⭕Terakhir⭕

351 21 5
                                    

✴️Selamat membaca✴️

  Tiga tahun kemudian------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

  Tiga tahun kemudian------

  "Ay, baju batik ku mana?!" teriak gue, sembari memasang sempak Hello Kitty, belian bini gue Minggu semalam.

  "Di atas tv, ay!" jawab bini dari dapur. Sontak saja gue bergegas mengambilnya lalu dengan cekatan gue memakai baju yang udah di setrika bini kesayangan gue.

  Hari ini adalah hari dimana si Pandu mau kawin sama pembantunya, ya memang gitu. Cinta itu tidak memandang harta maupun muka, tapi perlu gue akui sih calon bininya Pandu cantiknya ngalahin bininya Reval. Kalau sama bini gue mah Selena Gomez aja lewat.

  'Cklek!

  "Papa, di suluh mama mamam."

  Gue terkaget-kaget, lantaran anak laki gue si Nikol menoel-noel pinggang gue. Gue menjongkokkan diri biar sama tingginya dengan Nikol, gue menarik-narik pipinya yang gembul di lapisi bedak bayi tabur yang menempel kesana-kemari, layaknya orang-orang yang habis memakai bedak basah khas orang Banjar.

  "Whush! Wanginya anak papa, sini biar papa gendong." Gue mengendus-endus keteknya yang mana anak gue masih memakai lapisan dalam.

  "Ndak mau, papa ndai palai ceyana!"

  Refleks, gue menengok ke bawah, benar aja, burung gue masih kelihatan nongol di sempak yang di pakai. "Bentar ya, papa mau pakai celana dulu. Nikol jangan ngintip loh," instruksi gue, lalu berbalik badan sambil memasang celana jeans.

  "Nikol uga ndak mau liyat papa, soalnya buyung papa bau."

  Gue meringis mendengarnya, hubungannya itu apaan? Gue cuma bilang jangan ngintip, yang di bahas soal barang pusaka. Seusai memasang celana, gue mengambil ponsel dari atas kasur lalu memasukkannya ke kantong baju. Sebelum keluar kamar, gue mengangkat tubuh Nikol yang mana ini anak mengecup jari jempolnya, tanpa ada rasa malu sama bapaknya.

  "Kalau bukan karena papa, kamu itu nggak ada anak kecil," geram gue, harus ditahan, bukannya takut, anak gue menusuk mata gue pakai jari telunjuknya.

  "Sabar Rio ...sabar ...!"

  "Ha ha---- mata papa ada tainya."

  "Ay, ini anak kamu kenapa?!"

***

  "Ay, makanannya mana?"

Diary Remaja [End]✓Where stories live. Discover now