82. Kembali hancur

135 46 20
                                    

Happy reading ....

***

"Aku sudah terlalu lelah menangisi, menyesali, dan kembali mendapat luka yang tidak pernah dapat diobati." — Karalieva Olivina.

____________________

Ara memandang satu kursi yang berada tepat di depan mejanya. Kursi itu kosong.

Sudah satu bulan berlalu, namun kehidupan Ara terasa sangat sunyi. Mungkin tidak hanya Ara, Abel, Nella, dan beberapa orang lainnya juga pasti merasakan hal yang sama.

Ya, sudah satu bulan lamanya Ze belum sadarkan diri.

Kabar terakhir yang dokter berikan pada mereka adalah dinyatakannya bahwa Ze sedang mengalami masa koma.

Terlepas dari kondisi Ze, Ara pun masih menggunakan kursi roda sampai sekarang. Gadis itu juga masih menjalankan masa pemulihannya.

Kini Ara sedang berada di dalam kelasnya bersama Abel yang duduk di sampingnya dan juga Nella yang duduk di kursi depan mereka.

Ketiga gadis itu tetap menjalankan hari seperti biasanya. Setiap pagi ia bersekolah bersama, dan ketika sore nanti mereka pun pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Ze.

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa saat yang lalu, namun mereka tidak ada yang bergerak dari tempat.

"Ekhem! Eh, kalian pada mau ke kantin gak? Gue laper nih," ucap Nella memulai percakapan.

Gadis itu selalu berusaha menghibur Ara dan Abel yang terus terlihat murung. Ia juga selalu meyakinkan kedua gadis itu bahwa Ze pasti akan segera kembali pulih.

Namun ini sangat sulit, terutama untuk Ara.

Gadis itu merasa takut di setiap waktu. Kejadian ini selalu mengingatkannya pada Bastian. Ia selalu bertanya-tanya, 'Bagaimana jika apa yang terjadi pada Ze akan berujung seperti Bastin? Apa Ara akan sanggup?'

Cukup. Ara sudah lelah menangisi, menyesali, dan menyalahkan diri sendiri karena kematian seseorang. Terlebih orang itu adalah seseorang yang berharga baginya.

"Ara enggak deh. Gak laper." Ara menjawab.

"Gue juga gak ke kantin. Gue mau istirahat aja di UKS." Abel pun bangkit dan pergi begitu saja.

Seperti inilah keadaan setelah kejadian menyeramkan itu. Semuanya terasa dingin.

Abel yang biasanya sering menguatkan teman-temannya justru menjadi orang yang paling murung.

Setiap saat Abel menyalahkan dirinya. Ia selalu mengatakan bahwa jika saja ia tidak terus merengek untuk pergi menemui Ara pada saat itu, mungkin Ze tidak akan seperti ini. Abel terlalu ceroboh. Ia tidak pernah berpikir bahwa keadaannya akan semenyeramkan ini.

"Lo beneran gak mau ke kantin, Ra?" Nella kembali bertanya.

Ara menggeleng kecil. "Lagi gak nafsu makan, Nel."

"Lo harus ke kantin," ucap seseorang yang tidak sengaja mendengarkan percakapan kedua gadis itu sewaktu hendak mamasuki kelas.

Ara memandang pria itu dengan malas. Hidupnya benar-benar diatur pria tersebut dalam satu bulan belakangan ini.

"Ara gak nafsu makan, Raja ..." tolak Ara.

Siapa sangka bahwa pria yang sebelumnya sangat menjaga jarak dengan Ara menjadi pria yang sangat menempelinya?

Awalnya Ara cukup terkejut dan juga senang mendapatkan perhatian seperti ini dari Raja. Namun makin lama Ara juga merasa lelah karena pria ini selalu mengatur dan mengikutinya ke mana-mana.

Silently Follow [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora