Bagian 62

11.1K 853 36
                                    

" Sudah selesai Nai?" tanya Naufal pada Naira yang baru saja keluar dari kamar mandi. Naira sempat memundurkan dirinya satu langkah karena terkejut dengan suara Naufal yang tiba - tiba menanyainya.
Perasaan tadi masih asyik ngobrol sama bang Irsyad, eh sekarang udah nongol aja nih gus Naufal, bikin kaget aja. Ngedumel Naira dalam hati sembari melangkahkan kaki menjauhi pintu kamar mandi yang telah ia tutup rapat.
" Kalau ditanya sama suami itu ya mbok dijawab" sindir Naufal halus. Naira membalikkan badan menghadap Naufal yang saat ini tengah duduk di sofa yang biasa Naira gunakan untuk membaca beberapa koleksi bukunya.
" Iya - iya maaf" jawab Naira setelah ia berada di belakang sofa yang Naufal duduki lalu merangkulnya mesra.
Naufal hanya tersenyum dan mengusap pipi cubby sang istri tulus. Sesekali ia juga mencium tangan Naira yang masih terpaut merangkulnya.
" Gus Naufal udah makan?" tanya Naira ketika ia sadar bahwa sejak tadi siang ia belum melihat Naufal makan satu suap nasi pun, kalau Naira sih udah makan tadi walaupun cuma sepotong roti aja. Naufal hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. Auto, Naira segera melepas tangannya.
" Kok belum makan sih, ya udah sekarang kita makan dulu yuk. Nanti Nai dimarahin sama bunda lagi, dikira anaknya yang paling ganteng ini ndak Nai kasih makan" ucap Naira cengingisan ketika ia berada di hadapan Naufal yang masih memperhatikan wajah ayunya. Merasa dirinya diamati oleh sang lawan bicara, Naira segera menghentikan bibirnya untuk terus berucap. Ia berganti menatap intens Naufal yang saat ini malah tersenyum sendiri.
" Kok malah senyum - senyum sendiri sih, mau makan ndak. Kalau ndak mau ya sudah" Naira membalikkan badan bermaksud untuk keluar dari kamar. Namun niatnya itu terhenti ketika dua tangan kekar Naufal merangkulnya dari belakang. Naira sempat terkejut ketika Naufal menautkan dagunya di pundak kanannya.
" Gus, makan dulu ya. Dari tadi siang lhi, gus Naufal belum makan" ucap Naira lembut sembari mengelus tangan Naufal yang masih nyaman melingkar di pinggangnya.
" Kamu yang masak ya" ucap Naufal masih nyaman dengan posisinya.
" Mau dimasakin apa?" tanya Naira balik.
" Nasi goreng aja" jawab Naufal singkat.
" Ya udah Nai masakin nasi gireng dulu, gusnya mau nunggu di kamar aja apa mau ikut turun ke dapur?"
" Nunggu di kamar aja" jawab Naufal lagi.
" Ya sudah kalau gitu" Naira membalikkan badan menghadap kearah Naufal sempurna. Namun ia tak meneruskan ucapannya ketika tatapannya bertemu dalam sudut yang sama dengan Naufal. Benar saja, detak jantung Naira berdetak up normal. Detak jantungnya semakin kencang berdetak tidak seperti biasanya. Naufal tersenyum melihat ekspresi Naira yang selalu berhasil membuatnya gemas. Naufal meniup kedua mata Naira sehingga sang pemiliknya mengerjap untuk beberapa kali.
" Katanya mau masakin saya nasi goreng, kok masih bengong di sini?" tanya Naufal dengan nada becanda.
Naira segera menyadarkan dirinya dan pura - pura membenahi hijab yang saat ini ia kenakan.
" Ya sudah, Nai turun dulu ya" Naufal hanya mengangguk dan tersenyum mempersilahkan Naira keluar dari kamar untuk memasak nasi goreng pesanannya.
" Alhamdulillah wa syukurillah, terimakasih atas segala nikmat yang telah Engkau beri ya Allah. Nai adalah anugerah yang sangat indah, yang Engkau kirim untuk hamba yang jauh dari kata sempurna ini" ucap Syukur Naufal ketika Naura trlah menghilang sempurna dari hadapannya. Ia kembali duduk di sofa Naira dengan membaca sebuah buku koleksi Naira yang berhasil membuatnya minat untuk membacanya.

