Truth and With u

277 36 7
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀

.

Typo bertebaran? Maapkan.

.

"Lo bilang apa? Lo pacaran sama wajah manekin itu?" Tanya Didi sekali lagi, tak menyangka dengan perkataan Nauna. Kini ia berdiri dari duduknya, menatap nyalang Nauna yang sedang manyantap makanannya dengan santai.

"Didi duduk!" Ujar mamah Nauna tegas. "Jangan berdebat di meja makan, apalagi kita kedatangan tamu." Lalu tersenyum manis pada Rans. "Maaf ya Rans, pasti kamu terganggu dengan kedua anak ini."

Rans yang tadi hanya menyimak, kini membuka suara, "tidak apa-apa."

"Didi duduk!" Tegur mamah Nauna kembali saat melihat tak ada tanda-tanda Didi yang berencana untuk duduk.

Masih menatap nyalang Nauna, "saya tidak setuju tante, kalau Nauna pacaran sama lelaki itu," jari telunjuknya terangkat menunjuk Wajah datar Rans.

Nauna menghela napas kasar, lalu mendongak, "Didi! Lo tau gak? Lo gak sopan banget disini. Duduk sekarang!" Ucap Nauna pelan dengan sedikit bentakan. Ia sedang berusaha sabar menghadapi Didi yang emosinya sudah menguar dan terasa oleh Nauna. Lantas Ia menekan kekeras kepalaan-nya agar Didi sekali ini bisa mendengarnya. Hanya saja jika orang tuanya tidak ada disini, entah apa yang dilakukan Didi pada Rans.

Lima detik kemudian Didi menurut karena wajah penuh harap Nauna berhasil meluluhkannya. Didi pun melanjutkan makannya sembari menatap tajam Rans dihadapannya.

Sesaat kemudian Nauna bernapas lega. Hingga matanya bertabrakan dengan mata tenang Rans, lama saling tatap, barulah ia menyadari perkataannya barusan.

Memutuskan ikatan matanya, sambil merutuki kebodohannya. Apa yang tadi sedang ia katakan? Pacaran? Sama Rans? Haduhh gara-gara ingin menyelamat dirinya, ia malah memasukkan Rans juga. Inilah sebab dan akibat dari berbohong.

Apa yang harus ia katakan jika berhadapan dengan Rans. Jujur ia memang menyukai Rans, tapi apakah Rans menyukainya? Dilihat dari sikap tenangnya sekarang sepertinya tidak. Sial bagaimana ini? Apakah Rans marah dia berbicara blak-blakan seperti tadi?

Meremas kursi yang ia duduki, menyalurkan rasa cemasnya. Ya sepertinya benar-benar marah. Siapa coba yang mau sama perempuan yang berbicara blak-blakan seperti tadi? dan berbagai pertanyaan yang berkelebatan di kepalanya, mengumpat, mengutuk, dan segala sumpah serapah ia tujukan pada dirinya akibat kebodohan yang ia lakukan.

Dengan harap-harap cemas, semoga ia tidak dibenci oleh Rans, dan sebanyak mungkin Nauna tidak boleh ketahuan melihat Rans. Walaupun ia rasa Rans sedang menatapnya maka disaat itu juga Nauna menghindari tatapan dari Rans di meja makan.

"Lo udah selesaikan?" Tanya Didi. setelah semuanya telah berberes di meja

Sedangkan Rans kini telah diajak bercerita dengan ayahnya entah membahas apa. Rans sekali-sekali menoleh pada Nauna, sejak Didi menghampirinya.

Reflek Nauna tersentak yang sedang membantu mamahnya berberes  di meja makan. Menatap Didi, "lo kagetin gue, Didi!"

Berdecak malas, Didi menumpukan tangannya pada meja makan, "gue butuh penjelasan!" sambil melirik Rans yang sejak tadi hanya terdiam kini telah asyik berbicara pada ayah Nauna.

Trouble Hacked ✔️Where stories live. Discover now