17. That Feeling's

66.6K 7.2K 201
                                    


Happy Reading
Tandai Typo

"Gue."

Dua remaja itu langsung menoleh ke arah pintu. Di sana ada Kean yang berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam kantong celana abu-abunya.

Deswita beralih melirik kearah Tesa untuk meminta penjelasan. Sedangkan Tesa sendiri masih terkejut akan kedatangan Kean yang tiba-tiba.

"Ada yang sakit?" Tanya Kean.

"Engga." Jawab Tesa tak berani menatap wajah cowok itu.

Deswita mengerti jika Tesa dan Kean membutuhkan ruang untuk berdua, jadi dia memutuskan untuk keluar.

"Sa, gue keluar dulu." Ia mengangguk. Setelah kepergian gadis itu, Kean pun menghampiri istrinya.

"Kamu kok ada disini?" Tanya Tesa dengan wajah menunduk.

"Kalo ngomong liat orangnya." Ujar Kean. Kini perempuan itu mendongakkan wajahnya.

"Ke rumah sakit."

"Hah?" Tesa kurang paham apakah itu pertanyaan atau pernyataan.

"Tadi lo kena bola kan, kita ke rumah sakit." Jelasnya.

"Nggak usah, aku nggak apa-apa kok." Jawab Tesa lalu menyentuh perutnya.

"Tapi--" Dia menjeda ucapannya. Raut wajahnya berubah gelisah. Kean sendiri masih menunggu lanjut ucapan Tesa.

"Tapi Bu Risa tau kalo aku h-hamil." Ucap Tesa pelan diakhiri kata. Tangannya meremas rok abu-abunya.

Cowok itu menghela nafasnya sebentar. "Gak usah dipikir, nanti gue yang urus."

"Terus soal Deswita gimana? Kenapa kamu malah bicara soal itu?" Tanya Tesa lesu.

"Emang kenapa? Lo malu punya suami kayak gue? Lagian Aril sama Faishal juga udah tau."

Perempuan itu menggeleng pelan. "Bukan gitu, apa kamu nggak malu?"

"Kenapa harus malu, ini udah kehendak Tuhan." Jawab Kean.

Tesa terdiam, ia bingung. Gimana cara menjelaskannya ke Deswita, ia takut jika nanti sahabatnya itu marah.

Seakan tau apa yang tengah dipikirkan oleh Tesa, Kean pun berujar. "Soal itu nanti lo ajak dia ngobrol, jelasin semuanya."

Perempuan itu mengangguk lagi. Jika tidak segera dijelaskan nanti pasti akan timbul kesalahpahaman dan ia tak mau itu terjadi. Tesa menatap Kean saat cowok itu pamit.

"Gue balik ke kelas, kalo ada apa-apa telfon gue. Atau mau pulang sekarang?"

"Eh jangan kamu ke kelas aja." Tolak Tesa. Lagian juga ia tak apa-apa.

Lalu Kean bangkit dari duduknya. Namun sebelum melangkah pergi, dia sempatkan untuk mengelus pelan rambut hitam panjang Tesa dan ditambah senyuman. Dimana senyuman itu membuat jantung Tesa berdegup kencang. Setelah itu Kean melangkah pergi.

Ternyata Deswita duduk di kursi yang tak jauh dari UKS. "Gue titip Tesa."

Deswita langsung berdiri. "Iya Kak." Jawabnya. Kean pun melanjutkan langkahnya ke kelas. Barulah Deswita kembali menemui sahabatnya.

"Bisa lo jelasin?" Tanya gadis berkuncir kuda itu.

Tesa pun mengangguk dan dia mulai menjelaskan semuanya dari awal.

✿✿✿

Saat ini siswa siswi SMA Jaya sudah berhamburan keluar, karena bel telah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan seperti biasa Tesa menunggu Kean di tempat biasanya. Namun tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya.

"Gue nggak perlu sebut nama lo pasti udah tau."

"Nggak perlu basa-basi, gue sama Kean itu udah deket dari kecil. Dan kita sebenarnya lebih dari sahabat. So, jangan berharap sama Kean, sikap dia ke lo itu cuma rasa kasian." Ujar Amanda.

Tesa tidak merespon apa-apa. Otaknya sedang memproses kata-kata yang Amanda ucapkan. "Cuma kasihan ya?? Sadar diri Tesa." Ucapnya dalam hati.

Sementara itu tanpa disadari oleh Tesa, Amanda tersenyum licik. Inilah tujuannya, membuat Tesa bimbang.


Sang empu mencoba berpikir positif. Jika takdir ini sudah rencana Tuhan, maka Tuhan juga yang akan menentukan kedepannya. Lalu lamunannya buyar ketika mobil hitam berhenti di depannya.

Itu mobilnya Kean, Tesa pun langsung menuju ke mobil, namun ternyata di kursi depan sudah ada yang menempati yaitu Amanda. Dan akhirnya ia duduk dibelakang.

°°°°°°

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam tapi Kean belum juga tidur. Dia menoleh ke samping, dilihatnya Tesa sudah tertidur pulas dengan posisi memunggunginya. Kean tidak suka diabaikan, tanpa pikir panjang ia merapatkan tubuhnya ke Tesa. Lalu tangannya memeluk pinggang ramping perempuan itu. Dan tangannya yang satu dijadikan bantalan.

Perempuan itu sempat terusik karena dekapan Kean yang terlalu erat. Kean pun melonggarkan pelukannya namun hanya sedikit. Sebelum pergi ke alam mimpinya, Kean mengecup pelipis Tesa sekilas lalu tersenyum. Rasa itu kini sudah mulai tumbuh dihatinya, memang Kean belum pernah mengungkapkannya. Namun akan ia pastikan suatu saat Tesa akan mengetahui tentang hal itu. Perlahan rasa kantuk pun mulai menyerangnya dan Kean pun terlelap.

•••

TBC

Haloo:"

My Cool Husband [REVISI]Where stories live. Discover now