuberi tahu padamu. Kau harus membuat Hardin benar-benar menolakku jika kau ingin dia disampingmu. Karena jika bukan dia yang datang padaku, mungkin aku yang mendatanginya." Tatapannya masih tidak lepas dari Hardin yang semakin dekat. Ia bisa menebak Amanda belum menyadari itu.

"Kau tahu Amanda jika Hardin tergoda padaku dan datang padaku. Aku tidak pernah mau membaginya pada siapa pun. Tidak sepertimu." Tutur Anye tajam.

Hardin berdiri di depannya dengan nafas tidak teratur. "Kau benar-benar keterlaluan." Kesal Hardin menekan ucapannya. Berbeda dengan Amanda yang terkejut melihat kehadiran Hardin. Anye hanya tersenyum manis membalas tatapan tajam Hardin.

"Kau merindukanku?" Tanya Anye menggoda.

Hardin melirik Amanda yang masih duduk disana menontonnya. Menghiraukan Amanda disana, Hardin menarik tangan Anyelir. "Ayo pulang." Perintahnya.

Anye menahan tangannya dan menggeleng. "Tidak mau." Katanya tidak mau dibantah.

"Anye!" Geram Hardin.

Anye melirik Amanda yang masih asik menontonnya dan tersenyum licik padanya. "Aku mau menunjukkan sesuatu padamu." Kata Anye mengedipkan sebelah matanya.

Tangannya yang memang digenggam Hardin membuatnya lebih mudah menarik pria itu mendekat dan dengan cepat meraih tengkuk pria itu dengan tangannya yang lain sebelum menyatukan bibir keduanya.

Anye tersenyum di sela ciumannya saat Hardin malah menciumnya balik.

Mereka masih di tempat umum dan ini adalah hal tergila yang pernah Anye lakukan seumur hidupnya.

-o-

Ah, berat mau bilang ini. Tapi kalian pasti udah nebak kalau cerita ini bakal segera tamat. 😭😉

Emotion LoveWhere stories live. Discover now