" Loh, belum tidur Nai?" tanya umi Laila ketika ia melihat sang putri masih asyik bergelut dengan penggorengan didapur tengah malam gini. Naira hanya tersenyum sembari terus mengaduk nasi gireng yang ada di wajan.
" Iya mi, gus Naufal tadi minta tolong Naira masakin nasi goreng. Kasihan, dari tadi siang belum makan"
" Ya Allah, ya sudah cepetan kamu selesaiin nasi gorengnya. Kasihan dia, nanti kalau sakit gimana" ucap umi Laila khawatir.
" Iya mi" jawab Naira ramah dan manis.
" Ya udah, umi ke jamar dulu ya" Naira hanya mengangguk dan memberi umi nya untuk kembali ke kamar setelah umi Laila selesai mengambil segelas air putih dari lemari pendingin.
***
" Semoga aja gus Naufal suka" harap Naira sebelum ia masuk ke dalam kamarnya dengan membawa nampan berisikan sepiring nasi goreng buatannya dan segelas air putih. Ia membuka pintu kamar dengan hati - hati.
" Eh" ucap Naira heran ketika ia melihat Naufal yang tengah tertidur dengan posisi duduk di sofa sembari memeluk buku bacaan miliknya.
" Kok tidur" gumam Naira sembari menaruh nampan yang dibawanya di atas nakas yang berada tak jauh dari sofa yang saat ini diduduki sang suami. Ia berjongkok di hadapan Naufal yang tengah memejamkan kedua matanya. Naira sempat tersenyum tipis ketika ia leluasa memandang wajah tampan Naufal.
Alhamdulillah, terimakasih ya Allah, Engkau telah mengirimkan laki - laki tampan yang insyaAllah sholeh dan tanggung jawab untuk Nai, batin Naira dalam hati kecilnya.
" Capek ya?" tanya Naira ketika ia melihat Naufal mengucek kedua matanya dan membenahi posisi duduknya agar lebih nyaman lagi.
" Ndak kok, cuma tadi ketiduran aja pas baca buku samian ini" Naufal menunjukkan buku yang dimaksudnya lalu meletakkan di atas nakas bersebelahan dengan nampan yang tadi Naira bawa masuk ke kamarnya.
" Waah ini nasi goreng buat saya kan?" tanya Naufal antusias dan membuat Naira berdiri dari jongkoknya untuk mengambilkan sepiring nasi goreng buatannya untuk Naufal. Dengan senang hati Naira menemani Naufal menghabiskan nasi goreng buatannya itu. Senyum manis terukir diwajahnya kala Naufal menyodorkan sesendok nasi goreng untuknya. Sembari memberi isyarat kepada Naira, Naufal meminta Naira membuka mulutnya untuk menerima suapan pertama darinya. Keduanya saling menerbitkan senyum manis mereka masing - masing.

" Terimakasih" ucap Naufal ketika ia tengah duduk berdua dengan Naira di pinggiran kasur milik Naira.
" Untuk?" tanya Naira dibuat Naufal bingung.
" Untuk semuanya" jawab Naufal dengan senyumnya yang mengembang.
" Naira yang harus berterimakasih sama samian, karena samian sudah mau menerima semua kekurangan Naira dan menyempurnakan sebagian agama Nai" ucap Naira dengan kedua mata yang telah berkaca - kaca.
" Sudah sabar menghadapi Naira yang suka egois, sabar dengan sikap kekanak - kanakkan Nai. Semoga Allah selalu meridloi rumah tangga kita berdua suamiku" tambah Naira sembari mencium punggung telapak tangan Naufal yang berhasil dibuatnya terenyuh dengan kata - kata Naira.
" Gus" panggil Naira hangat sembari memberanikan diri menatap kedua mata sang suami yang kini tengah duduk menghadapnya. Naufal hanya tersenyum menjawab panggilan Naira untuknya dan membiarkan Naira meneruskan ucapannya.
" Izinkan Naira memberikan hak gus Naufal atas Naira malam ini" ucapnya dengan nada sedikit bergetar. Naufal sedikit bingung mendengar apa yang barusan Naira ucapkan.
" Nai, saya tidak memaksa samian untuk memberikan hak saya malam ini juga. Saya .."
" Nai tau, tapi ini sudah menjadi kewajiban Nai sebagai seorang istri gus. Apalagi, sudah satu tahun lebih Nai sudah membuat gus harus menunggu Nai. Jadi Nai mohin, izinkan Nai memberikan hak gus atas Naira"
" Apakah kamu yakin?" tanya Naufal menyakinkan Naira.
" InsyaAllah, dengan izin Allah" Naufal membawa Naira ke dalam pelukannya lalu mencium puncak kepala Naira.
" Kita sholat sunnah dulu ya" Naira hanya mengangguk menuruti apa yang diperintah Naufal padanya.

Sepasang suami istri itu pun menunaikan ibadah sholat sunnah dua rokaat di heningnya malam. Naufal dan Naira terlihat sangat khusyuk kala memunajatkan doa mereka berdua kroada Allah swt. Sesekali air mata Naira menetes karena lembutnya doa Naufal untuk keberkahan rumah tannga keduanya.
" Husst, udah jangan nangis ya" Naufal merangkul tubuh Naira yang bergetar setelah ia menyelesaikan doanya dan menghadap ke belakang menoleh Naira. Ia membantu Naira menghapus air mata yang kembali menetes membasahi kedua pipinya.
" Terimakasih gus, terimakasih untuk semuanya" lirih Naira yang mendapat balasan senyum manis Naufal.
" Izinkan saya melihat mahkota bidadari syurga saya zaujaty" izin Naufal ketika ia hendak membantu Naira membuka mukena yang saat ini ia kenakan.
Naufal tersenyum indah, ketika ia melihat mahkota Naira yang selama ini ia jaga dari siapapun lain mahromnya. Naufal membantu menyisipkan anak rambut Naira yabg menutupi wajahnya.
" Terus jaga mahkota samian untuk saya saja ya Nai" pesan Naufal langsung diangguki Naira penuh keyakinan. Naufal memajukan tubuhnya mendekati Naira lalu mengecup kening Naira cukup lama.
Lalu ia pun membimbing Naira mendekati kasur king size milik Naira.
Kedua insan itupun menyatu indah dalam ikatan halal mereka. Yang tentunya diridloi oleh Allah swt.

Assalamualaikum Gus *SUDAH TERBIT*Where stories live. Discover now