7 : Di hukum

4.8K 227 3
                                    

Malam hari ini seperti biasa fauzan dan keluarga menyempatkan untuk berkumpul sebentar, birbincang diselingi tawa diantara mereka.

"Abi," teriak Aisyah yang membuat semua orang terkejut

"Ada apa Ai, kenapa kamu teriak-teriak gitu bukannya mengucap kan salam dulu. Tapi kamu malah teriak-teriak," tegur Nur.

"Maaf abi soalnya Ai lagi panik, teman satu asrama Ai sakit badannya panas banget. Bi," ucap Aisyah panik.

"Ya Allah  iya udah kalau gitu umi ikut kamu, kita lihat keadaannya."

Mereka langsung pergi keasrama menemui Tiara yang sedang sakit benar saja badan Tiara sangat panas wajahnya pucat pasih bahakan tubuhnya juga menggigil.

"Dingin," Racau Tiara. Padahal sekarang tiga selimut sudah menutupi badan Tiara tapi tetap saja masih membuat Tiara merasa kedinginan.

"Tiara kamu minum obat dulu ya," Halimah membangunkan Tiara menyuruhnya untuk meminum obat.

"Umi, Tiara nggak mau minum obat rasanya pahit. Tiara nggak suka," ujar Tiara menolak

Berkali-kali Halimah mencoba membujuk Tiara meyakinkannya supaya mau meminum obat, agar kondisinya cepat membaik.

Akhirnya dengan terpaksa Tiara mau menurut juga, meminum obat setelahnya Tiara memilih untuk istirahatnya.

***

Paginya seperti biasa Tiara melakukan rutinitasnya belajar dipesantren tapi kali ini, sebenarnya hari yang paling Tiara tidak suka karena hari ini adalah hari jam belajarnya buk Fatmah. Bu Fatmah sendiri adalah guru bahasa arab bahkan dikenal dikalangan santri sebagai guru kiler, yang tidak segan-segan menghukum siapa pun yang tidak mengikuti peraturannya.

Tiara berjalan dengan cepat sambil membawa buku paketnya ditangannya

"Telah deh gue, tuh 'kan bener gue telat mending nggak usah masuk aja deh," belum sempat meloloskan diri bu Fatma sudah lebih dulu melihat keberadaan Tiara.

"Mau kemana kamu? Kamu tau 'kan ibu paling tidak suka kalau ada salah satu murid yang sering terlambat di jam  pelajaran ibu," ucap bu Fatma menasehati Tiara.

"Iya bu maaf, saya terlambat karena kesiangan," ucap Tiara jujur

"Kesiangan?! Berarti kamu tidak ikut sholat subuh berjamaah dong, kamu itu benar-benar pemalas Tiara. Sekarang juga kamu ikut ibu kamu harus jalani hukuman kamu!"

Bu Fatma membawa Tiara kearah lapangan sudah dapat di pastikan kalau Tiara benar-benar akan mendapat hukuman kali ini.

"Nih guru satu kiler banget sih, harusnya kan ditanya dulu, kalau kata Aisyah harus tabayyun dulu. Dasar guru kiler," batin Tiara.

"Kamu berdiri disini, dilapangan sampai jam ibu selesai dan kamu juga harus berdiri disini sampai saya memanggil kamu itu hukuman karena kamu tidak solat subuh."

Tiara hanya bisa melongo mendengar hukumannya, untuk pertama kalinya Tiara mendapatkan hukuman seperti ini. Tapi tidak hukuman terberat dalam hidupnya adalah dikirim kepesantren ini oleh papa nya sendiri.

"Tapi bu masa saya harus terus berdiri selama 3jam, yang ada nanti saya jadi ikan asin bu," protes Tiara

"Sudah jangan banyak bantah, sekarang kamu jalani saja hukuman ini."

Dengan terpaksa Tiara menjalani hukumannya waktu 3jam bukan waktu yang sebantar apa lagi haruas berdiri dilapangan dengan cuaca terik.

Belum satu jam Tiara menjalankan hukuman nya. Wajah Tiara mulai terlihat pucat bahkan penglihatannya juga mulai terlihat buram, keringat dingin terus menerus membasahi wajahnya.

"Dasar guru kiler kerjaanya marah-marah terus," gerutu Tiara

Saat itu juga terdengar suara deheman dari arah belakang Tiara. Tiara langsung melihat kearah sumber suara tadi mendapati ustadz Zaki berada di belakangnya.

