44: Jadi Calon Abi

3.9K 238 16
                                    

Terhitung satu minggu sudah setelah acara resepsi digelar dipesantren hari itu. Tiara juga mulai membiasakan diri dengan panggilan Ning yang melekat dengannya saat ini.

Siang ini ustadz Fauzan kedatangan tamu, salah satu donatur tetap pesantren, seharusnya pak Kiyai yang menangani semua ini tapi harus diwakilkan oleh ustadz Fauzan.

"Siapa ustadz?" tanya Tiara.

"Donatur tetap pesantren ini," balas ustadz Fauzan sambil terus mengelus pipi Tiara.

Tiara manggut manggut mengerti.

"Masih pusing?" tanya ustadz Fauzan yang merasa khawatir dengan keadaan Tiara.

Sejak semalam Tiara mengeluh kalau kepalanya pusing. Tiara pikir pusingnya akan hilang kalau dibawa tidur ternyata sama saja.

Tiara mengangguk lemah kepalanya masing sangat terasa pusing.

"Tidak usah sekolah, istirahat saja ya, biar nanti saya yang izinkan," ucap ustadz Fauzan merasa kasihan dengan kondisi Tiara.

"Nggak mau, Tiara mau masuk aja hari ini, janji bakal baik-baik aja," ucap Tiara berharap suaminya itu mengizinkannya.

Ustadz Fauzan terpaksa harus mengizinkan Tiara, mungkin kalau nanti Tiara bertemu temannya kondisinya akan jauh lebih baik.

Ustadz Fauzan membawa Tiara dalam pelukannya, bahkan mencium kening Tiara sebelum Tiara benar-benar pergi.

"Assalamualaikum, ustadz," ucap Tiara sambil mencium tangan ustadz Fauzan.

"Waalaikumsalam sayang," balas ustadz Fauzan.

***
Ustadz Fauzan menyambut dengan baik kedatangan donatur pesantren kali ini, bahkan ustadz Fauzan juga sudah menyiapkan beberapa proposal yang akan ditunjukan kepada donatur supaya titindak lanjuti kembali.

Pak Aryo menatap Fauzan lekat, sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya saat ini.

"Saya memiliki penawaran menarik untuk anda dan juga pesantren ini," ucapnya.

"Maksudnya?" tanya ustadz Fauzan tidak mengerti.

Tidak ingin basa-basi lagi Aryo langsung memberitahukan maksud ucapannya itu.

Aryo tersenyum dengan senyuman yang memiliki arti dibaliknya. "Ceraikan istri anda dan menikah lah dengan putri saya," ucapnya tothe poin.

Deg!!

Ustadz Fauzan masih berusaha bersikap tenang, meskipun dalam hatinya ingin sekali berkata kasar saat itu juga.

Aryo mengeluarkan koper yang berisi uang, semua dilakukan dengan tujuan tertentu.

"Jumblah yang cukup banyak, dan ustadz bisa dapatkan ini semua, asal ustadz mau menuruti apa yang saya katakan tadi," ucap Aryo mencoba mempengaruhi ustadz Fauzan.

"Tidak! Saya tidak butuh semua ini, dan saya tidak akan pernah mau mengikuti apa yang bapak katakan tadi," ustadz Fauzan dengan tegas menolaknya.

"Lagi pula siapa putri bapak?"

"Maira," jawab Aryo yang semakin membuat ustadz Fauzan terkejut.

Setahu ustadz Fauzan Maira itu juga salah satu teman dekat Tiara, bahkan Tiara selalu menceritakan kebaikan Maira padanya.

Aryo tertawa meremehkan ustadz Fauzan saat ini. "Ustadz saya rasa putri saya jauh lebih cantik dan juga menarik di banding Tiara."

"Cukup, saya rasa sudah cukup. Anda ingat baik baik sampai kapan pun saya tidak akan pernah menceraikan Tiara, karena bagi saya Tiara adalah wanita terbaik dalam hidup saya, satu untuk selamanya," ujar ustadz Fauzan dengan tegas.

Cinta Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang