Bajing yang Imut-imut

458 96 8
                                    

Bukan sulap, bukan sihir!

Junhui sekonyong-konyong hampir saja menendang siapapun yang berani membuat sahabatnya menderita, atau dalam konteks ini, sosok berwajah mirip Minghao menderita. Tatapan mata pemuda itu tajam, sarat akan rasa berang dan muak yang teramat sangat. Tapi andaikan pemuda itu memang Minghao, dia tak akan berani meludah ke sepatu Junhui.

Jadi Jun bisa menahan diri untuk tidak mengamuk.

"Kurang ajar!" bentak Mingyu marah, lantas menampar pemuda itu dengan keras. Pipinya yang tirus kini berkedut kemerahan.

Bukannya melolong minta maaf, dia justru tertawa.

"Dasar pejabat sialan," desis Minghao disela giginya, menyumpah-nyumpah dan menyeringai jahil.

Jun menutup mulutnya dengan kedua tangan. Oh, kawan. Ini bakal buruk sekali. Bukan karena sumpah serapah yang keluar dari mulut pemuda itu bagus dan luar biasa kasar, tapi dari bagaimana pekatnya kebencian yang menguar dari tubuh Mingyu dan Minghao sungguh tidak bisa dibayangkan lagi, seolah mereka berdua musuh bebuyutan sejak sebelum dilahirkan.

Entah bagaimana Jun bisa tahu, tapi ia melihat asap-asap kehitaman keluar dari punggung keduanya, saling mendesis dan mengolok. Eh? Inikah keahlian Wen Junfei? Menebak-nebak siapa musuh setiap orang?

Sebelum sempat memberikan beberapa patah kata motivasi, Jenderal memerintahkan kedua pelajar itu untuk membawa Minghao ke markas penjara dan menyerahkannya kepada petugas penjaga.

"Tuan Junfei, maaf atas ketidaknyamanan ini. Kami akan lebih berhati-hati dan tentunya memberikan balasan setimpal bagi para manusia kotor seperti itu. Saya izin mohon undur diri untuk memberitahukan hal ini kepada Tuan Jinghan," seru Mingyu kelewat datar. Ia membungkuk lalu melenggang pergi.

Baiklah. Ini terlalu cepat berlalu. Bukankah harusnya si penjahat mengeluarkan beberapa patah kalimat cerdas dan licik sebelum ditawan? Atau mungkin adegan memukau yang bakal membuat si protagonis mengalami serangan batin? Atau ... hal itu hanya ada di novel saja?

Sekarang Wen Junhui kembali sendirian, dengan kepala penuh pertanyaan dan semuanya mengerucut menjadi sebuah kesimpulan.

Kenapa wajah-wajah di dunia ini harus wajah para membernya? Dan mereka nampaknya juga akan mulai saling bertengkar di masa depan. Oh, ini beda sekali dengan ekspektasi Jun mengenai dunia ini, di mana semua hidup bahagia dengan damai tanpa ada perseteruan yang merepotkan. Nyatanya malah dua orang yang pada real lifenya saling bersahabat justru bermusuhan di dunia ini, walaupun tidak dapat dipungkiri kalau Mingyu dan Minghao memang sering beradu argumen.

Tak habis pikir. Pasti ada alasan nan logis dibalik tersesatnya Junhui ke dunia antah berantah ini. Pasti ada juga alasan kenapa Junhui harus menjadi Junfei, bukan Junlang atau Junbao. Dan semoga alasannya bukan semata-mata karena Dewa sedang bosan dan ingin bermain-main barang sedikit pada pengikutnya yang setia.

"Ah! San-ge! Di sana kau rupanya!"

Junhui menoleh, mendapati Seungkwan tengah berlari kecil ke arahnya. Kucirannya melorot ke belakang, membuat sisi rambutnya membentuk telinga kucing yang loyo.

"Aku mendengar keributan, juga beberapa omongan para pelajar. Dengar-dengar Xiao Ba akhirnya ketangkap ya?" tanyanya. Dadanya kembang kempis minta udara, tapi Seungkwan lebih antusias untuk mengikuti kabar burung daripada berusaha bernapas lebih baik.

"Eh, siapa?"

"Xiao Ba! Pencuri yang kau wanti-wanti untuk dibunuh!" seru Seungkwan lagi.

Wo de tian, pencuri yang aku wanti-wanti untuk dibunuh? Demi Tuhan aku tidak ingin membunuh siapapun, apalagi yang wajahnya mirip Minghao. Tolong jangan ....

The Crown Prince | JunhaoWhere stories live. Discover now