ᴊᴀᴠᴀᴢ 𝟻𝟼

1.1K 208 18
                                    

maaf guise enggak kelar kelar, bingung mau nyelesaiinnya gimana......

hppy reading ol!

. . .


Doyoung masih cemberut sejak tadi, padahal keduanya sudah duduk di restoran tempat Abian kerja dulu untuk makan siang.

"Kak Doy kenapa sih?" Tanya Abian kesal. "Orang itu Mas Dejun doang kok, bukan siapa-siapa."

Doyoung menatapnya datar, "Bu Amira sampai nangkep kamu pacar Dejun gitu, gimana coba bukan siapa-siapa? Jelas siapa-siapa lah."

Abian menghela nafasnya, ia memilih mengalah saja untuk hari ini. Kan enggak lucu Doyoung ngambek, Abian malah marah-marah juga. Bisa-bisa Abian minggat lagi karena males ribut.

"Kak Doy mau denger cerita versi aku dulu enggak? Atau mau tetep ngambek gini, jadi jalan-jalan kita sampe besok bakalan enggak enak suasananya?"

Doyoung masih diam.

"Oke, aku anggep iya."

Kemudian seorang pelayan, sepertinya pelayan baru karena Abian tidak mengenalnya, menginterupsi memberikan buku menu dan mencatat pesanan keduanya. Doyoung ingin makan ayam panggang. Sebab seingatnya dulu ayam panggang restoran ini kurang lezat karena ia makan tidak dengan Abian.

Setelah selesai memesan, Abian membuang nafasnya pelan. "Jadi tadi aku keliling lihat kampusnya, terus enggak sengaja ketabrak sama Mas Dejun gitu."

Doyoung mengerutkan dahinya enggak suka, "Ih, apaan sinetron banget."

"Nah gitu julid, jadi makin semangat kan aku nempelengnya."

Doyoung berdecak sebal kemudian mengeluarkan ponselnya yang bisa dilipat. Abian mau merebut ponsel suaminya sih sebenarnya, kalau saja Abian merasa memang harus menjelaskan kepada Doyoung perihal mengapa dia bisa berkeliling kampus ditemani Xiaojun. Jadi, ia tahan-tahan.

"Mas Dejun tuh tadi bareng sama temen-temennya. Aku diajakin kenalan," Doyoung meliriknya. "Tapi sama Mas Dejun aku diajak pergi gitu aja, yah, soalnya gimana ya Kak, tampangnya temen-temen Mas Dejun tuh hadeh," Abian menggelengkan kepalanya, "Tampang penjahat kelamin."

Abian tersenyum lalu pindah duduk menjadi di sebelah Doyoung, "Jadi Mas Dejun nemenin aku keliling kampus sekalian bantuin Kak Doyoung buat jagain istrinya yang super cantik ini biar enggak digodain sama mahasiswa fuck boy."

Abian meraih tangan kiri Doyoung dan digenggamnya, ia menyandarkan kepalanya di bahu Doyoung. "Jangan ngambek gitu dong ah," Pinta Abian memelas.

"Aku enggak tau harus ngadepin suami yang lagi ngambek gimana."

"Lah emang dulu Sunwoo enggak pernah ngambek apa sama kamu?" Julid banget Doyoung, astaghfirullah.

"Ya kan beda Mas Doie, Sunwoo ya Sunwoo, Kak Doy ya Kak Doy. Mau aku sama-samain? Enggak mau lah pasti," Abian menghela nafasnya pelan, "Kalau Kak Doy ngambek terus, enggak seru dong kita pacarannya. Kak Doy has been waiting for today's present kan?"

Abian lama-lama capek juga membujuk Doyoung yang malah asik memainkan game di ponselnya. Karena kesal, suhu tubuh Abian meningkat dan dia jadi gerah. Akhirnya Abian memutuskan untuk melepaskan cardigannya sehingga mengekspos punggungnya yang terbuka.

"Heh! Heh! Ngapain kamu?!"

Doyoung panik. Doyoung panik.

Dipasangkan kembali cardigan Abian dan dirapatkan sampai enggak ada permukaan kulit Abian yang terekspos.

"Gerah," Rengek Abian. Ia masih berusaha membuka cardigannya. Tetapi ditahan Doyoung.

"Salah sendiri pake baju aneh-aneh. Pokoknya enggak usah dipamerin, itu asset Doyoung Javaz!"

Teacher; DoyoungWhere stories live. Discover now