Three Brothers (part 3)

103 9 42
                                    

N : Hai guys kembali lagi dgn---

Thatch : DENGAN THATCH SI KOKI GANTENG :V

N : LU NGAPAIN SINI?!

Thatch : Hah? Aku? Jadi duta shampoo lain?

N : 🔫🐦

Thatch : Okey okey. Gw disini mau peringatkan ke readers sekalian!!! Untuk bacanya jgn saat makan nanti mati kao! #plaakkk canda canda. Pokoknya kami gk tanggung jawab readers kalian minta ambulance ke kami setelah membaca ini.

N : okey segitu aja dulu. Tanpa basa-basi baca aja!



~Aaah... ramai sekali seperti tahun-tahun sebelumnya... ~

Tok, tok.

"Permisi..."

"Eh..? Siapa?"

Pintu itupun terbuka memperlihatkan sosok seorang Marco yang semakin madesu. Dengan hawa madesu yang semakin tinggi seiring dengan narator yang terus mengucapkan kata itu, Marco pun memasuki ruang kepala sekolah tsb.

"Pak Kepala Sekolah..." ucapnya lagi-lagi dengan madesu.

"Gurararara ada apa Marco? Bukankah seharusnya kau mengajar anak-anak kelas satu?" tanya Newgate diselingi dengan tawa khasnya. Tanpa susu basi.. maksud saya basa basi, Marco yang sudah tak kuat dengan beban derita yang hinggap di pundaknya(halah) segera ambruk dan berlinang air mata.

"HIIIIKS...! Pak Kepala Sekolaaah hueee! Saya gak kuat lagi ngajar anak kelas satuuuuuuu hueeee! JLEEEB BANGET PAAAK! JLEEEEB!"

Newgate yang sama sekali tak mengerti dengan situasi tsb, berusaha menenangkan Marco, sementara Aokiji menyelamatkan diri ke dalam banker(?) yang ia siapkan khusus untuk kejadian-kejadian 'semacam ini'.

"Tenanglah Marco, bukannya tahun lalu kamu juga jadi wali kelas kelas satu...? Dan kamu bisa bertahan'kan? Tahun lalu kamu juga..."

"Tapi ini sudah diluar batas saya Paak! Saya juga manusia paaak hiks.. saya gak kuat Paaaak...!" Tangis Marco segaje-gajenya.

"NGHHIIIIK...P...Pak Kep...sekk... nghiiik... anak kelas...dua..." di tengah kealayan itu seseorang kembali memasuki ruangan tersebut. Kali ini adalah wali kelas dua, Nico Robin, bu guru cantik dan anggun berkulit agak gelap yang entah kenapa kali ini benar-benar... geseng.. Tidak hanya itu, dia juga kucel, dekil and the kumel, sehingga author dicolok matanya pake tangan Robin, eiiits gak kena kan author pake kaca mata...(PLAAK).

"Bu Robin..? Err ada apa?" tanya Newgate sedikit sweatdrop.

"Nghiiik... kebakaran Pak.. ruang kelas dua, kebakaran Pak.." jawab Robin setengah sesak. "APA?! KEBAKARAN?!" tanya Newgate, Marco dan Aokiji berbarengan.

"He'euuuh.." jawab Robin megap-megap. "T..tunggu dulu, tenang dulu bu Robin, coba ceritakan kronologinya..." ucap Newgate lebih tenang sementara Marco melanjutkan tangisannya sambil mengaung-ngaung "JANGAN-JANGAN INI KEBAKARAN GARA-GARA MUKA GWWW?! GOD! OH WHY?!" dan Aokiji..

"KEBAKARAN?! APIIII?! AKU BISA MELELEH! MELELEEEEH! UMPETIN SAYA PAAAK!" sambil berusaha masuk ke dalam baju Newgate yang lebar.

Dengan masih tersenggal Robin berusaha menjelaskan.. "Tadi...anak-anak..."

"WAJAHKUUUU?! SEBERAPA MENGERIKANKAH WAJAHKU INI SAMPAI BISA MEMBAKAR GEDUUUNG! OOOHH !"

"AKUUU! MASIH TERLALU MUDA BUAT MELELEH PAAAK!"

"SUDAH DIAM! MEMANGNYA KAU TERBUAT DARI APA SAMPAI BISA MELELEH?!"

"HOOOII! INI BAGIAN SAYA NGOMONG!" PLAK, PLAK, PLAK.

One Piece version GajeWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu