"Payah." Yoongi meledek usai menghempaskan tubuhnya sendiri dikarenakan peluru yang mendadak dikeluarkan oleh Mingyu dari senjata andalan miliknya.
Tindakannya mungkin membuat Jimin terombang-ambing dalam rasa takut, tapi dia benar-benar harus mengulur waktu.
"Terimakasih karena sudah hadir dalam kehidupanku," gumam Yoongi, melepaskan dasinya dan memberikannya pada Jimin, "maaf, aku tidak bawa hadiah, Jiminie."
Dia tatap Mingyu yang ada di hadapannya itu, "kalau aku mati, tidak masalah bagiku jika itu untuk nyawamu."Merasa tidak terima, Jimin meronta-ronta di kursinya. Berusaha melepaskan ikatan yang mengunci tangannya, berusaha menyingkirkan Yoongi yang sedang bertarung di hadapannya. Sebab bagi Jimin, Yoongi tidak ada sangkut pautnya.
Mingyu melangkah maju dengan cepat, menghempaskan tubuh Yoongi hingga punggungnya menghantam dinding cukup keras. Pria itu meringis, tulang-tulang rentanya terasa remuk meskipun kenyataannya tidak.
"Direktur Kim, kau masih hidup?" tanya Yoongi, bertanya pada Namjoon yang jelas tidak sadarkan diri, dia tatap paras lebam-lebam milik rekannya itu, "bangun Namjoon-ah! Aku tidak pernah membencimu!" teriaknya sembari bangkit, "bangunlah tolol, atau kau akan ku pecat."
Usai menjadi orang gila, Yoongi akhirnya kembali menatap Mingyu dengan tajam. Bahkan ia kembali menyesuaikan tubuhnya hingga tulang-belulangnya berbunyi cukup keras. Mingyu badannya kekar memang, tapi Yoongi juga tidak mau kalah dengan prestasi kelahi diam-diam yang dia punya, apalagi soal membela cinta; Yoongi bisa dijuluki bucin tolol tingkat dewa.
Yoongi melemparkan tendangannya, sepatunya yang mewah menghantam dada Mingyu dan tersangkut di sana. Jimin hanya meringis, menonton perkelahian anak-anak yang hampir membuat tulang kering kaki Yoongi mungkin saja patah. Namun, Yoongi tetaplah Yoongi, ngilu sedikit bukanlah masalah besar di mana kau harus menelpon dokter kemudian merengek-rengek.
"Sakit sekali Jimin, kita harus bercinta sebagai bayarannya."
Jimin bergidik, menghempaskan kakinya ke arah tungkai Yoongi yang terpincang-pincang, tapi yang lebih tua lekas menghindar begitu empunya merajuk usai menelan modus mentahnya. Memang sial jadi Yoongi, calon pengantinnya tidak ada empati sama sekali.
"Ayah!" seru Soobin.
Mingyu berbalik, menyeringai pada Soobin yang parasnya sudah bengkak-bengkak.
"Oh, ahli waris sudah di sini," katanya, bersandar pada bahu Soobin tanpa permisi, "mau kita apakan ya kira-kira?""Lepaskan tanganmu darinya." Yeonjun bergumam, muncul dari belakang dengan moncong senjata berada di dahi Mingyu. Tersenyum konyol pada Yoongi, meminta izin menarik pelatuknya secepat mungkin.
"Kau tidak boleh memegang senjata, Yeonjun-ah!" ujar Yoongi, mengarahkan telunjuknya dan memberikan isyarat pada Yeonjun supaya aksinya tidak diteruskan.
"Tidak apa-apa, lagipula ini punya polisi yang pingsan di depan sana," kata Yeonjun membela diri.
"Kalau kau menembakku, maka si ahli waris manja ini juga akan mati!" ungkap Mingyu, mengingatkan sembari menekan-nekan dahi Soobin hingga memerah.
"Seperti kau mampu saja."
Semua orang menoleh ke salah satu kursi; di belakang Yoongi, tampak Namjoon berontak. Melepaskan ikatan tangannya tanpa alat apapun selain pergelangan yang memerah pekat akibat tarikan luar biasa.Namjoon dengan perawakan kekarnya, bangun dari kursi tempatnya diikat seraya memperlihatkan parasnya yang songong. Menatap Mingyu dengan penuh kebencian dan kehilangan kepercayaan,
Namjoon sudah dikhianati, dia baru menyadari kalau barang-barang terlarang yang dia ambil dari Yoongi; melewati batas yang sudah ditentukan dan membuat Yoongi berada dalam kerugian besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Mommy For My Son || Yoonmin[END✓]
FanfictionMin Yoongi adalah seorang pengusaha, dan Park Jimin adalah seorang polisi. Keduanya sama-sama punya cerita; Min Yoongi yang seorang duda, lalu Park Jimin yang hampir kehilangan pekerjaannya. Bagaimana keduanya bisa bertemu? Kebetulan? Oh, bukan. Sli...