3. Arti Firasat

88.5K 8.8K 121
                                    


Happy Reading
Tandai Typo

Tesa sama sekali belum mengetahui kabar jika Zeo kecelakaan. Saat ini pun ia sedang melamun dikamar nya. Namun seketika lamunannya itu buyar karena suara pintu terbuka. Ternyata itu Bundanya.

Diana meletakkan segelas susu di nakas samping tempat tidur Tesa, lalu dia mendekati putrinya. "Sa..."

"Bunda." Panggil Tesa, Diana pun tersenyum lembut.

"Bunda buatin susu, diminum ya. Ingat, sekarang ada dia yang perlu kamu jaga."

Mendengar ucapan sang Bunda tiba-tiba tangan Tesa menyentuh perutnya. Air matanya pun lolos begitu saja.

Diana tahu jika putrinya menangis, dia pun mengusap-usap rambut Tesa. Setalah dirasa putrinya sedikit tenang, dia memutuskan keluar dari kamar.

Beberapa saat terdiam, ia meminum susu yang telah dibutakan oleh Bundanya. Namun tak sampai habis karena suara dering telefon dari ponselnya.

Vranzeo is calling...

Tesa langsung menggeser tombol hijau.

"Halo ze,"

Namun tak ada jawaban dari sebrang sana.

"Halo..." Ucapnya lagi.

"Tesa?"

°°°°°°

Belum juga Zeo sadarkan diri setelah kejang tadi, sekarang Lisa mendengar penjelasan dari Kean bahwa Zeo telah menghamili seseorang. Cobaan apa lagi ini Tuhan.

"Siapa perempuan itu Ke?" Tanya Lisa.

"Tesa,"

Lisa beralih menatap suaminya. "Gimana ini Pa?"

Bram juga memijit pelipisnya sambil memikirkan solusi akan masalah ini.

"Nanti dia kesini, tadi udah aku telfon." Ujar Kean.

Ya, tadi yang menelfon Tesa itu Kean.

Benar saja tak lama kemudian ada seorang perempuan datang. Dia Tesa.
Lisa langsung menghampiri dan tersenyum lembut. "Kamu Tesa?"

Namun yang ditanya malah seperti orang linglung. Lisa pun menarik Tesa ke dalam pelukannya. "Aku Mamanya Zeo."

Tesa masih belum paham tapi tangannya tanpa sadar membalas pelukan wanita paruh baya itu. Ia bisa merasakan jika bahu Lisa bergetar. Dan benar saja wanita itu menangis.


"Tante kenapa nangis?" Tanyanya.

Wanita itu melepaskan pelukannya dan menatap perempuan dihadapannya ini. "Maafin anak Tante ya,"

Seketika pun ia mengerti akan maksud omongan Lisa. Dan ia membalasnya dengan halus. "Engga apa-apa tan, mungkin takdir aku emang gini." Beliau menatap Tesa lekat.

"Kamu gadis baik." Tesa membalas dengan senyuman manisnya.

"Mau jenguk Zeo kan?" Tesa mengangguk. Lisa pun mengantarnya ke ruang steril sebelum menjenguk.

✿✿✿

Tesa termangu di samping Zeo. Apa arti perasaan gelisah waktu itu, ini. Rasanya ngilu melihat banyak alat yang terpasang di tubuh cowok itu.

"Ze kamu harus sembuh, kan udah janji sama aku. Ada dia yang butuh kamu."

"Aku mohon... hiks...."

Dan tiba-tiba tubuh Zeo kembali mengalami kejang. Tesa panik bukan main. "Ze kamu kenapa?!" Ia semakin panik saat alat pendeteksi jantung itu berbunyi panjang. Ia langsung memencet tombol agar dokter segera masuk.

Tak lama dokter dan suster datang. "Dok tolong dia, selamatkan dia," pinta Tesa dengan suara gemetar.

"Akan kami tangani semaksimal mungkin." ujar dokter itu. Suster pun menyuruhnya untuk keluar.

Melihat Tesa keluar, Bram dan Lisa mendekatinya. "Zeo kenapa? Dia baik-baik aja kan?" Tanya Lisa dengan nada khawatir.

Tesa hanya menunduk tak bisa menjawab apapun. Ia takut jika Zeo pergi dan nanti gimana nasibnya.

"Udah biar Tesa duduk dulu." Ujar Bram. Mereka pun duduk di kursi dekat pintu.

Beberapa menit kemudian dokter keluar.

"Gimana keadaan anak saya dok?" Tanya Bram.

Dokter Bima terdiam sejenak sambil mengatur nafasnya. "Kami mohon maaf, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain."

"Nggak! Nggak mungkin. Anak saya pasti masih hidup!" Teriak Lisa.

"Saya mau ketemu dia." Pinta Lisa dengan air mata bercucuran. Bram pun langsung mendekap istrinya.

"Udah Ma." Tak dipungkiri dia juga meneteskan air matanya.

Gadis yang masih terduduk disana juga syok. Seketika harapan satu-satunya lenyap begitu saja. Cairan bening mengalir deras di pipinya.

Kenapa Tuhan begitu jahat padanya. Baru saja ia mempunyai setitik harapan, ternyata itu hanya angan-angan. Orang yang ia harapkan malah pergi meninggalkan dirinya selama-lamanya.

Jika Zeo pergi... nanti ia bagaimana. Apa sanggup membesarkan dia seorang diri. Memikirkan itu malah membuat hatinya semakin sesak.

Tanpa pamit, Tesa langsung pergi meninggalkan tempat itu. Ia berlari tak tentu arah.

Ketika posisinya sudah berada diluar gedung rumah sakit, Tesa menangis sejadi-jadinya. Ia melanjutkan langkahnya entah menuju kemana. Langit mendung pun seakan tau perasaan perempuan ini.

Kejadian itu tak luput dari pandangan seseorang.

31/Jan/21

•••

TBC

Annyeong ️💐

My Cool Husband [REVISI]Where stories live. Discover now