17- Bernasib Sama

552 54 42
                                    

Selamat Membaca

*****

Dewi membawakan dua gelas teh hangat dan makanan ringan, lalu menaruhnya di atas meja ruang tamu. Sepasang anak muda yang duduk di sofa tersebut tersenyum kecil bak berterima kasih.

"Sebentar ya, Tante panggil Ara nya dulu," ucap Dewi lalu pergi meninggalkan dua anak muda itu.

Ara turun dengan memakai piyama ungu polos lalu duduk di sofa. Alhena dan Bima melihat kondisi Ara yang masih pucat dan lemas. Alhena bangun dari kursinya lalu pindah untuk duduk di sebelah Ara.

"Lo udah baikan Ra?" tanya Alhena khawatir kepada sahabatnya.

"Udah mendingan kok, besok Ara masuk sekolah." Ara tersenyum singkat di wajah pucatnya.

"Yakin besok sekolah?" tanya Alhena.

Ara menganggukkan kepalanya antusias.

"Cepet sembuh Ra," ujar Bima.

"Makasih ya udah jengukin Ara," ucapnya.

"Sama-sama Ra."

"Kalian berdua aja?"

"Angkasa nggak ikut kah?" lanjut Ara.

Alhena dan Bima saling menatap. Alhena menatap Ara dan mengelus rambut Ara bak perlakuan seorang Ibu kepada anaknya. Ara menatap Alhena dan Bima bergantian karena tak mendapat jawaban.

"Kenapa diam?"

"Pasti Angkasa nggak mau jenguk Ara ya?" tanya Ara sedikit kecewa.

Alhena menghela nafas panjang.

"Tadi kita berdua udah ngajak Angkasa buat jengukin lo kok, tapi dia nggak mau."

Ara menundukkan kepalanya dengan tatapan sendu ke lantai.

"Udah Ra nggak usah mikirin Angkasa. Mending lo mikirin keadaan lo biar besok bisa berangkat sekolah," ujar Bima.

Ara menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil.

"Oh iya, ini ada titipan." Alhena memberikan kresek hitam kecil kepada Ara.

Ara menerima kresek tersebut dan membukanya. Ara mengeluarkan isi dari kresek tersebut.

"Batagor?" gumam Ara.

"Iya dari Gema. Katanya maaf dia nggak bisa jengukin lo," jelas Alhena.

"Ada suratnya Ra." Bima mengambil sobekan kertas yang ada di dalam kresek hitam tersebut.

Ara menerima kertas tersebut dan membacanya. Karena tulisannya yang tidak cukup jelas, Ara sedikit sulit untuk membacanya. Apakah ini tulisan Gema? Anak sultan itu? Jelek sekali, pikir Ara.

Cepet sembuh Musuh! Biar kita bisa berantem lagi, ini gue bawain batagor bi Yati.

Itulah isi surat dari Gema. Ara hanya menggelengkan kepalanya pelan, memang benar tidak waras si Gema.

"Kok bisa si Bima sama Angkasa berteman sama Gema?" tanya Ara bingung.

"Emang dia waras?"

"Enggak Ra dia nggak waras!" seru Alhena.

"Nggak boleh gitu yang," nasehat Bima.

"Emang bener kan?"

"Iya juga si." Bima tak bisa membalas ucapan sang pacar.

***

Angkasa duduk dan menaruh bola basketnya di meja. Angkasa mengelap keringatnya lalu meneguk air putih yang sudah dia siapkan di sana. Angkasa mengambil kembali bola basketnya dan kembali berlatih.

KEJORA✔Where stories live. Discover now