50. Busuk

166 27 6
                                    

[Kalian ngedukung Ara sama Raja atau Ara sama orang lain?]

Happy reading ....

***

"Untuk apa bersikap baik pada orang yang menganggap diri kita buruk? Mau sebaik apapun kita, pada akhirnya pun tetap dinilai buruk olehnya." - Karalieva Olivina.

____________________

Ara menuruni motornya. Gadis itu menyisiri sedikit rambutnya menggunakan tangan mungilnya.

Ara membalas setiap tatapan yang menatapnya tanpa berkedip. Ara berdeham pelan untuk membangun rasa percaya dirinya.

Ara mulai melangkah dengan tegas. Ia mengibaskan sedikit rambutnya. Wajah Ara terangkat, menandakan bahwa ia sudah sepenuhnya percaya diri.

Aldi yang sedari tadi menatap Ara baru saja mengerjapkan matanya. Melihat Ara yang sepertinya akan melewatinya, Aldi pun menyiapkan diri agar tidak terlihat aneh di mata Ara.

Aldi mendekat pada Ara. Pria itu tersenyum hangat pada Ara.

Langkah Ara pun terhenti karena Aldi yang berhenti tepat di hadapannya.

"H-hai, Ra!" sapa Aldi dengan gugup.

Ara tersenyum. "Hai juga, Aldi!"

Aldi mengepalkan tangannya. Seketika ia bingung ketika sudah berada di depan Ara. "Lo, lo baru dateng?"

Ara mengangguk. "Iya, Ara baru aja dateng. Aldi sendiri gimana?"

"Oh ... gue? Gue juga baru dateng. Habis itu nongkrong sebentar di luar," jawab Aldi.

Ara mengangguk. Keduanya diam beberapa saat. Aldi terdiam karena merasa canggung. Sedangkan Ara, diam karena menahan grogi menjadi pusat perhatian banyak orang.

"Lo apa kabar, Ra?"

Ara menatap Aldi heran. Pertanyaan Aldi terdengan aneh di telinga Ara. "Ara baik kok. Kalau Aldi?"

Aldi menggaruk tengkuknya. "Gue juga baik. Selalu baik."

Ara tersenyum. Setelahnya ia mengangguk. "Oh, syukurlah. Kalau gitu Ara ke kelas dulu, ya."

Aldi mengangguk. Ara pun berjalan melewati Aldi.

Setelah Ara pergi, Aldi mengerjap berkali-kali. Pria itu langsung berlari menghampiri Ferro dan Noe yang masih asik mengobrol di depan gerbang.

"Woy-woy-woy!" Aldi berteriak. "Kalian harus dengerin gue."

"Apaan sih? Berisik!" ketus Noe.

Aldi mentoyor kepala Noe karena merasa kesal. "Ini tentang orang yang bawa motor tadi."

"Ah elah, palingan juga anak baru. Kalau tampang sama gayanya memenuhi kriteria, langsung masukin aja ke Arashter," ceplos Noe.

Aldi menjentikkan jarinya. "Bener banget! Kayaknya kita harus ngerekrut dia buat masuk ke Arashter."

"Kita harus kenal dulu sama dia. Harus tau juga gimana asal-usulnya." Ferro mengingati.

Aldi mengibaskan tangannya. "Udah lo tenang aja. Gue udah kenal sama dia."

"Elo?" tanya Noe. "Emangnya siapa lo? Adek lo?"

Aldi melipat tangannya di depan dada. Ia mengangkat wajahnya dengan mata yang tajam. "Dia itu adalah ... Ara! Dia kelas XII MIPA 2. Mantan gebetan Raja sekaligus sekretarisnya Raja."

"Ara?!" kejut Noe dan Ferro serempak.

***

Ara memasuki kelasnya. Ketika Ara menapakkan kaki di dalam kelas, seketika semuanya hening. Ara berhenti berjalan dan menatap teman-temannya yang juga menatap Ara.

Silently Follow [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang