Gundukan Nyawa

1.7K 119 11
                                    

Follow dulu authornya yow!
Arombai_

Spam komen juga boleh. Xixixi
Votenya jugaa yaa😚biar makin mangattss authornya.

Arghani berlarian di pekarangan rumah dengan Arini. Anak dari pak Mamad, sopir di keluarga pak Raksa.

Arini mengejar Argha yang terus berlari mengarah ke daerah terlarang.
Pak Mamad berulang kali mengingatkan anaknya supaya tidak pergi ke gudang bawah tanah yang berada di belakang rumah.

Arini menghentikan langkahnya. Ia menyerukan nama Arghani berkali-kali. Tetapi nihil. Bocah itu tak menghiraukan teriakan Arini.

Arini berlari menghampiri bapaknya yang berada di pendopo belakang rumah. Untuk melaporkan bahwa anak majikannya dalam bahaya.

"ARGHAAA," Seorang lelaki jangkung dengan kumis tipis di atas mulutnya, menarik tangan kecil yang hendak membuka pintu gudang.

Arghani terperanjat mendapati ayahnya sedang melotot ke arahnya.

"Anak kurang ajar kamu. Jangan pernah kamu main ke sini lagi."
Pak Raksa menyeret lengan anaknya hingga Arghani meringis kesakitan.

"Hemmmmm....hekss. ayah jaa-haat," Kata Arghani saat dirinya di hempaskan di atas kasur.
Ayahnya segera keluar dari sana, lalu mengunci pintu rapat-rapat.

Arghani tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Ia selalu diperlakukan buruk. Seolah, Arghani hanya untuk investasi dan meneruskan keturunan.

Ia masih terisak di dalam kamarnya. Hingga, seorang gadis kecil sedang mengintipnya melalui jendela.

"Shtt.... Ghani,"' Bisiknya. Arini membuka jendela perlahan-lahan supaya tidak meninggalkan suara decitan. Kedua lengannya menumpu di bibir jendela.

Arghani mendongakkan kepalanya. Ia melirik ke sumber suara.
"Arini. Tol-ongin akuuu. Hemmmm....,hekss. Aku ma-u main sam-a ka-mu,"

Arini meletakkan telunjuknya di pelipis. Ia sedang berpikir keras. Bagaimana caranya dia bisa bermain dengan temannya itu. Sedangkan, Arghani tidak bisa keluar dari sana.

"Ghani, cowo nggak Boleh nangis," Arini mengusap air mata Arghani yang sedang berdiri di depannya. Bocah berumur 8 tahun itu tidak pernah absen bermain dengan Arini.

Arini diberikan izin untuk bermain bersama Arghani, lantaran Arghani tidak diperbolehkan bermain keluar rumah. Orang tuanya tidak mau jika Arghani bergaul dengan anak-anak desa yang selalu bermain di tepi sungai atau sawah.

Bagi Pak Raksa dan Bu Agni, rumahnya lebih aman dan megah untuk di jadikan tempat bermain oleh anaknya.

"Kita main abc-an di sini aja," Arini meletakkan tangannya di jendela. Ia bisa sampai ke sana, Karena memanjat kursi plastik yang ia dapatkan dari bapaknya.

Mereka bermain dengan gembira. Setiap hari, Arini berkunjung ke rumah itu setelah menyelesaikan sekolahnya. Ia meluangkan waktunya untuk bermain dengan Arghani .

*****

"Kerja bagus Dini. semakin kamu bawa banyak orang ke sini. Semakin kamu cepat kaya," Bu Agni melemparkan segepok uang kepada pelayan yang sedang duduk di atas kursi kamarnya.

"Inggih Bu," Pelayan itu tersenyum lebar.

"Dalam satu bulan, kamu cukup cari 1 orang. Kalau bisa, orang dari luar daerah. Jangan sampe kayak kemarin. Mira warga sini. Saya khawatir kalau warga mulai curiga,"

PULANGNYA BALAKOSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang