04 - Si Galak Caro

962 93 10
                                    

Caroline dan Lucy sekarang tengah duduk santai di kursi belakang sekolah dekat gudang. Suasana yang sepi, karena memang di situ tempatnya sedikit menyeramkan dengan rumput liar yang tingginya selutut. Jadi, hanya ada mereka berdua.

Banyak juga yang mengaitkan taman belakang dengan hal-hal di luar logika. Maklum, muridnya laki-laki semua, jadi seenaknya saja menyebar kebohongan dan dijadikan bahan obrolan di kelas. Kekurangan populasi cewek, sih, buat di obrolin.

Lagian, siapa suruh mereka terlalu ganteng?

Caroline sengaja memilih tempat ini biar tidak diganggu sama tujuh laki-laki gila yang satu kelas dengannya. Sejak awal kepindahannya di SMA Cogan, mereka absurd banget, serius!

"Gak makan lo, Ro?" tanya Lucy seraya meminum susu kotak yang tadi sempat dibelinya di kantin. Gadis itu kemudian melirik kentang goreng yang ada di pangkuan Caroline. "Keburu dingin, lho, entar."

"Udah beberapa suap tadi," balas Caroline seraya mengaduk-aduk kentang gorengnya secara acak menggunakan garpu plastik.

"Lo murung terus, kenapa?" tanya Lucy bingung. Caroline menoleh, terdiam sejenak lalu menghela napas panjang. "Gue, tuh, gak srek sekolah di sini. Aneh banget, gak masuk akal. Masa iya satu sekolah isinya cowok semua."

Lucy tersenyum tipis. "Gak semua, kok, gue"—menunjuk dirinya sendiri lalu menujuk Caroline—"sama lo, itu cewek."

"Gitu, deh, ah. Males gue mikirin ni sekolah." Lucy menggelengkan kepalanya pelan. "Siapa yang nyuruh lo buat mikirin ni sekolah? Gak ada, kan? Bawa santai aja, okay? Nanti lama-lama bakal terbiasa, kok, cuma butuh waktu aja buat beradaptasi."

Caroline mengangguk, membenarkan ucapan Lucy. Ini hanya soal waktu. Dibanding dengan sekolah lamanya, SMA Cogan jauh lebih baik. Setidaknya, ketenangan yang 'sebenarnya' dia dapat.

Gadis bermanik hitam kecoklatan itu bangkit dari duduknya. Waktu istirahat sebentar lagi akan habis, tersisa lima menit, cukup untuk berjalan dari taman belakang ke kelas.

"Balik kelas, nih?"

Caroline mengangguk membuat Lucy ikut berdiri.

Keduanya pun melangkah meninggalkan taman belakang. Dengan catatan, semua mata para laki-laki memandang mereka di sepanjang koridor menuju kelas.

Bisik-bisik kagum, tentang betapa sempurnanya visual Caroline terdengar sana-sini. Kendati demikian, aura badas-nya tidak tertutupi sedikitpun, membuat orang-orang di sekitarnya merasa segan.

And this is the Caroline's vibes. Her charm.

*****

"Caro sayang," panggil Erik iseng.

Iya, panggilannya ganti lagi. Plin plan emang si Erik ini.

"Kamu kenapa diem aja?" tanya Yuri sembari memiringkan kepalanya, wajah laki-laki itu tepat di depan wajah Caroline.

Di sebelahnya ada Erik yang mendengkus kesal, ia menarik kerah baju Yuri membuat laki-laki polos seumuran anak TK itu terduduk. "Apa, sih?" tanya Yuri sedikit kesal. "Jangan deketin sayangnya gue!"

Erik kemudian mengalihkan pandangannya pada Caroline, gadis itu nampak fokus pada benda pipih di tangannya. "Hpnya lebih ganteng dari gue, nih?" tanya laki-laki itu, sialnya, Caroline malah makin asik dengan dunianya.

Yuri tertawa melihat Erik diabaikan. "Kalo ada Devian, Aaron, Freedy, Felix sama Ibum di sini, mereka pasti ketawa ngakak. Kamu udah kayak sadboy."

"Dammit," ucap Erik kesal. Gimana gak kesal coba, laki-laki sepolos Yuri saja mengatainya sadboy, gimana empat temannya yang sekarang masih di kantin?

SMA CoganKde žijí příběhy. Začni objevovat