Bab 1: Pesuruh

20 6 2
                                    

"Heh! Cupu sini lo!" teriak Gadis itu pada seorang gadis yang sama dengannya hanya saja, gadis yang ia suruh memakai kacamata.

"Ada apa?" tanya gadis berkacamata itu sembari membetulkan kacamatanya yang turun.

"Beliin gue minum dong di kantin. Sama makanan jangan lupa," suruh gadis dengan nama Nadia Veronica itu seraya memberikan lembaran uang.

Gadis berkacamata itu menerimanya. Ia ragu untuk menjalankan perintahnya. "Tapi, kan ini lagi jam pelajaran. Terus nanti kan ada pelajaran Pak Izo."

Pak Izo adalah guru yang terkenal sangat garang di sekolah ini dan beliau mengajar mata pelajaran Sejarah.

"Halah alesan aja lo! Lo liat kan banyak anak-anak yang jajan? Ya udah sana lo beli cepetan!" perintah Nadia ia juga mendorong bahu gadis itu dengan sangat kencang.

"Heh! Lagian yang dibilang Gendis juga bener! Gak usah dorong-dorong dong!" bela teman sebangkunya kala Gendis--gadis berkacamata itu--di dorong oleh Nadia.

Gendis, gadis itu menahan temannya agar tak menyerang kembali Nadia seraya tersenyum. "Udah gak pa-pa, La." Gendis beralih menatap Nadia dan kawan-kawannya. "Tunggu sebentar, aku beli." Setelah itu Gendis langsung bergegas menuju kantin.

Gendis Aarumi Wijaya, gadis berkacamata itu yang lebih akrab di panggil Gendis. Baru seminggu Gendis berada di sekolah ini. Tidak, ia bukan murid baru dari sekolah lain. Maksud dari seminggu ialah, dia berada di sekolah ini sejak di adakan MOS, dan saat itu juga ia mulai di perlakukan tidak baik oleh teman-temannya.

Tak ada cara lain selain menurutinya. Lagipula, Gendis akan lebih takut jika menolaknya. Temannya akan memperlakukannya lebih parah.

Gendis mengomel dalam hati saat melihat kantin begitu ramai. Tempat makan yang di pesan oleh Nadia mengantri begitu panjang, dirinya berada di barisan nomor sebelas. Antiran nomornya memang sedikit namun, pelajaran Pak Izo lima menit lagi akan di mulai. Gendis menggigit jarinya cemas.

"Sorry gue dulu!" Seorang pria langsung menyelak ketika Gendis ingin berucap sesuatu kepada Ibu kantin.

"Kamu kalau mau antri dong! Jangan nyelak!" tegur Gendis tak suka dengan orang yang seperti ini.

Pria itu langsung menatap Gendis tajam. "Berani-beraninya ya lo!"

"Udah-udah! Lagian, Neng, ini yang duluan, kamu kalau mau, antri sana!" lerai pemilik makan itu.

Pria itu hanya menggeram kesal sambil mengancam Gendis. Selepas itu ia pergi.

Gendis tersenyum menatap ibu kantin itu. "Makasih ya bu."

"Sama-sama neng. Mau apa?" tanya Ibu kantin itu.

"Nasi, telor balado, sama orek tempe ya bu? Ini duitnya." Gendis langsung memberikan uangnya setelah mengucapkan menu apa saja yang ingin di beli.

"Ini neng. Ini kembaliannya." Tak lama Ibu kantin itu langsung menyerahkan uang kembalian dan juga memberikan sekantong kresek nasi bungkus yang sudah Gendis beli.

Gendis menerimanya. Memasukan uangnya kedalam saku roknya. Di tangan kanannya sudah ada semua pesanan Nadia. "Makasih ya bu," balas Gendis sopan dan langsung berlalu ketika Ibu kantin itu sudah menjawabnya.

- N   E   R   D-

Gendis menelan susah payah air liurnya kala sudah berdiri tepat di depan pintu. Pak Izo, sudah mulai mengajar, dan pasti guru itu sangat tak suka bila ada seseorang memotong jam pelajarannya.

"Dari mana aja kamu, Gendis!" gertak sang guru saat mendapati Gendis hanya diam berdiri di depan pintu sambil membawa jajanan.

Gendis tersadar dari lamunannya ia menunduk seraya mengatakan, "Maaf Pak, maafin saya. Saya telat masuk pelajaran bapak."

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 30, 2021 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

My Girlfriend Is a NerdDonde viven las historias. Descúbrelo ahora