57. An event

159 26 0
                                    

[Perihal kemarin biar saja berlalu, dan buatlah rencana untuk hari esok. Terus jaga kesahatan ya!]

Happy reading ....

***

"Tokoh akan terlihat sama jika sang penulis tidak menetapkan karakter." --- Chpy.

___________________

Ara, Kak Dis, Dinda, dan juga Liana sedang berada di dalam kamar Ara. Keempat gadis itu tengah duduk di atas satu ranjang sambil menonton film yang bergenre horor. Ini bukan tentang hantu, melainkan pembunuhan.

Suasana terlihat tegang. Terkhususnya Kak Dis yang sedari tadi menonton dari balik selimut.

Ara dan Dinda sudah terbiasa menonton film seperti ini. Jadi, tidak mengherankan jika mereka terlihat biasa-biasa saja.

"Aaa ...! Kenapa perutnya harus ditusuk-tusuk!" jerit Kak Dis ketakutan.

Ara menoleh pada Kak Dis sejenak, setelahnya kembali menatap televisi. Gadis itu bersidekap dada. "Kenapa temen-temen Ara bisa ke sini? Kenapa mereka tau alamat rumah Ara? Kenapa temen-temen Ara bisa nginap di apartemen Kak Niel? Kak Dis gak ada niatan buat ngasih tau Ara?"

Kak Dis, Dinda, dan Liana menatap Ara. Kak Dis menelan salivanya. Kenapa Ara harus bertanya ketika ia sedang merasa ketakutan? Pertanyaan Ara membuat Kak Dis makin merinding. Dan suasana malam pun terasa lebih menyeramkan.

Galih, Dirga, Saga, dan juga Faisal memang menginap di apartemen milik Daniel. Dan ketika Ara mengetahui itu dari Faisal, Ara jelas langsung bingung.

Ara sedikit kesal karena hal ini. Setelah ia pindah ke Jakarta, Ara memutuskan untuk mengakhiri hubungannya yang telah lalu. Maka dari itu tidak ada yang tahu alamat rumah Ara, termasuk Dinda.

Daniel, pria itu memang pernah bersekolah di SMA Merah Putih. Tapi Ara tidak yakin jika teman-temannya juga akrab dengan Kak Niel. Bagaimana mereka bisa akrab?

Setahu Ara, Kak Niel memang bersekolah di SMA Merah Putih selama dua tahun. Ya, hanya dua tahun, dan setelahnya ia pindah sekolah ke Jakarta. Maka dari itu Kak Dis terlibat long distance relationship bersama Kak Niel selama satu tahun. Bandung dan Jakarta. Itu Ara ketahui dari Kak Dis sendiri.

Kak Niel lebih tua dua tahun dari Ara. Sewaktu Ara bersekolah di SMA Merah Putih pun, Kak Niel sudah lebih dulu keluar dari sekolah itu. Lalu, kenapa teman-teman Ara bisa mengenal Kak Niel?

"Emang kenapa sih, Liv? Lo gak suka kalau kita ke sini?" Dinda bertanya.

"Gak gitu. Ara cuman bingung aja, kenapa mereka bisa sedeket itu sama Kak Niel? Kenapa kalian bisa tau alamat rumah Ara? Ara itu sengaja enggak ngasih tau alamat rumah ini karena Ara belum siap ketemu sama kalian."

Tidak ada yang mau menjawab. Dinda hanya memandangi Ara, sedangkan Kak Dis menatap arah lain.

Ara jengah. Ia terlihat seperti orang bodoh. "Kenapa gak ada yang jawab? Lia juga gak mau ngasih tau Ara?"

Liana mengerjap ketika Ara tiba-tiba menatap dirinya. "Aku beneran gak tau apa-apa. Aku ke sini karena diajak sama Galih. Kalau masalah alamat, aku gak tau."

Ara menarik napas dalam. Ia bergerak untuk merangkak menuruni ranjang dengan niatan hendak keluar dari kamar.

"Lo mau ke mana, Liv?" tanya Dinda.

"Keluar."

"Kamar lo 'kan di sini," ujar Dinda.

Ara menatap Dinda dengan dingin. "Dinda tau gak sih? Ara itu lagi kesel. Ara gak mau marah sama Dinda."

Silently Follow [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora