part 9: wish

1.1K 131 36
                                    

Sinar mentari menyinari kamar milik perempuan cantik melalui celah-celah tirai. Di dalam kamar itu ada dua perempuan yang sangat elok paras dan juga hatinya masih berkemul selimut tebal dan enggan untuk bangkit dari tidurnya. Salah satu perempuan yang berusia 30-an itu sebenarnya sudah membuka matanya sedari tadi. Joohyun masih ingin memandang putri kecilnya yang masih asyik berkelana dalam mimpinya. Jemari Joohyun tergerak untuk merapikan rambut poni yang menutupi mata Yerim. ia rapikan rambut poni itu lembut supaya tidak mengganggu tidur malaikat kecilnya. Yerim masih tidur sangat nyenyak bahkan tidak bergerak, ia tidur layaknya seorang bayi yang begitu tenang. Namun sayang, tidur Yerim terganggu karena mendadak suara alarm dari ponsel Joohyun berbunyi. Ia menggeliat dan semakin dalam memeluk Joohyun erat.

"eomma" panggilnya dengan mata yang masih terpejam.

"Hmm"

"eomma"

"iya sayang"

"eomma"

"wheee??"

"ketika membuka mata dan melihat wajah eomma yang kecantikannya melebihi kleopatra si ratu mesir kuno pertama kali untuk memulai hari terasa sangat membahagiakan. Awal yang baik" tutur Yerim yang telah beralih posisi menatap wajah perempuan yang berkulit putih porselen itu.

"putri eomma pagi-pagi sudah pandai gombal. Siapa yang ngajarin gombal? Atau jangan-jangan kamu sudah punya pacar ya??? ayo ngaku" ledek Joohyun pada Yerim sambil menampakkan senyum smirknya.

"iihh eomma. Apaain sih?. Gak ada ya pacar-pacaran. Mending menyibukkan diri dengan persamaan-persamaan fisika dan matematika daripada pacaran eomma. Mendengar cerita teman-teman yang pacaran itu buang-buang waktu dan tenaga. Kata mereka bikin pusing kepala dan harus nahan perasaan gitu" celoteh Yerim yang panjang lebar.

"bagus bagus. Eomma juga lebih suka Yerim fokus sama pendidikan dan tetap menjadi putri kecil eomma" tandas Joohyun.

"eomma"

"hum"

"eomma, Yerim ditunjuk sama sekolah untuk mewakili olimpiade fisika tingkat internasional bareng sama Renjun yang mewakili olimpiade matematika"

"ohh yaaa??? Waaaahh putri eomma memang cerdas"

"tapi eomma....."

"tapi kenapa, sayang?"

"olimpiade kali ini diselenggarakan di Seoul" raut wajah Joohyun seketika berubah setelah mendengar penuturan Yerim. Selama ini Joohyun tidak pernah menginjakkan kakinya di ibu kota negara tersebut karena ia takut bila harus bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Bukan takut mungkin, lebih tepatnya khawatir dan was-was. Joohyun tahu Seoul sangatlah luas dan peluang untuk bertemu orang itu sangatlah kecil. Tapi tetap saja tidak menutup kemungkinan bila ia secara tidak sengaja dipertemukan dengan orang itu apabila Tuhan berkehendak demikian. Joohyun belum siap, lebih tepatnya tidak siap dan tidak akan pernah siap jika bertemu dia. Dan selama ini, Joohyun tidak pernah sekalipun mengajak Yerim ke Seoul. pernah suatu ketika semasa Yerim duduk di bangku sekolah dasar mengadakan kegiatan study tour ke Seoul. Joohyun tidak mengizinkan Yerim ikut dengan alasan karena bertepatan harus menjalani pemeriksaan rutin sekaligus tranfusi darah dan untung saja waktu itu Yerim masih kecil dan belum begitu paham sehingga mengikuti apa mau Joohyun.

"eomma" panggil Yerim pada sang ibu tapi tidak mendapat respon "eomma" panggilnya sekali lagi, Joohyun masih tak kunjung menjawab. "eomma" Yerim kembali memanggil Joohyun sambil menggoyangkan lengan Joohyun pelan. Sontak saja Joohyun terkejut, namun sepersekian detik ia mampu mengendalikan raut wajahnya kembali seperti biasa.

"Kapan olimpiadenya Yerim-mi?"

"Satu bulan lagi eomma" Joohyun mengangguk-anggukkan kepalanya yang masih menempel bantal. Ia berpikir sebentar untuk memberikan jawaban yang tepat bagi Yerim.

Give Me a ChanceWhere stories live. Discover now