"Assalamualaikum Tiara," ucap Zaki

"Waalaikumsalam uatadz," balas Tiara. Kini penglihatan Tiara benar-benar sudah terlihat sangat buram bahkan untuk menopang tubuhnya saja Tiara sudah tidak kuat lagi.

BRUK!

"Astagfirullah, Tiara."

Tiara jatuh pingsan tepat dihadapan ustadz Zaki hal itu membuat Zaki terlihat sangat panik

Di bantu santriwati lainnya Tiara dibawa ke ruang UKS untuk segera mendapatkan penanganan.

***
Aisyah menjelaslan semuanya pada ustadz Zaki tentang keadaan Tiara. Bahkan Aisyah juga menjelaskan secara mendetail dan tidak ada yang ditutupi sedikit pun.

Zaki mangut-mangut mengerti saat ini. Sampai akhirnya Tiara tersadar dari pingsannya melihat semua orang sudah berada di dekatnya.

"Aisyah, Syafa ustadz Zaki. Terimakasih banyak sudah menolong Tiara," lirih Tiara memanggil Aisyah

"Ai, Kepala Tiara sakit boleh minta tolong pijitin kepala Tiara sebentar aja. Janji ini yang pertama dan terakhir kali."

"Iya sudah aku pijitin kepala kamu ya Ra," balas Aisyah 

"Ehem." Zaki berdehem membuat Tiara  sedikit kaget.

"Ustadz kenapa? Tenggorokan ustadz gatel ya, atau ustadz keselek mending ustadz minum dulu," ucap Tiara

"Ra," ucap Aisyah sedikit menyenggol tangan Tiara

"Kenapa sih Ai, kan kalau batuk atau keselek itu harus minum biar tenggorokannya nggak kering,"  balas Tiara tidak mengerti maksud yang sebanarnya.

"Kalau gitu saya permisi dulu, kamu istirahat saja. Assalamualaikum," ujar Zaki kemudian pergi.

Sementara itu di lain tempat obrolan serius antara Fauzan dan juga kiyai Nur terlihat serius.

"Fauzan abi berniat ingin menjodohkan kamu dengan anak teman dekat abi, kamu tau 'kan pak Ibrahim nah anaknya itu bernama Anisah," ujar Nur

"Anisah? Bukannya dia juga pengajar di pesantren ini Bi?"tanya Fauzan memastikan.

"Kamu benar sekali Fauzan. Bagaimana apa kamu mau menerima perjodohan ini?"

"Kalau memang yang terbaik untuk abi, Fauzan hanya bisa mengikutinya saja. InsyaAllah Fauzan akan menerima perjodohan ini bi," balas Fauzan

Sudah diputuskan kalau perjodohan antara Fauzan dengan ustazah Anisa akan segera terjadi.

"Baik kalau gitu dalam waktu dekat ini kita akan adakan pertemuan keluarga. Untuk membahas tentang pernikahan kalian," ujar Nur dengan raut wajah bahagia.

Tiara kembali ke Asrama setelah merasa lebih membaik. Tiara masih saja memikirkan ucapannya waktu itu dimana dia berani mengutarakan perasaannya dengan laki-laki yang banyak di kagumi oleh santriwati dipesantren ini.

Langkah Tiara terhenti saat kedua matanya melihat dua orang yang saling berbincang di depannya. Tidak lain orang yang Tiara lihat itu adalah ustadz Fauzan dan juga ustadz Zaki.

Ada dua pilihan untuk Tiara saat ini, antara Tiara memutar balik atau Tiara tetap jalan melewati kedua ustadz di depannya.

Tiara memainkan jarinya menentukan pilihan dengan jari-jarinya.

"Lewatin, nggak, lewatin, nggak. Lewatin."

"Ah bodoamat lah. Bismillah," ucap Tiara memutuskan untuk melewati dua ustadz didepannya.

Syafa langsung menarik Tiara sebelum Tiara sempat berpapasan dengan dua ustadz di depannya.

"Ra kamu harus antar aku, ini penting," ucap Syafa

"Kemana sih?"tanya Tiara

Tanpa memberi jawaban Syafa langsung menarik Tiara untuk mengikutinya, alhasil Tiara tidak bertemu dengan kedua ustadz tadi.

🌻🌻🌻

Assalamualaikum semuanya, semoga kalian selalu dalam lindungan Allah swt. Amiin.

Happy reading semua semoga suka dengan cerita ini. Jangan lupa juga tinggalkan jejak kalian pada cerita ini.

Jangan lupa VOTE dan KOMEN

Cinta Dalam Doa Where stories live. Discover now