Chapter 4: How to Pray

222 47 17
                                    

Tokoh dalam cerita ini adalah milik Tuhan, dirinya sendiri, keluarga masing-masing, dan SM Entertaiment. Saya hanya meminjam nama mereka untuk kepentingan cerita ini. Jika merasa cerita anda mirip saya tidak berniat mengcopy cerita anda karena ini murni dari imajinasi saya.

Warning : Typo bertebaran !

Check this out !

.

.

.

"Hyung,  cukup dekat dengan Johnny Seo."

Perkataan Doyoung menimbulkan kernyitan di dahi Taeil seketika. Ia kembali mengingat-ingat bagaimana ia bertemu dan tanpa sengaja berinteraksi dengan pemuda tinggi itu. Bukan sesuatu yang aneh, hanya saja hal itu adalah sesuatu yang tidak biasa untuk Taeil. Dekat dengan orang lain selain Doyoung dan Jaehyun bukan kebiasaan Taeil sama sekali.

"Benarkah?" tanya Taeil tidak yakin.

"Apa Hyung tidak merasakannya?" tanya Doyoung kembali.

Taeil memang seperti itu, dia lebih sering tidak menyadafi sesuatu jika seseorang tidak mengatakannya. Ia kembali mengingat seberapa sering ia berjumpa dengan Johnny Seo. Dan ia lumayan sering menemuinya, apalagi jika pemuda itu datang ke cafe pasti Taeil akan menyempatlan diri untuk berbicara kepada pemuda tinggi itu. "Sepertinya memang begitu," sahut Taeil tidak terdengar yakin.

Doyoung hanya tersenyum kecil, "Johnny sepertinya orang yang baik."

Taeil kembali mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa berkomentar seperti itu?"

"Karena utusan Dewa Langit tidak akan mudah tertarik kepada orang lain jika orang itu tidak baik. Jadi aku bisa berkesimpulan bahwa dia memang orang yang baik. Sepertinya ada banyak yang bisa kau diskusikan dengan Johnny Seo," kata Doyoung sembari tangannya masih terus mencuci piring.

Taeil menghela nafas, "Apa akan baik-baik saja?"

"Apa kau ragu karena tidak semua orang bisa menerimamu apa adanya? Tapi aku ingin menyarankan satu hal kepadamu Hyung. Sudah saatnya kau menerima orang lain di hidupmu. Jika sesuatu terjadi padamu maka aku dan Jaehyun akan melindungimu seperti biasa. Hanya saja, aku merasa dia akan menjadi orang yang baik."

Taeil memikirkan perkataan Doyoung bahkan ketika ia masih ada di depan cafe setelah mengunci pintu cafe tersebut. Jalanan mulai sepi, Doyoung berpamitan lebih dulu karena mendengar suara serak Jaehyun yang sepertinya terkena demam. Malam itu tidak hujan namun bintang-bintamg terlihat dengan jelas, sepertinya Dewa Langit sedang memiliki suasana yang baik sehingga mau mrmperlihatkan pemandangan seindah ini tanpa meminta.

Ia mulai berjalan menuju halte sebelum tertinggal bus terakhir. Tidak lupa ia membantu seorang kakek yang kesulitan untuk naik dan menanyakan tujuannya. Taeil berdiri karena semua tempat duduk sudah terisi, ia bisa melihat pemandangan jalanan Seoul yang ramai. Waktu untuk sampai ke rumahnya juga tidak lama. Ia berjalan beberapa blok dan rumah mungil terlihat di ujung.

Taeil senang ia hanya perlu mandi dan langsung beristirahat tanpa memusingkan makan malam yang sudah ia lakukan di cafe, serta ia juga sudah membersihkan rumahnya di pagi hari. Setelah badannya terasa segar, ia mendapati dirinya tidak mudah tertidur seperti biasa. Ototnya sudah meronta namun matanya masih terasa sangat segar. Taeil melirik ke arah komputer miliknya, rasa ingin menulis sesuatu yang mengganjal di pikirannya mulai menggebu.

"Aku tidak tahu kenapa bisa dekat dengan Johnny, aku bahkan tidak merasa bisa sedekat itu dengan orang lain."

Taeil menghela nafas.

