Min Yoongi, pria berusia empat puluh tahun itu berdiri dari kursi ruang tunggu rumah sakit.
Menggigit jari sambil terus memperhatikan putranya dari balik dinding kaca.Lagi - lagi Yoongi harus melihat Soobin yang terbaring tak sadarkan diri, tubuhnya juga dirusak alat - alat yang membantunya untuk hidup.
"Asisten pribadimu mengundurkan diri," bisik Namjoon pelan, memang keparat kalau kata Yoongi, direkturnya ini tidak tahu situasi.
"Biarkan sajalah. Mau mati juga tidak masalah," ujar Yoongi kesal. Pandangannya beralih pada berkas yang dibawa Namjoon lalu merebutnya.
Maniknya membelalak, berdecak melihat coretan merah ternyata bukan hanya satu. Yoongi dikepung dari dua wilayah berbeda, sialnya bukan polisi yang sejatinya mampu dia tampar menggunakan uang, ini adalah Choi Beomgyu, pengusaha muda Korea yang ingin Yoongi musnahkan dari dulu.
Sudah bocah, banyak gaya, sok akrab pula kalau kata Yoongi, Beomgyu kemungkinan sebaya dengan putranya, Soobin. Tetapi, Yoongi akan merasa sangat bangga jika harus membunuhnya dan menjadikannya manekin antik.
Kembali lagi, Yoongi duduk di kursi sambil menatap kertas dan Soobin bergantian. Di sisi lain, dia harus pergi karena urusan bisnisnya yang tidak bisa ditunda - tunda.
"Dimana Hoseok?" tanya Yoongi. Menanyakan direktur operasionalnya itu pada Namjoon yang mendadak kalut dalam pertanyaan. "Dimana pun, suruh dia datang," kata Yoongi, menyerahkan kembali kertas - kertas milik Namjoon lalu memijat keningnya sendiri.
"Mau apa kau padanya?"
Namjoon menatap Yoongi yang lebih pendek darinya itu dengan sedikit heran, mengingat Hoseok keberadaannya tidak harus selalu ada di depan Yoongi. Baru kali ini Yoongi ingin Hoseok datang."Panggilkan saja."
Namjoon akhirnya mengangguk, mengundurkan diri dari Yoongi untuk menghubungi Hoseok yang mungkin sedang sibuk dengan urusannya.
.
.
.Beberapa saat menunggu sampai Yoongi ketiduran, Hoseok datang heboh dengan setumpuk barang bawaannya beserta ransel yang padat. Pulpen di saku jasnya sepertinya tidak pernah ketinggalan. Namjoon membungkuk hormat, Hoseok juga. Keduanya adalah direktur yang paling disayangi Yoongi.
Tapi kali ini, Yoongi menatap Hoseok tajam seraya mendekat. Hoseok sendiri tahu kalau Yoongi adalah seorang yang datar sekaligus kejam secara bersamaan, tapi lama tak bertemu, rasanya Yoongi ini jadi makin keji saja.
"Pak," sapa Hoseok sambil tersenyum paksa, membungkuk pada Yoongi sesuai apa yang seharusnya.
"Ya." Yoongi memperhatikan barang - barang yang Hoseok bawa. Dokumen - dokumen penting dari perusahaan dibawanya ke rumah sakit, kata Yoongi itu sedikit memalukan. "Aku ingin---"
"Direktur Kim, ini proyek yang harus diseleksi. Semalam kan sudah di revisi sesuai keinginan, ini sisanya," ujar Hoseok sambil menyodorkan tasnya yang penuh pada Namjoon.
"Dengar," Yoongi mengalihkan pandangan Hoseok dari Namjoon kemudian berdeham, "aku ingin kau jadi asisten pribadiku, sampai Soobin sembuh. Aku---"
"Asisten sekaligus bodyguard yang menunggu anakmu pulang sekolah itu!?" tanya Hoseok melengking, Yoongi mengangguk, "tidak tidak. Kau kan tau, aku ini tidak bisa berkelahi. Cari saja yang lain!" Hoseok bergidik, sedari dulu Hoseok itu tidak tegaan kalaupun harus memukul orang penuh dosa.
"Tapi Direktur Jung, kau akan mendapat banyak royalti. Maksudku, naik gaji atau hal lain," tukas Namjoon. Paras ramahnya semakin menjadi saat mengakui kalau Hoseok itu cocok sekali dalam mengurus anak.
YOU ARE READING
New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pengusaha, dan Park Jimin adalah seorang polisi. Keduanya sama-sama punya cerita; Min Yoongi yang seorang duda, lalu Park Jimin yang hampir kehilangan pekerjaannya. Bagaimana keduanya bisa bertemu? Kebetulan? Oh, bukan. Sli...