"Aku jadi penasaran, sejauh mana aku bisa dekat dengannya? Dan bagaimana reaksinya jika ia mengetahui rahasiaku?"

.

.

.

"Kau ada waktu luang?" akhirnya Taeil memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Johnny. Ia pun tidak banyak berharap jika Johnny menolak ajakannya.

"Kenapa?" tanya Johnny terlihat penasaran.

Taeil menggeleng, "Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Namun itupun jika kau bersedia."

Johnny hanya mengangguk sembari meminum americano miliknya yang baru saja diantarkan Taeil. Sedangkan Taeil menunggu jawaban dari pemuda itu. "Apa kau luang saat akhir pekan?" tanya Johnny kemudian.

"Kalau kau bersedia aku akan meluangkan waktuku," kata Taeil.

Kemudian mereka sepakat dan benar-benar bertemu di akhir pekan. Taeil sempat terpesona dengan tampilan berkelas Johnny meski dengan setelan yang cukup kasual. Bahkan beberapa wanita membicarakan Johnny secara diam-diam. Taeil benar-benar mengakui bahwa Johnny memang mudah menarik perhatian.

"Ah, kau sudah tiba!"

Senyum Johnny membuat Taeil terpaku sesaat. Namun ia melanjutkan langkahnya mendekati Johnny. Ia menyadari bahwa penampilannya sangat berbeda dengan Johnny yang terlihat menggunakan t-shirt dan jeans mahal. Sedangkan Taeil hanya menggunakan celana bahan dan hoodie.

"Mau ke mana?" tanya Johnny.

"Namsan Tower," kata Taeil menggaruk belakang lehernya gugup. "Bukannya aku ingin mengajak berkencan, hanya ingin menunjukkan sesuatu padamu."

Johnny mengangguk kemudian mereka pergi menuju ke tujuan yang sejak awal ditetapkan oleh Taeil. Ketika perjalanan hujan turun, perlahan intensitasnya berubah semakin deras. "Kau sudah menyiapkan payung?" tanya Johnny.

Taeil tersenyum, "Aku selalu mempersiapkannya."

Johnny mengangguk lalu mengambil payung di tangan Taeil dan membukanya. Berusaha untuk melindungi keduanya dari rintikan hujan yang berintensitas sedang. "Sebenarnya apa yang ingin kau tunjukkan kepadaku?" tanya Johnny di sela langkah mereka.

"Kau mungkin akan terkejut," kata Taeil.

Johnny menggaruk tengkuknya, terlihat gugup. Taeil tersenyum melihat reaksi itu, ia penasaran apa yang dipikirkan Johnny tentang kalimatnya. Namun ia harus menunggu reaksi Johnny nanti karena ia akan membicarakan hal yang penting.

Mereka berdua berjalan ke sisi luar Namsan Tower yang sepi karena hujan. Johnny tidak bertanya mungkin memilih untuk menunggu Taeil berbicara. Taeil belum membicarakan apapun karena ia masih menikmati sesuatu yang paling ia sukai. Ketika ia merasa paling dekat dengan langit.

"Aku suka sekali di sini, apalagi saat hujan," kata Taeil.

"Jadi kenapa kau menyukai hal itu?" tanya Johnny penasaran.

"Kata Doyoung aku harus membuka diriku untuk orang lain juga. Dan berpikir kau adalah orang yang baik. Jadi aku akan memastikan itu, apa kau akan menjaga rahasia besarku atau tidak."

Johnny terperangah melihat senyum Taeil, kemudian matanya melebar melihat Taeil berjalan menjauhi payung. Taeil tersenyum kemudian menadah beberapa hujan dan berbisik, "Dewa Langit, aku ingin hari yang cerah."

Seketika hujan perlahan mereda,  awan gelap menghilang,  kemudian sinar matahari bersinar dengan cerah. Johnny tentu saja terkejut dengan hal tersebut. Ini adalah rahasia besar Taeil bahwa ia bisa mengendalikan cuaca jika ia ingin.

Taeil ingin tahu, bagaimana reaksi Johnny tentang rahasianya ini. "Bagaimana menurutmu, Johnny Seo?"

.

.

.

Tbc

Lanjut atau tidak?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 15, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Weather ManWhere stories live. Discover now